Langsung ke konten utama

Contoh Teks Dharmawacana Makna Hari Raya Pagerwesi (Wayan Tantre Awiyane)

Om Swastyastu

Om Anobadrah Krtawyantu wiswatah

Kepada yang telah disucikan pinandita lanang istri

Kepada yang terhormat para tokoh yang hadir pada kesempatan ini

Kepada yang saya hormati dan saya banggakan umat sedharma yang berbahagia.

Terimakasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya, Pada kesempatan  ini saya akan menyampaikan pesan dharma, semoga pesan dharma ini dapat menambah wawasan dan tentunya bermanfaat bagi kita semua.

Pertama-tama marilah kita  senantiasa menghaturkan puja Asthungkare kita kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas Ashungkerta waranugraha beliaulah  kita dapat berkumpul bersama-sama di Pura Aditya Jaya Rawamangun yang suci ini dalam keadaan yang sehat, selamat, serta tanpa kekurangan suatu apapun. Yang kedua tidak lupa juga kita marilah haturkan puja Astuti bhakti kita kehadapan para leluhur, maha Rsi serta para guru yang telah membimbing kita hingga pada kesempatan ini. Pada penyampaian pesan dharma ini berjudul  “Makna Hari Raya Pagerwesi”


(Dokumentasi dari Google)


Umat Sedharma yang saya muliakan

        Hari ini sebagaimana kita ketahui adalah Hari raya Pagerwesi yang jatuh pada hari Budha Keliwon Wuku Sinta. Dalam kalender hari suci di Bali, hari ini adalah hari ke 5 dari serangkaian hari raya penting.  Hari Raya Pagerwesi adalah payogan Hyang Pramesti Guru, disertai para Dewa dan Pitara, demi kesejahteraan dunia dengan segala isinya dan demi sentosanya kehidupan semua makhluk.

Pada saat ini umat hendaklah ayoga semadhi, yakni menenangkan hati serta menunjukkan sembah bhakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi.

Pada hari ini kita menyembah dan sujud kehadapan Ida Sang Hyang Widhi, Hyang Pramesti Guru beserta Panca Dewata yang sedang melakukan yoga. Menurut pengider-ideran Panca Dewata itu ialah:

1.      Sanghyang Içwara berkedudukan di Timur.

2.      Sanghyang Brahma berkedudukan di Selatan

3.      Sanghyang Mahadewa berkedudukan di Barat.

4.      Sanghyang Wisnu berkedudukan di Utara.

5.      Sanghyang Çiwa berkedudukan di tengah

       Dari Panca Dewata itu kita dapatkan pengertian, betapa Hyang Widhi dengan 5 manifestasi-Nya dilambangkan menyelubungi dan meresap ke seluruh ciptaanNya (wyapi-wyapaka dan nirwikara). Juga dengan geraknya itulah Hyang Widhi memberikan hidup dan kehidupan kepada kita. Hakekatnya hidup yang ada pada kita masing-masing adalah bagian daripada dayaNya. Pada hari raya Pagerwesi kita sujud kepadaNya, merenung dan memohon agar hidup kita ini direstuiNya dengan kesentosaan, kemajuan dan lain-lainnya.



Umat Sedharma yang berbahagia

           Setelah umat mendapatkan kaweruhan (ilmu pengetahuan), pengetahuan itulah dijadikan benteng yang kuat –pagar besi–, memagari diri menghadapi tantangan hidup atau bekal untuk mencapai tujuan hidup kesejahteraan dan ketenangan batin. Dalam perayaan Pagerwesi inilah umat sejatinya diajarkan tentang kewaspadaan menghadapi berbagai tantangan. Dengan demikian kita penuh kesadaran. “Saat kita menghadapi berbagai tantangan, kita sejatinya diajarkan menarik diri ke dalam berenung. Dengan demikian kita dapat dengan jelas melihat persoalan sehingga mampu mencari solusi pemecahannya atau memperoleh jalan yang terang tetap berada di jalur kebenaran (satya)”.

        Ketika Ida Sang Hyang Widi (Sang Hyang Aji Saraswati) menurunkan ilmu pengetahuan saat Saraswati, kemudian dalam mempelajarinya umat memerlukan guru. Dalam hal ini peran guru sangatlah mulia. Saat Pagerwesi-lah umat memuja Tuhan dalam manifestasinya sebagai mahaguru – Hyang Paramestiguru. “Setelah umat mendapat ilmu pengetahuan, teori pengetahuan itu perlu dipraktikkan atau diimplementasikan. Dalam mengimplementasikan itu perlu guru pembimbing. Ilmu pengetahuan (jnana) yang diperoleh itu selanjutnya dimaknai atau dipraktikkan (wijnana) dalam menjalani kehidupan yang penuh rintangan,” dan Pagerwesi itu mengandung makna bahwa pengetahuan yang telah dikuasai itu hendaknya dijadikan pagar yang kuat dalam menjalani kehidupan – bentengi diri dengan ilmu pengetahuan.


