Langsung ke konten utama

Makna Sloka Sarasamuscaya 3

Sloka Sarasamuscaya 3

Matangnyan haywa juga wwang manastapa, an tan paribhawa, si dadi wwang ta pwa kagongakena ri ambek apayapan paramadurlabha iking si janmamanusa ngaranya, yadyapi candalayoni tuwi. 

Terjemahan:

Janganlah pernah bersedih hati dilahirkan menjadi manusia, meskipun pada kelahiran yang dianggap paling hina; karena sesungguhnya amat sulit untuk bisa menjelma menjadi manusia. Berbahagialah menjadi manusia.

Dewa Brahma


Makna:

        Dalam ajaran Hindu, menjadi manusia dianggap sebagai anugerah yang sangat berharga. Meskipun kehidupan manusia bisa dianggap penuh dengan penderitaan dan tantangan, menjadi manusia memberikan kesempatan unik untuk pertumbuhan spiritual dan pencapaian pencerahan. Dalam Hinduisme, diyakini bahwa makhluk lain seperti hewan atau tanaman tidak memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai pembebasan dan pencerahan seperti yang dimiliki oleh manusia. Oleh karena itu, menjadi manusia dianggap sebagai kesempatan yang langka dan berharga dalam perjalanan spiritual.

        Dalam kehidupan manusia, kita memiliki kemampuan untuk memahami, belajar, dan berbuat baik. Kita juga memiliki kebebasan untuk memilih tindakan kita dan mengarahkan hidup kita menuju tujuan spiritual. Dalam menghadapi berbagai tantangan dan penderitaan, kita dapat belajar, tumbuh, dan mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang diri kita sendiri dan alam semesta.

        Oleh karena itu, dalam Hinduisme, diingatkan agar tidak merasa sedih atau meremehkan kelahiran sebagai manusia, meskipun dalam kondisi yang sulit. Sebaliknya, kita diingatkan untuk bersyukur dan berbahagia atas kesempatan ini, dan menggunakan hidup kita dengan bijaksana untuk mencapai tujuan spiritual dan pencerahan. Namun, penting juga untuk diingat bahwa dalam Hinduisme, tujuan utama adalah mencapai pembebasan dari siklus kelahiran dan kematian dan mencapai persatuan dengan Yang Maha Tinggi. Oleh karena itu, meskipun menjadi manusia adalah anugerah, kita juga diingatkan untuk tidak terlalu terikat pada dunia material dan mengarahkan fokus kita pada pencapaian spiritual yang lebih tinggi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Singkat Desa Balinuraga, Kec. Way Panji, Kalianda, Lampung Selatan.

          Pada jaman dahulu Desa Balinuraga adalah lahan milik pemerintah yang kemudian dijadikan sebagai daerah tujuan Transmigrasi pada tahun 1963 dan pada tahun itu juga diberi nama Desa Balinuraga di bawah wilayah Kecamatan Kalianda. Pada tanggal 27 September 1967 Dinas Transmigrasi menempatkan 4 empat roambongan peserta Transmigrasi yang ditempatkan di Balinuraga. Rombongan tersebut adalah sebagai berikut: 1 Sidorahayu diketuai oleh Pan Sudiartana yang berjumlah 250 KK 2 Sukanadi diketuai oleh Pan Kedas yang berjumlah 75 KK 3 Pandearge diketuai oleh Made Gedah yang berjumlah 175 KK 4 Rengas diketuai oleh Oyok yang berjumlah 40 KK Dan tahun 1963-1965 wilayah ini belum mempunyai struktur Pemerintah Desa.            Segala administrasi masih ditangani oleh Jawatan transmigrasi. Mangku Siman, untuk mengordinir rombongan-rombongan trasnmigrasi Mangku Siman sebagai ketua rombongan seluruhnya. Pada tahun 1965 barulah perangk...

Catur Warna dalam Agama Hindu

  Pemahaman tentang Catur Varna dapat dijelaskan berdasarkan sastra drstha. Yang dimaksud pemahaman Catur Varna berdasarkan sastra drstha adalah pemahaman yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian tentang Catur Varna menurut yang tersurat dalam kitab suci, sebagai berikuti; Bhagavadgita IV.13  cātur-varṇyaḿ mayā sṛṣṭaḿ guṇa-karma-vibhāgaśaḥ tasya kartāram api māḿ viddhy akartāram avyayam Terjemahan: Catur Warna aku ciptakan menurut pembagian dari guna dan karma  (sifat dan pekerjaan). Meskipun aku sebagai penciptanya, ketahuilah  aku mengatasi gerak dan perubahan (Puja, 2000). Pengertian Catur Varna           Kata “Catur Varna” dalam ajaran Agama Hindu berasal dari bahasa Sansekerta, dari kata ‘catur dan varna’. Kata catur berarti empat . Kata varna berasal dari akar kata Vri yang berarti pilihan atau memilih lapanagan kerja. Dengan demikian catur varna berarti empat pilihan bagi setiap orang terhadap profesi yang cocok untuk pribadiny...

Peresmian dan Launching Rumah Produksi BPH: Tonggak Baru Penyiaran Hindu di Era Digital

 Jakarta, 15 Oktober 2024 – Badan Penyiaran Hindu (BPH) mencatat sejarah baru dengan meresmikan dan meluncurkan Rumah Produksi BPH, sebagai bagian dari upaya mengembangkan media penyiaran yang berlandaskan nilai-nilai agama Hindu. Kegiatan peresmian ini berlangsung khidmat di Jakarta Selatan, dihadiri oleh sejumlah tokoh agama dan pemangku kepentingan umat Hindu. Dokumentasi Acara Peresmian tersebut diawali dengan sambutan dari Dr. I Wayan Kantun Mandara, Ketua BPH dan juga tokoh terkemuka di Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya keberadaan rumah produksi ini sebagai sarana untuk menyebarkan ajaran dharma melalui media yang inovatif. "Rumah Produksi BPH ini akan menjadi pusat bagi kita untuk menciptakan konten yang tidak hanya mendidik tetapi juga mampu menginspirasi umat Hindu dalam menjalankan nilai-nilai agama di tengah tantangan zaman modern," ujar Dr. I Wayan Kantun Mandara. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan sam...