Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2021

ASN dan Nilai-nilai Dharma Negara dalam Hindu

Gambar
        ASN adalah salah suatu pekerjaan yang didambakan bagi sebagian masyarakat Indonesia. Tak terkecuali generasi muda Hindu yang turut berpartisipasi dalam mengabdi pada bangsa dan negara. Sehingga perlu untuk melampirkan tulisan ini sebagai bentuk syukur atas waranugraha dan kesempatan yang baik dalam melaksanakan karma dan bhakti sebagai manusia.        Dalam pandangan Hindu, konsep Dharma tidak hanya mencakup aspek spiritual, tetapi juga memandang kehidupan sehari-hari, termasuk dalam urusan administrasi negara. Dharma Negara, atau tata pemerintahan yang diatur oleh prinsip-prinsip moral dan etika, menjadi landasan bagi ASN (Aparatur Sipil Negara) dalam menjalankan tugas-tugas mereka. Bagaimana pandangan Hindu menggambarkan ideal ASN sebagai penerapan nilai-nilai Dharma Negara?  (Dokumen Pribadi)           Dalam tradisi Hindu, Dharma mengacu pada kewajiban moral dan etika yang mengatur perilaku individu dalam berbagai aspek kehidupan. Dharma juga mencakup konsep tata tertib dan

Jawaban mengapa umat Hindu melakukan Yajna

Gambar
 Saha-yajñāh prajāh sŗṣţvā purovaca prajāpatih Anena prasavisyadhvam eva vo ‘stv iṣţa kama-dhuk (Bhagavadgita, 3.10) Terjemahan Pada zaman dulu Prajapati menciptakan manusia denganYajña dan bersabda dengan ini engkau akan mengembang dan akan menjadi kamadhuk dari keinginanmu.           Berdasarkan sloka tersebut, maka manusia sebagai makhluk tertinggi derajatnya dibandingkan makhluk hidup lainnya. Sudah sewajarnya manusia menyadari akan keberadaan dirinya yang diciptakan dan akan dipelihara atas dasar yajña. Beryajñaadalah sesuatu yang wajib untuk dilaksanakan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Kadang kala kamu sering bertanya-tanya, mengapa kita beryajña? Jawaban  atas pertanyaan itu sudah barang tentu, karena manusia memiliki tiga hutang yang disebut Tri Rna. Adapun bagian-bagian Tri Rnaantara lain: 1.  Dewa Rna yaitu hutang yang patut kita bayar ke hadapan Tuhan sebagai Sang Pencipta. 2.  Pitra Rna yaitu hutang yang patut kita bayar ke hadapan orang tua baik yang sudah meningga

Tantra, Yantra, dan Mantra. Fungsi dan Manfaat dalam Kehidupan dan Penerapan Ajaran Hindu.

Gambar
 “Om Adityasya paramjyotir rakta tejo namo ‘stute, cweta pankaja madhyasthe  bhaskaraya namo ‘stute.” Terjemahan: Ya Tuhan, hamba memuja-Mu dalam perwujudan sinar suci yang merah cemerlang berkilauan cahaya-Mu, Engkau putih suci, bersemayam di tengahtengah laksana teratai, Engkaulah sumber cahaya yang hamba puja.      Dalam totalitas kehidupan manusia sebagai insan yang beragama dan berbudaya sangat membutuhkan tuntunan dan perlindungan dari Sang Penciptanya guna dapat mewujudkan cita-cita hidupnya. Ajaran agama dapat menuntun umat manusia untuk mewujudkan semuanya itu dengan baik dan damai. Tantra, Yantra, dan Mantra sebagai bagian dari ajaran agama memiliki kontribusi yang bermanfaat untuk mewujudkan semuanya itu oleh umat sedharma. Adapun fungsi dan manfaat ajaran Yantra, Tantra dan Mantra dalam kehidupan dan penerapan ajaran Hindu dapat dipaparkan sebagai berikut. 1. Tantra           Menurut ajaran tantra disebutkan ada tiga urat saraf manusia yang paling penting, yaitu; Sushumna,

Berpacaran

Gambar
 1. Pengertian Berpacaran            Menurut Santrock (2007), berpacaran adalah suatu hubungan dekat yang melibatkan penerimaan, kepercayaan dan pengertian dengan melibatkan jalinan yang rumit dari emosiemosi yang berbeda seperti kemarahan, gairah, seksual, kesenangan dan kecemburuan. Pacaran adalah sebuah hubungan percintaan yang mengarah pada tahap awal hubungan romantis yang berfungsi sebagai dasar atau landasan dalam membangun hubungan yang berpotensi sebagai sebuah komitmen dan juga merupakan proses penyesuaian antara dua 28 pribadi yang berbeda yang membutuhkan usaha keras untuk bisa sampai kearah pernikahan (Papalia, dkk, 2008).            Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa berpacaran merupakan hubungan percintaan yang terjalin antara laki-laki dan perempuan, dengan adanya saling keterbukaan dan pengertian satu sama lain yang mengarah pada komitmen terhadap hubungan yang lebih serius. 2. Tipe Berpacaran  a. Berpacaran Jarak Dekat            Menurut Ha

