Langsung ke konten utama

Makna Sarasamuscaya.1

Sarasamuscaya 1

Anaku kamung Janamejaya, salwirning warawah, yawat maka padarthang catur warga, sawataranya, sakopanyasanya, hana juga ya ngke, sangksepanya, ikang hana ngke, ya ika hana ing len sangkeriki, ikang tan hana ngke, tan hana ika ring len sang keriki.

Terjemahan: 

Anakku Janamejaya, segala ajaran tentang Catur Warga (Dharma=kebajikan, Artha=kekayaan, Kama=kesenangan dan Moksa=kebebasan) baikpun sumber, maupun uraian tafsirnya ada disini; segala yang terdapat disini akan terdapat dalam sastra lain; yang tidak terdapat disini juga tidak akan terdapat pada sastra lain.

Dewa Siwa


Maknanya:

Dalam Hinduisme, istilah "Catur Warga" mengacu pada empat kelompok sosial atau varna yang tradisionalnya ada dalam masyarakat India kuno. Keempat varna ini adalah:

  1. Brahmana: Ini adalah varna para pendeta, cendekiawan, dan guru. Mereka bertanggung jawab atas pelaksanaan upacara keagamaan, pemeliharaan pengetahuan spiritual, dan pengajaran agama.
  2. Ksatria: Kelas ini terdiri dari para pejuang, ksatria, dan penguasa. Tugas utama mereka adalah melindungi masyarakat dan negara, serta menjalankan pemerintahan.
  3. Waisya: Varna ini terdiri dari pedagang, petani, dan pengusaha. Mereka bertanggung jawab atas perdagangan, produksi, dan ekonomi.
  4. Sudra: Kelas ini terdiri dari pekerja kasar, seperti buruh tani dan pekerja bangunan. Tugas mereka adalah memberikan dukungan fisik kepada varna lainnya dalam masyarakat.

              Pemahaman tentang Catur Warga ini berasal dari ajaran-ajaran kuno Hindu seperti Veda. Meskipun konsep ini telah ada selama ribuan tahun, penting untuk dicatat bahwa dalam konteks modern, banyak upaya telah dilakukan untuk mengatasi masalah ketidaksetaraan dan diskriminasi yang mungkin terkait dengan sistem ini. Banyak orang Hindu modern menolak sistem ini, dan upaya dilakukan untuk mempromosikan kesetaraan dan keadilan sosial dalam masyarakat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peresmian dan Launching Rumah Produksi BPH: Tonggak Baru Penyiaran Hindu di Era Digital

 Jakarta, 15 Oktober 2024 – Badan Penyiaran Hindu (BPH) mencatat sejarah baru dengan meresmikan dan meluncurkan Rumah Produksi BPH, sebagai bagian dari upaya mengembangkan media penyiaran yang berlandaskan nilai-nilai agama Hindu. Kegiatan peresmian ini berlangsung khidmat di Jakarta Selatan, dihadiri oleh sejumlah tokoh agama dan pemangku kepentingan umat Hindu. Dokumentasi Acara Peresmian tersebut diawali dengan sambutan dari Dr. I Wayan Kantun Mandara, Ketua BPH dan juga tokoh terkemuka di Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya keberadaan rumah produksi ini sebagai sarana untuk menyebarkan ajaran dharma melalui media yang inovatif. "Rumah Produksi BPH ini akan menjadi pusat bagi kita untuk menciptakan konten yang tidak hanya mendidik tetapi juga mampu menginspirasi umat Hindu dalam menjalankan nilai-nilai agama di tengah tantangan zaman modern," ujar Dr. I Wayan Kantun Mandara. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan sam

Karya Anugerah Mahottama Award 2024

Jakarta, 22 Oktober 2024. Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama Melaksanakan kegiatan Karya Anugerah Mahottama Award 2024. Dengan menghadirkan seluruh Pembimas di seluruh Indonesia, Para penyuluh Yang terdiri dari PNS, PPPK dan Penyuluh Agama Hindu Non PNS. Acara ini tidak hanya bertujuan untuk memberikan penghargaan, tetapi juga sebagai motivasi bagi kita semua, khususnya umat Hindu, untuk terus berinovasi dan berkontribusi dalam bidang agama, budaya, pendidikan, dan sosial. Saya sangat bangga melihat semangat, kreativitas, dan komitmen yang ditunjukkan oleh para penerima penghargaan tahun ini. Dokumentasi Kegiatan Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya ingin menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah berperan dalam menyelenggarakan acara ini. Keberhasilan acara Karya Anugerah Mahottama Award 2024 adalah hasil dari kerja sama dan sinergi yang luar biasa antara pemerintah, tokoh agama, dan seluruh umat Hindu. Kemudian Sekum Made Widiarta menyampaikan

Materi Tri Guna dalam Diri SMP Kelas VIII Agama Hindu

         (Dokumentasi Penyuluhan di Pura Aditya Jaya rawamangun) Manusia sejak lahir memiliki tiga sifat dasar. Ketiga sifat dasar manusia tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan. Sifat dasar manusia yang satu dengan yang lain selalu bergejolak untuk saling mengalahkan. Sifat dasar manusia tertuang dalam kitab-kitab suci agama Hindu.  Pustaka suci Bhagavad-gītā , XVIII.40 menyatakan bahwa:  na tad asti prthivyām vā divi devesu vā punah sattvam  prakrti-jair muktam yad ebhih syāt tribhir gunaih. Artinya: Tiada makhluk yang hidup, baik di sini maupun di kalangan para deva di susunan planet yang lebih tinggi, yang bebas dari tiga sifat tersebut yang dilahirkan dari alam material. Terjemahan sloka di atas, dapat dijelaskan bahwa, setiap makhluk hidup baik manusia maupun deva tidak ada yang luput dari tri guna. Hal ini disebabkan karena setiap makhluk yang terbentuk oleh unsur material dipengaruhi oleh Tri Guna. Pustaka suci Bhagavad-gītā XVIII.60 menyatakan ba