Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2022

Cerita Kepemimpinan dalam agama hindu (Kisah Yudistira)

          Cerita Kepemimpinan Yudhistira Pada  suatu hari, Pandu mengutarakan niatnya  ingin  memiliki  anak.  Kunti yang  menguasai  mantra  Adityahredaya, atas  anugerah  rsi  Durvasa segera  mewujudkan  keinginan  suaminya  tesebut.  Mantra  tersebut adalah  ilmu  untuk  pemanggil  dewa  untuk  mendapatkan  putera.            Dengan  menggunakan  mantra  itu, Kunti  berhasil  mendatangkan  Dewa Dharma.  Kunti  pun  mendapatkan anugerah  putera  darinya  tanpa  melalui hubungan badan. Putra tersebut diberi nama Yudhistira.            Dengan demikian, Yudhistira menjadi putera sulung Pandu, sebagai hasil pemberian  Dharma,  yaitu  dewa  keadilan  dan  kebijaksanaan.  Sifat  Dharma itulah yang kemudian diwarisi oleh Yudhistira sepanjang hidupnya. Yudhistira alias  Dharmawangsa,  merupakan  seorang  raja  yang  memerintah  kerajaan Kuru,  dengan  pusat  pemerintahan  di  Hastinapura.  Ia  adalah  yang  tertua  di antara lima Pandawa, atau para putra Pandu. Nama Yudhistira dalam bahasa S

Cerita terkait dengan Hari Galungan Kisah Mayadanawa

            Pada zaman dahulu, di Bali terdapat sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang bernama Mayadanawa, berlokasi di Balingkang (sebelah Utara Danau Batur). Raja Mayadanawa adalah raja yang memiliki kesaktian pilih tanding. Kesaktian beliau, membuat kerajaan yang dipimpinnya sangat ditakuti oleh kerajaan-kerajaan tetangga. Sebagai raja yang sakti dan berkuasa Mayadanawa menjadi sombong dan angkuh. Kemudian beliau memerintahkan rakyat Bali untuk memuja dirinya dan melarang rakyat Bali untuk menyembah Sang Hyang Widhi. Selain itu Raja Mayadanawa memerintahkan untuk merusak tempat-tempat suci. Rakyat menjadi sedih dan sengsara, tetapi rakyat Bali tidak kuasa menentang Raja Mayadanawa yang sangat sakti. Dikarenakan perintah Raja Mayadanawa yang melarang memuja Sang Hyang Widhi, tanaman penduduk menjadi rusak dan wabah penyakit menyerang dimana-mana. Rakyat Bali sangat menderita karena wabah dan bencana. Melihat hal tersebut, Mpu Kul Putih melakukan yo

Cerita terkait dengan Hari nyepi | Kisah Bangsa Saka

(Pura Adityajaya Rawamangun, Jakarta Timur)            Zaman dahulu bangsa-bangsa di Asia tidak harmonis, ketidakharmonisan disebabkan karena keinginan bangsa-bangsa di Asia untuk menjadi penguasa. Bangsa Saka merupakan salah satu bangsa di Asia yang dikalahkan oleh bangsa lain dalam peperangan. Bangsa Saka yang kalah perang mengembara ke seluruh Asia, bangsa Saka yang ramah dan memiliki misi perdamaian dengan mudah bersosialisasi dan berbaur dengan masyarakat dimana mereka tinggal.            Bangsa Saka adalah bangsa yang memiliki seni budaya yang tinggi dan memiliki konsep ketatanegaraan yang terbuka, mampu menyentuh Bangsa Pahlava yang menjadi penguasa Asia pada zaman itu. Bangsa Saka mampu mempengaruhi penguasa untuk mengubah pola perjuangannya dari kekerasan menjadi pola diplomasi, sehingga terjadi keharmonisan antara bangsa-bangsa yang tadinya bermusuhan.           Pada masa pemerintahan Raja Kaniska I, bangsa-bangsa di Asia hidup harmonis. Kehidupan bangsa Asia harmonis karena

Tempat Suci Agama Hindu

                  Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa dalam melakukan kewajiban beragama, salah satunya adalah Tempat Suci. Tempat Suci bagi Umat Hindu disebut Purayang berasal dari kata Puryang artinya benteng. Benteng yang dimaksud adalah sebagai tempat memuja ke Maha Kuasaan Beliau dalam memberikan perlindungan kepada umatnya. Sebagai anak yang baik apabila diajak pergi ke sebuah Tempat Suci/Pura tanyakan kepada Bapak/Ibu Guru kalian atau orang tuamu mengenai nama Pura tersebut dan yang berstana di Pura itu.          Dalam mempelajari Tempat Suci/pura, kamu akan diajak untuk memahami: Tri Mandala, jenis-jenis Tempat Suci, syarat memasuki Tempat Suci, mengenal dan melihat gambar-gambar Tempat Suci dari beberapa daerah di Indonesia, serta menyebutkan fungsi Tempat Suci bagi umat Hindu. Menghargai Tempat Suci Dalam Agama Hindu           Tempat Suci (pura) bagi umat Hindu adalah suatu tempat yang disucikan, dikeramatkan, sebagai tempat pemujaan bagi umat beragama. Salah satu d

Surya Namaskara | Wayan Tantre Awiyane

Surya  Namaskara yang dapat  diartikan  sebagai  penghormatan  Matahari adalah  urutan  umum Hatha Yoga Asana.  Asal-usulnya  terletak  pada penyembahan  Matahari  atau Dewa  Surya.  Ini  urutan  gerakan  dan  pose dapat dipraktekkan pada berbagai tingkat kesadaran, mulai dari yang fisik olahraga  dalam  berbagai  gaya,  untuk  lengkap sadhana yang  mencakup asana,  pranayama, mantra dan chakra  meditasi.  Ada  banyak  referensi untuk  memuja  matahari  untuk  meningkatkan  kesehatan  yang  baik  dan kemakmuran, di Veda. Beberapa himne Vedadimasukkan ke Nitya Vidhi (wajib rutin harian untuk seorang Hindu). Prosedur ini disebut harian Surya Namaskara (secara  harfiah  diterjemahkan  sebagai  “salam  matahari”).  Bentuk dari Surya Namaskardipraktikkan bervariasi dari satu wilayah ke wilayah. Dua praktik populer seperti yang Trucha Kapla Namaskarah dan Aditya Prasna, Aditya Hridayammerupakan praktik kuno yang melibatkan Surya  Namaskar.  Ini  adalah  prosedur  menghormat  Matahari,  diaja