Langsung ke konten utama

Manusia dan Alam Semesta adalah SATU

 Om swastyastu,....

Puja asthungkara penulis haturkan kepada Sang Pemilik Aksara.

            Pengatar dalam tulisan ini ialah manusia dan alam merupakan satu kesatuan, yang membuat kita bertanya apa yang mendasari kalimat tersebut. Pertama Bagaimana pandangan Hindu tentang manusia dan alam semesta?, kemudian yang kedua bagaimana sikap manusia yang ideal dalam menyadari kesatuan tersebut? Secara kodrati manusia merupakan bagian dari alam semesta yang berevolusi mengikuti perubahan waktu dan sampai pada wujud sebagai manusia. Para pembaca bisa menambah pengetahuannya dengan mencari evolusi jiwa dalam pandangan Hindu. Karena dalam tulisan ini penulis tidak menyertakan pemikiran tersebut. Kembali pada kalimat tanya yang dimuat di dalam paragraf ini. Penulis ini menguraikan tentang Manusia dalam Hindu.

https://www.google.com/search?q=wayan+tantre+awiyane&tbm=isch&ved=2ahUKEwj5jJWnqKz5AhVck9gFHXsFBcoQ2-cCegQIABAA&oq=wayan+tantre+awiyane&gs_lcp=CgNpbWcQAzoECCMQJzoGCAAQHhAIOgQIABAYUJwHWLolYJMoaABwAHgAgAHUAYgBgAmSAQU1LjUuMZgBAKABAaoBC2d3cy13aXotaW1nwAEB&sclient=img&ei=hkbrYvmxLNym4t4P-4qU0Aw&bih=631&biw=1280&rlz=1C5CHFA_enID1015ID1016#imgrc=-aKuA9KkAn-GeM

            Manusia Hindu merupakan makhluk hidup yang memiliki Tri Pramana, Sabda atau kemampuan untuk bersuara, Bayu atau kemampuan untuk hidup dan idep atau kemampuan berfikir hal inilah yang membedakan antara manusia dengan makhluk lainnya seperti binatang dan tumbuhan. Merujuk dalam Brahma Purana, manusia pertama yang tercipta bernama Manu dan Satarupa yang menjadi leluhur dari manusia Hindu yang ada saat ini. Bersandar pada pentingnya manusia sebagai makhluk yang memiliki tanggung jawab dan kewajiban untuk menjaga kemaslahatan seluruh kehidupan manusia dan sekitarnya, maka manusia yang sudah dibekali dengan Tri Pramana sebisa mungkin berupaya untuk menciptakan kehidupan yang telah dititipkan oleh leluhur terdahulu, dengan kata lain manusia yang ada saat ini seyogyanya mampu memberikan manfaat bagi kehidupan itu sendiri.

            Secara analisis mandiri penulis mencoba mengutarakan apa yang dilihat dalam keseharian, kehidupan yang sudah memiliki sistem yang otomatis diatur oleh hukum rta atau hukum alam ini. Yang dapat dipahami bahwa manusia dapat memposisikan diri sebagai makhluk yang memiliki peran utama dalam kehidupan ini. Namun demikian kondisi nyata yang kita temukan terkadang menimbulkan kegalauan dalam diri ini, baik secara logis dan bathin. Ketidak selasaran ini apakah hanya muncul begitu saja dari dalam akal dan budhi atau diciptakan oleh lingkungan yang kemudian dtangkap sebagai satu pesan yang bermakna. Kembali pada keseharian memang tidak bisa kita pungkiri bahwa kita hidup dalam kondisi dan lingkungan yang fokus pada kesejahteraan hidup secara individual saja. Artinya bahwa masih minim keperdulian terhadap sesama karena mengaggap bahwa diri ini sudah disibukkan dengan aktivitas dan pemikiran untuk hidup sendiri. 



https://bobo.grid.id/read/081892149/12-objek-terbesar-di-alam-semesta-ada-yang-total-massanya-100-juta-miliar-kali-dari-matahari?page=all              

        Jika melihat kondisi tersebut sejalan dengan fenomena yang terjadi di lingkuangan sekitar kita, Secara filsafat manusia dan alam merupakan satu unsur yang sama, yang ada di alam semesta atau dalam hindu dikenal dengan Bhuana Agung dan pada makhluk hidup disebut Bhuana Alit. unsur-unsur tersebut adalah Panca Mahabhuta yang memiliki arti lima unsur kekuatan alam yang ada diantaranya:

1. Pertiwi yang artinya Tanah

2. Apah yang artinya Air

3. Teja yang artinya Cahaya

4. Bayu yang artinya Udara

5. Akasa yang artinya Ruang Kosong

            Kelima unsur tersebut melengkapi alam semesta atau bhuana agung dan  bhuana alit. Inilah yang menjadi fasilitas utama dalam kehidupan ini, bila salah satunya tidak ada atau berlebihan maka kehidupan ini tidak akan seimbang dan berakhir pada pralaya atau yang dikenal dengan akhir kehidupan. Unsur alam ini juga menjadi pengingat bagi manusia Hindu bahwa lima unsur tersebut menjadi penyebab dalam kesejahteraan dan keharmonisan hidup, agar secara ideal manusia dapat menjaga apa yang menjadi fasilitas alam tersebut. Kenyataan pahit menjelaskan pada kita bahwa hal ideal tersebut dikhiati oleh manusia itu sendiri yang tidak menyadari bahwa ia salah satu partikel kecil yang melengkapi kehidupan ini. 

