Langsung ke konten utama

Cerita terkait dengan Hari Galungan Kisah Mayadanawa

 



        Pada zaman dahulu, di Bali terdapat sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang bernama Mayadanawa, berlokasi di Balingkang (sebelah Utara Danau Batur). Raja Mayadanawa adalah raja yang memiliki kesaktian pilih tanding. Kesaktian beliau, membuat kerajaan yang dipimpinnya sangat ditakuti oleh kerajaan-kerajaan tetangga. Sebagai raja yang sakti dan berkuasa Mayadanawa menjadi sombong dan angkuh. Kemudian beliau memerintahkan rakyat Bali untuk memuja dirinya dan melarang rakyat Bali untuk menyembah Sang Hyang Widhi. Selain itu Raja Mayadanawa memerintahkan untuk merusak tempat-tempat suci.

Rakyat menjadi sedih dan sengsara, tetapi rakyat Bali tidak kuasa menentang Raja Mayadanawa yang sangat sakti. Dikarenakan perintah Raja Mayadanawa yang melarang memuja Sang Hyang Widhi, tanaman penduduk menjadi rusak dan wabah penyakit menyerang dimana-mana. Rakyat Bali sangat menderita karena wabah dan bencana. Melihat hal tersebut, Mpu Kul Putih melakukan yoga Semadhi di Pura Besakih untuk mohon petunjuk dan bimbingan Sang Hyang Widhi siapa orang yang mampu mengalahkan Raja Mayadanawa sehingga rakyat Bali terbebas dari penderitaan. Mpu Kul Putih yang melakukan yoga dengan khusuk kehadapan Sang Hyang Widhi.

Setelah melakukan tapa brata yang khusuk, Mpu Pul Putih mendapatkan petunjuk dari Sang Hyang Widhi bahwa hanya Bhatara Indra yang mampu mengalahkan Raja Mayadanawa. Setelah mendapat petunjuk, Mpu Kul Putih memuja Bhatara Indra untuk membantu rakyat Bali. Bhatara Indra bersedia menolong rakyat Bali, kemudian Bhatara Indra menyerang Raja Mayadanawa, perang antara Bhatara Indra dan Raja Mayadanawa berlangsung sangat hebat.

Pertempuran berjalan berhari-hari, namun pada akhirnya Bhatara Indra dapat mengalahkan Raja Mayadanawa. Raja Mayadanawa melarikan diri, melihat lawannya melarikan diri Bhatara Indra mengejar, sampai akhirnya Bhatara Indra dapat membunuh Raja Mayadanawa. Kematian Raja Mayadanawa disambut gembira rakyat Bali. Kematian Raja Mayadanawa diperingati sebagai kemenangan Dharma (kebenaran) melawan Adharma (kejahatan).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Singkat Desa Balinuraga, Kec. Way Panji, Kalianda, Lampung Selatan.

          Pada jaman dahulu Desa Balinuraga adalah lahan milik pemerintah yang kemudian dijadikan sebagai daerah tujuan Transmigrasi pada tahun 1963 dan pada tahun itu juga diberi nama Desa Balinuraga di bawah wilayah Kecamatan Kalianda. Pada tanggal 27 September 1967 Dinas Transmigrasi menempatkan 4 empat roambongan peserta Transmigrasi yang ditempatkan di Balinuraga. Rombongan tersebut adalah sebagai berikut: 1 Sidorahayu diketuai oleh Pan Sudiartana yang berjumlah 250 KK 2 Sukanadi diketuai oleh Pan Kedas yang berjumlah 75 KK 3 Pandearge diketuai oleh Made Gedah yang berjumlah 175 KK 4 Rengas diketuai oleh Oyok yang berjumlah 40 KK Dan tahun 1963-1965 wilayah ini belum mempunyai struktur Pemerintah Desa.            Segala administrasi masih ditangani oleh Jawatan transmigrasi. Mangku Siman, untuk mengordinir rombongan-rombongan trasnmigrasi Mangku Siman sebagai ketua rombongan seluruhnya. Pada tahun 1965 barulah perangk...

Catur Warna dalam Agama Hindu

  Pemahaman tentang Catur Varna dapat dijelaskan berdasarkan sastra drstha. Yang dimaksud pemahaman Catur Varna berdasarkan sastra drstha adalah pemahaman yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian tentang Catur Varna menurut yang tersurat dalam kitab suci, sebagai berikuti; Bhagavadgita IV.13  cātur-varṇyaḿ mayā sṛṣṭaḿ guṇa-karma-vibhāgaśaḥ tasya kartāram api māḿ viddhy akartāram avyayam Terjemahan: Catur Warna aku ciptakan menurut pembagian dari guna dan karma  (sifat dan pekerjaan). Meskipun aku sebagai penciptanya, ketahuilah  aku mengatasi gerak dan perubahan (Puja, 2000). Pengertian Catur Varna           Kata “Catur Varna” dalam ajaran Agama Hindu berasal dari bahasa Sansekerta, dari kata ‘catur dan varna’. Kata catur berarti empat . Kata varna berasal dari akar kata Vri yang berarti pilihan atau memilih lapanagan kerja. Dengan demikian catur varna berarti empat pilihan bagi setiap orang terhadap profesi yang cocok untuk pribadiny...

Peresmian dan Launching Rumah Produksi BPH: Tonggak Baru Penyiaran Hindu di Era Digital

 Jakarta, 15 Oktober 2024 – Badan Penyiaran Hindu (BPH) mencatat sejarah baru dengan meresmikan dan meluncurkan Rumah Produksi BPH, sebagai bagian dari upaya mengembangkan media penyiaran yang berlandaskan nilai-nilai agama Hindu. Kegiatan peresmian ini berlangsung khidmat di Jakarta Selatan, dihadiri oleh sejumlah tokoh agama dan pemangku kepentingan umat Hindu. Dokumentasi Acara Peresmian tersebut diawali dengan sambutan dari Dr. I Wayan Kantun Mandara, Ketua BPH dan juga tokoh terkemuka di Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya keberadaan rumah produksi ini sebagai sarana untuk menyebarkan ajaran dharma melalui media yang inovatif. "Rumah Produksi BPH ini akan menjadi pusat bagi kita untuk menciptakan konten yang tidak hanya mendidik tetapi juga mampu menginspirasi umat Hindu dalam menjalankan nilai-nilai agama di tengah tantangan zaman modern," ujar Dr. I Wayan Kantun Mandara. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan sam...