Langsung ke konten utama

Yoga dalam pandangan Agama Hindu

 
        Era globalisasi sekarang ini, menuntut kita untuk dapat beraktivitas sekuat fisik dan pikiran, yang terkadang melebihi kemampuannya. Hal ini terjadi tidak saja di kalangan masyarakat perkotaan, tetapi juga sampai ke pelosok desa. Beban fisik dan rohani yang berlebihan menyebabkan kita sakit. Sedapat mungkin hindarkanlah diri dari beban yang berlebihan. Adakah Yoga dapat mengatasi semuanya itu?
          Secara etimologi, kata “Yoga” berasal dari yud, yang artinya menggabungkan atau hubungan, yakni hubungan yang harmonis dengan obyek Yoga. Dalam patanjali Yogasutra, yang di kutip oleh Tim Fia (2006:6), menguraikan bahwa: “Yogas citta vrtti nirodhah”, Artinya mengendalikan gerak-gerik pikiran atau cara untuk mengendalikan tingkah laku pikiran yang cendrung liar, bias, dan lekat terpesona oleh aneka ragam obyek (yang dihayalkan) memberi nikmat. Obyek keinginan yang dipikirkan memberi rasa nikmat itu lebih sering kita pandang ada di luar diri. Maka kita selalu mencari. Bagi sang yogi inilah pangkal kemalangan manusia. Selanjutnya Peter Rendel (1979: 14), menguraikan bahwa: “kata Yoga dalam kenyataan berarti kesatuan yang kemudian di dalam, bahasa Inggris disebut “Yoke”. Kata “Yogum” dalam bahasa Latinnya berasal dari kata Yoga yang disebut dengan ”Chongual”. Chongual berarti mengendalikan pangkal penyebab kemalangan manusia yang dapat mempengaruhi ”pikiran dan badan, atau rohani dan jasmani”. Kata Yoga diturunkan dari kata yuj (sansekerta), yoke (Inggris), yang berarti ‘penyatuan’ (union). Yoga berarti penyatuan kesadaran manusia dengan sesuatu yang lebih luhur, trasenden, lebih kekal, dan ilahi.
(Sikap Tubuh Padmasana)


        Menurut Panini, Yoga diturunkan dari akar sansekerta yuj yang memiliki tiga arti yang berbeda, yakni: penyerapan, Samadhi (yujyate) menghubungkan (yunakti), dan pengendalian (yojyanti). Namun makna kunci yang biasa dipakai adalah ‘meditasi’ (dhyana) dan penyatuan (yukti) Ali Matius (2010:2). Untuk pelaksanaan Yoga, agama banyak memberikan pilihan dan petunjuk- petunjuk melaksanakan Yoga yang baik dan benar. Hatha Yoga dapat melatih pikiran melalui latihan pernapasan dan meditasi guna membantu pikiran menjadi lebih jernih, meningkatkan konsentrasi, dan rileks sehingga dapat mengurangi ketegangan dan stres. Di dalam latihan Hatha Yoga, ada salah satu unsur bagiannya yang disebut Asanas. Asanas adalah latihan fisik atau olah tubuh dengan melakukan berbagai peregangan untuk melatih kekuatan tubuh sehat jasmani dan rohani. Di samping berbagai petunjuk agama sebagai pedoman pelaksanaan Yoga, sesuatu yang baik berkembang di masyarakat hendaknya juga dapat dipedomani. Dengan demikian, maka pelaksanaan Yoga menjadi selalu eksis di sepanjang zaman.

śruti-vipratipannā te

yadā sthāsyāti niścalā

samādhāv acalā buddhis

tadā  yogam avāpsyasi

Terjemahannya:

Bila pikiranmu yang dibingungkan oleh apa yang didengar tak tergoyahkan lagi dan tetap dalam Samadhi, kemudian engkau akan mencapai Yoga (realisasi diri) (Bhagawadgita.II.53).

        Yoga merupakan jalan utama dari berbagai jalan untuk kesehatan pikiran dan badan agar selalu dalam keadaan seimbang. Kesehimbangan kondisi rohani dan jasmani mengantarkan kita tidak mudah untuk diserang oleh penyakit. Yoga adalah suatu sistem yang sistematis mengolah rohani dan fisik guna mencapai ketenangan batin dan kesehatan fisik dengan melakukan latihan-latihan secara berkesinambungan. Fisik atau jasmani dan mental atau rohani yang kita miliki sangat penting dipelihara dan dibina. Yoga dapat diikuti oleh siapa saja untuk mewujudkan kesegaran rohani dan kebugaran jasmani. Dengan Yoga “Jiwan mukti” dapat diwujudkan. Untuk menyatukan badan dengan alam, dan menyatukan pikiran, yang disebut juga Jiwa dengan Roh yang disebut Tuhan Yang Maha Esa. Bersatunya Roh dengan sumbernya (Tuhan) disebut dengan “Moksha”. 

        Dalam pelaksanaan Yoga, yang perlu diperhatikan adalah gerak pikiran. Pikiran memiliki sifat gerak yang liar dan paling sulit untuk dikendalikan. Agar terfokus dalam melaksanakan Yoga, ada baiknya dipastikan bahwa pikiran dalam keadaan baik dan tenang. Secara umum Yoga dikatakan sebagai disiplin ilmu yang digunakan oleh manusia untuk membantu dirinya mendekatkan diri kepada Sang Hyang Widhi Wasa. Kata “Yoga” berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “yuj” yang memiliki arti menghubungkan atau menyatukan, yang dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai meditasi atau mengheningkan cipta/pikiran, sehingga dapat dimaknai bahwa Yoga itu adalah menghubungkan atau penyatuan spirit individu (jivatman) dengan spirit universal (paramatman) melalui keheningan pikiran.