        Guru, mengandung dua hal yakni gunatika dan rupadita. Gunatika artinya seorang guru harus mampu melewati triguna – satyam, rajas dan tamas. Sedangkan rupadita artinya sudah tidak terikat lagi dengan hal-hal yang bernuansa duniawi. Itu sebabnya, guru itu sangat dihormati dan dipatuhi. Guru hanya berkepentingan agar sisya (siswa)nya mencapai kecerdasan dan kematangan. Ilmu pengetahuan itulah dipakai bekal untuk mencapai kemajuan dalam menjalani kehidupan 6 W – yakni mendapatkan makanan yang baik (wareg), memperoleh sandang (wastra), memiliki rumah yang sehat atau papan (wisma), tetap dalam kondisi sehat (waras), menghibur diri atau refresing (wisata) dan menjaga nama baik (wasita).


Umat Sedharma yang penuh bhakti

          Dari pemaparan di atas, Nampak adanya kecenderungan kuat bahwa temuan-temuan terbaru dalam bidang sains dan teknologi mengarah kepada apa yang telah dipaparkan dalam kitab-kitab Weda sejak ribuan tahun lalu. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi kita untuk ragu terhadap Weda, oleh karena itu banggalah menjadi Hindu yang memiliki Weda yang memberikan konsepsi penciptaan dan peleburan alam semesta.

Demikian antara lain yang dapat kami sampaikan pada kesempatan yang baik ini tentang makna yang terkandung pada hari raya Pagerwesi, dan juga konsep penciptaan dan peleburan menurut Weda. Semoga melalui pemujaan kehadapan Sang Hyang Paramesti Guru, kita senantiasa dibimbing di jalan yang benar.

Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru.

Om Santih Santih Santih Om

 

Daftar Pustaka :

Suryanto, MPd. Hindu Agama Bumi?. Narayana Smrti Press.

Pustaka Digital Online, Kumpulan Dharmawacana PHDI.

 

 

 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peresmian dan Launching Rumah Produksi BPH: Tonggak Baru Penyiaran Hindu di Era Digital

 Jakarta, 15 Oktober 2024 – Badan Penyiaran Hindu (BPH) mencatat sejarah baru dengan meresmikan dan meluncurkan Rumah Produksi BPH, sebagai bagian dari upaya mengembangkan media penyiaran yang berlandaskan nilai-nilai agama Hindu. Kegiatan peresmian ini berlangsung khidmat di Jakarta Selatan, dihadiri oleh sejumlah tokoh agama dan pemangku kepentingan umat Hindu. Dokumentasi Acara Peresmian tersebut diawali dengan sambutan dari Dr. I Wayan Kantun Mandara, Ketua BPH dan juga tokoh terkemuka di Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya keberadaan rumah produksi ini sebagai sarana untuk menyebarkan ajaran dharma melalui media yang inovatif. "Rumah Produksi BPH ini akan menjadi pusat bagi kita untuk menciptakan konten yang tidak hanya mendidik tetapi juga mampu menginspirasi umat Hindu dalam menjalankan nilai-nilai agama di tengah tantangan zaman modern," ujar Dr. I Wayan Kantun Mandara. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan sam

Karya Anugerah Mahottama Award 2024

Jakarta, 22 Oktober 2024. Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama Melaksanakan kegiatan Karya Anugerah Mahottama Award 2024. Dengan menghadirkan seluruh Pembimas di seluruh Indonesia, Para penyuluh Yang terdiri dari PNS, PPPK dan Penyuluh Agama Hindu Non PNS. Acara ini tidak hanya bertujuan untuk memberikan penghargaan, tetapi juga sebagai motivasi bagi kita semua, khususnya umat Hindu, untuk terus berinovasi dan berkontribusi dalam bidang agama, budaya, pendidikan, dan sosial. Saya sangat bangga melihat semangat, kreativitas, dan komitmen yang ditunjukkan oleh para penerima penghargaan tahun ini. Dokumentasi Kegiatan Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya ingin menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah berperan dalam menyelenggarakan acara ini. Keberhasilan acara Karya Anugerah Mahottama Award 2024 adalah hasil dari kerja sama dan sinergi yang luar biasa antara pemerintah, tokoh agama, dan seluruh umat Hindu. Kemudian Sekum Made Widiarta menyampaikan

Materi Tri Guna dalam Diri SMP Kelas VIII Agama Hindu

         (Dokumentasi Penyuluhan di Pura Aditya Jaya rawamangun) Manusia sejak lahir memiliki tiga sifat dasar. Ketiga sifat dasar manusia tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan. Sifat dasar manusia yang satu dengan yang lain selalu bergejolak untuk saling mengalahkan. Sifat dasar manusia tertuang dalam kitab-kitab suci agama Hindu.  Pustaka suci Bhagavad-gītā , XVIII.40 menyatakan bahwa:  na tad asti prthivyām vā divi devesu vā punah sattvam  prakrti-jair muktam yad ebhih syāt tribhir gunaih. Artinya: Tiada makhluk yang hidup, baik di sini maupun di kalangan para deva di susunan planet yang lebih tinggi, yang bebas dari tiga sifat tersebut yang dilahirkan dari alam material. Terjemahan sloka di atas, dapat dijelaskan bahwa, setiap makhluk hidup baik manusia maupun deva tidak ada yang luput dari tri guna. Hal ini disebabkan karena setiap makhluk yang terbentuk oleh unsur material dipengaruhi oleh Tri Guna. Pustaka suci Bhagavad-gītā XVIII.60 menyatakan ba