Tantra, Yantra dan Mantra dalam Agama Hindu

Gambar
Purusa evadam sarvam yadbhutam yacca bhavyam, utamrtatvasesa no, jadannenati rohati. Terjemahannya Tuhan sebagai wujud kesadaran agung merupakan asal dari segala yang telah ada dan yang akan ada, Ia adalah raja di alam yang abadi dan juga di bumi ini yang hidup dan berkembang dengan makanan (Ågveda, X.90.2). Berbagai macam upaya telah dilaksanakan manusia untuk dapat meningkatkan kesadaran pribadinya, namun apa yang ingin diwujudkan belum juga bisa tercapai dengan sempurna! Renungkanlah bait sloka tersebut di atas! 1. Tantra:            Kata tantraberasal dari bahasa Sanekerta yang memiliki makna “memperluas”. Tantra merupakan salah satu dari sekian banyak konsep pemujaan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, di mana manusia kagum pada sifat-sifat kemahakuasaanNya sehingga memiliki keinginan untuk mendapatkan kesaktian. Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003:1141 menjelaskan tantra ‘tantrisme’ adalah ajaran dalam agama Hindu yang mengandung unsur mistik dan magis.      

Anak Berbhakti (Suputra) Kepada Orang Tua dalam Hindu

Gambar
  Sadhuᒡputraᒡhiranyayam. Terjemahannya: ‘Semoga  kami  memperoleh  seorang  putra  yang  mulia  dan  makmur  (Atharvaveda XX. 129. 5). Memahami Teks:  Kehadiran  seorang  putra  (anak  yang baik)  dalam  kehidupan  berumah-tangga sangat  diharapkan.  Dalam  rumah  tangga sebagai anak yang berbudi pekerti baik, akan selalu  dituntut  untuk  dapat  melaksanakan ajaran  agama  yang  dianutnya  secara  baik dan  benar.  Melaksanakan  ajaran-Nya  berarti harus meninggalkan segala laranganNya.  Sifat  dan  sikap  yang  demikian  adalah  merupakan  wujud  dari  salah  satu swadharma anak yang berbhakti kepada orang tuanya. Dalam arti luas anak-anak yang berbhakti kepada orang tuanya berarti berbuat sesuatu yang baik terhadap sesama manusia, masyarakat, bangsa dan negara serta lingkungan alam sekitar kita. Sedangkan dalam arti sempit anak-anak yang berbhakti kepada orang tuanya dapat diartikan anak yang dengan sungguh-sungguh melaksanakan petuah dan petunjuk-petunjuk orang tuanya.

Lima Pilar dan Tujuan Perkawinan dalam Agama Hindu

Gambar
             Kitab Manavadharmasastra menyatakan  bahwa  tujuan  perkawinan  itu meliputi: dharmasampatti(bersama-sama, suami istri mewujudkan pelaksanaan dharma), praja (melahirkan keturunan) dan rati (menikmati kehidupan seksual dan kepuasan indria lainnya). Tujuan utama perkawinan adalah melaksanakan Dharma.  Dalam  perkawinan,  suami  istri  hendaknya  berupaya  jangan  sampai ikatan tali perkawinan terputus atau lepas. Pasangan suami istri hendaknya dapat mewujudkan kebahagiaan, tidak terpisahkan (satu dengan yang lainnya), bermain riang gembira dengan anak-anak dan cucu-cucunya.  Kitab Manawadharmasatra menjelaskan sebagai berikut; Anyonyasyàwyabhócàro bhawedàmaranàntikah, esa dharmah samàsena jneyah stripumsayoh parah. Terjemahannya: Hendaknya  supaya  hubungan  yang  setia  berlangsun  sampai  mati,  singkatnya,  ini  harus  dianggap  sebagai  hukum  yang  tertinggi  bagi  suami-istri  (Menawadharmasastra, IX.101).  Selanjutnya dijelaskan sebagai berikut; Tathà nityam yateyàta

Kewajiban Catur Warna dalam Agama Hindu yang harus diketahui

Gambar
          Di dalam kitab Māhabhārata, Maha Reshi Bhisma telah memberi penjelasan tentang sifat-sifat umum yang harus diikuti oleh setiap Varna, yang berarti juga untuk semua orang, yaitu: a.  Akrodha atau tidak pernah marah.  b.  Satyam atau berbicara benar dan jujur.  c.  Samvibhaga atau adil dan jujur.  d.  Memperoleh anak dari hasil perkawinan.  e.  Berbudi bahasa yang baik.  f.  Menghindari semua macam pertengkaran.  g.  Srjawam atau berpendirian teguh.  h.  Membantu semua orang yang tergantung atas dirinya seseorang.           Jika dalam suasana kalut, seperti timbul peperangan atau marabahaya setiap Varna wajib ikut membela negara atau kerajaan. Kewajiban-kewajiban umum yang harus dilakukan oleh setiap pemeluk Hindu, tanpa memandang Varna, pangkat, dan lain sebagainya, disebut Sadharana Dharma.  Sarasamuscaya sloka 63 juga menguraikan kewajiban-kewajiban umum yang berlaku untuk semua Varna. Kewajiban-kewajiban itu sebagai berikut: Arjavam cānrśamsyam ca damāś,  cendr