Ada beberapa pengertian tentang Yoga yang dimuat dalam buku Yogasutra, antara lain sebagai berikut:

  1. Yoga adalah ilmu yang mengajarkan tentang pengendalian pikiran dan badan untuk mencapai tujuan terakhir yang disebut dengan Samadhi.

  2. Yoga adalah pengendalian gelombang-gelombang pikiran dalam alam pikiran untuk dapat berhubungan dengan Sang Hyang Widhi Wasa.

  3. Yoga diartikan sebagai proses penyatuan diri dengan Sang Hyang Widhi Wasa secara terus-menerus (Yogascittavrttinirodhah)

Jadi, secara umum, Yoga dapat didefinisikan sebagai sebuah teknik yang memungkinkan seseorang untuk menyadari penyatuan antara roh manusia (atman/jiwtman) dengan Paramatman melalui keheningan pikiran kita semua. 
 
Daftar Pustaka:

  • Swami Satya Prakas Saraswati. 2005. Patanjali Raja Yoga. (dilengkapi dengan naskah asli -alih bahasa oleh Drs. J.B.A.F. Mayor Polak) Surabaya: Paramita.
  • Suamba I.B.P. 2003. Dasar- dasar Filsafat India. Denpasar : Program Magister Unhi dan Widya Dharma.
  • Sumawa I Wayan dan Raka Krisnu T Raka. 1992. Materi Pokok Darsana. Jakarta : Dirjen Bimas Hindu Buddha dan UT.
  • S Pendit, Nyoman. 2007. Filsafat Hindu Dharma, Sad Darsana, Enam Aliran Astika (Ortodoks). Denpasar : Pustaka Bali Post. 
  • Puja, Gde. 2004. Bhagavad Gìt􏰌 (Pañcamo Veda). Surabaya: P􏰌ramita.
  • Parisada Hindu Dharma Pusat,. 1968. Upadesa tentang Ajaran Agama Hindu. Denpasar : Proyek Pengadaan Prasarana dan Sarana Kehidupan Beragama tersebar di 8 Kabupaten Dati II. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Singkat Desa Balinuraga, Kec. Way Panji, Kalianda, Lampung Selatan.

          Pada jaman dahulu Desa Balinuraga adalah lahan milik pemerintah yang kemudian dijadikan sebagai daerah tujuan Transmigrasi pada tahun 1963 dan pada tahun itu juga diberi nama Desa Balinuraga di bawah wilayah Kecamatan Kalianda. Pada tanggal 27 September 1967 Dinas Transmigrasi menempatkan 4 empat roambongan peserta Transmigrasi yang ditempatkan di Balinuraga. Rombongan tersebut adalah sebagai berikut: 1 Sidorahayu diketuai oleh Pan Sudiartana yang berjumlah 250 KK 2 Sukanadi diketuai oleh Pan Kedas yang berjumlah 75 KK 3 Pandearge diketuai oleh Made Gedah yang berjumlah 175 KK 4 Rengas diketuai oleh Oyok yang berjumlah 40 KK Dan tahun 1963-1965 wilayah ini belum mempunyai struktur Pemerintah Desa.            Segala administrasi masih ditangani oleh Jawatan transmigrasi. Mangku Siman, untuk mengordinir rombongan-rombongan trasnmigrasi Mangku Siman sebagai ketua rombongan seluruhnya. Pada tahun 1965 barulah perangk...

Catur Warna dalam Agama Hindu

  Pemahaman tentang Catur Varna dapat dijelaskan berdasarkan sastra drstha. Yang dimaksud pemahaman Catur Varna berdasarkan sastra drstha adalah pemahaman yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian tentang Catur Varna menurut yang tersurat dalam kitab suci, sebagai berikuti; Bhagavadgita IV.13  cātur-varṇyaḿ mayā sṛṣṭaḿ guṇa-karma-vibhāgaśaḥ tasya kartāram api māḿ viddhy akartāram avyayam Terjemahan: Catur Warna aku ciptakan menurut pembagian dari guna dan karma  (sifat dan pekerjaan). Meskipun aku sebagai penciptanya, ketahuilah  aku mengatasi gerak dan perubahan (Puja, 2000). Pengertian Catur Varna           Kata “Catur Varna” dalam ajaran Agama Hindu berasal dari bahasa Sansekerta, dari kata ‘catur dan varna’. Kata catur berarti empat . Kata varna berasal dari akar kata Vri yang berarti pilihan atau memilih lapanagan kerja. Dengan demikian catur varna berarti empat pilihan bagi setiap orang terhadap profesi yang cocok untuk pribadiny...

Peresmian dan Launching Rumah Produksi BPH: Tonggak Baru Penyiaran Hindu di Era Digital

 Jakarta, 15 Oktober 2024 – Badan Penyiaran Hindu (BPH) mencatat sejarah baru dengan meresmikan dan meluncurkan Rumah Produksi BPH, sebagai bagian dari upaya mengembangkan media penyiaran yang berlandaskan nilai-nilai agama Hindu. Kegiatan peresmian ini berlangsung khidmat di Jakarta Selatan, dihadiri oleh sejumlah tokoh agama dan pemangku kepentingan umat Hindu. Dokumentasi Acara Peresmian tersebut diawali dengan sambutan dari Dr. I Wayan Kantun Mandara, Ketua BPH dan juga tokoh terkemuka di Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya keberadaan rumah produksi ini sebagai sarana untuk menyebarkan ajaran dharma melalui media yang inovatif. "Rumah Produksi BPH ini akan menjadi pusat bagi kita untuk menciptakan konten yang tidak hanya mendidik tetapi juga mampu menginspirasi umat Hindu dalam menjalankan nilai-nilai agama di tengah tantangan zaman modern," ujar Dr. I Wayan Kantun Mandara. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan sam...