        Bentuk kehidupan yang tidak selasar dengan tujuan hidup menghadiahkan kita tentang kerusakan alam dan lingkungan yang dianggap benar oleh manusia yang mengingkari kewajiban alaminya dalam memenuhi keinginan-keinginan tak berujung pada keharmonisan unsur alam yang ada. Jika di renungkan sangat besar tugas dan tanggung jawab manusia dalam hidupnya. Karena manusia hidup itu dasarnya adalah untuk memberikan manfaat seperti yang penulis utarakan dalam paragraf sebelumnya. Mari kita bersama-sama merenung dan menilai keliar lingkungan tentang apa yang sedang terjadi dan membawa kembali kedalam pengamatan batin kita tentang apa sikap dan bagaimana solusi untuk mengembalikan kesadaran kita sebagai manusia Hindu, untuk dapat mewujudkan keharmonisan dalam keseharian kita.

Semoga sekelumit tulisan ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi para pembaca.

Om Santih Santih Santih Om

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Singkat Desa Balinuraga, Kec. Way Panji, Kalianda, Lampung Selatan.

          Pada jaman dahulu Desa Balinuraga adalah lahan milik pemerintah yang kemudian dijadikan sebagai daerah tujuan Transmigrasi pada tahun 1963 dan pada tahun itu juga diberi nama Desa Balinuraga di bawah wilayah Kecamatan Kalianda. Pada tanggal 27 September 1967 Dinas Transmigrasi menempatkan 4 empat roambongan peserta Transmigrasi yang ditempatkan di Balinuraga. Rombongan tersebut adalah sebagai berikut: 1 Sidorahayu diketuai oleh Pan Sudiartana yang berjumlah 250 KK 2 Sukanadi diketuai oleh Pan Kedas yang berjumlah 75 KK 3 Pandearge diketuai oleh Made Gedah yang berjumlah 175 KK 4 Rengas diketuai oleh Oyok yang berjumlah 40 KK Dan tahun 1963-1965 wilayah ini belum mempunyai struktur Pemerintah Desa.            Segala administrasi masih ditangani oleh Jawatan transmigrasi. Mangku Siman, untuk mengordinir rombongan-rombongan trasnmigrasi Mangku Siman sebagai ketua rombongan seluruhnya. Pada tahun 1965 barulah perangk...

Catur Warna dalam Agama Hindu

  Pemahaman tentang Catur Varna dapat dijelaskan berdasarkan sastra drstha. Yang dimaksud pemahaman Catur Varna berdasarkan sastra drstha adalah pemahaman yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian tentang Catur Varna menurut yang tersurat dalam kitab suci, sebagai berikuti; Bhagavadgita IV.13  cātur-varṇyaḿ mayā sṛṣṭaḿ guṇa-karma-vibhāgaśaḥ tasya kartāram api māḿ viddhy akartāram avyayam Terjemahan: Catur Warna aku ciptakan menurut pembagian dari guna dan karma  (sifat dan pekerjaan). Meskipun aku sebagai penciptanya, ketahuilah  aku mengatasi gerak dan perubahan (Puja, 2000). Pengertian Catur Varna           Kata “Catur Varna” dalam ajaran Agama Hindu berasal dari bahasa Sansekerta, dari kata ‘catur dan varna’. Kata catur berarti empat . Kata varna berasal dari akar kata Vri yang berarti pilihan atau memilih lapanagan kerja. Dengan demikian catur varna berarti empat pilihan bagi setiap orang terhadap profesi yang cocok untuk pribadiny...

Peresmian dan Launching Rumah Produksi BPH: Tonggak Baru Penyiaran Hindu di Era Digital

 Jakarta, 15 Oktober 2024 – Badan Penyiaran Hindu (BPH) mencatat sejarah baru dengan meresmikan dan meluncurkan Rumah Produksi BPH, sebagai bagian dari upaya mengembangkan media penyiaran yang berlandaskan nilai-nilai agama Hindu. Kegiatan peresmian ini berlangsung khidmat di Jakarta Selatan, dihadiri oleh sejumlah tokoh agama dan pemangku kepentingan umat Hindu. Dokumentasi Acara Peresmian tersebut diawali dengan sambutan dari Dr. I Wayan Kantun Mandara, Ketua BPH dan juga tokoh terkemuka di Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya keberadaan rumah produksi ini sebagai sarana untuk menyebarkan ajaran dharma melalui media yang inovatif. "Rumah Produksi BPH ini akan menjadi pusat bagi kita untuk menciptakan konten yang tidak hanya mendidik tetapi juga mampu menginspirasi umat Hindu dalam menjalankan nilai-nilai agama di tengah tantangan zaman modern," ujar Dr. I Wayan Kantun Mandara. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan sam...