Langsung ke konten utama

Catur Warna dalam Agama Hindu

 Pemahaman tentang Catur Varna dapat dijelaskan berdasarkan sastra drstha. Yang dimaksud pemahaman Catur Varna berdasarkan sastra drstha adalah pemahaman yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian tentang Catur Varna menurut yang tersurat dalam kitab suci, sebagai berikuti;

Bhagavadgita IV.13 

cātur-varṇyaḿ mayā sṛṣṭaḿ

guṇa-karma-vibhāgaśaḥ

tasya kartāram api māḿ

viddhy akartāram avyayam

Terjemahan:

Catur Warna aku ciptakan menurut pembagian dari guna dan karma (sifat dan pekerjaan). Meskipun aku sebagai penciptanya, ketahuilah aku mengatasi gerak dan perubahan (Puja, 2000).

Pengertian Catur Varna

        Kata “Catur Varna” dalam ajaran Agama Hindu berasal dari bahasa Sansekerta, dari kata ‘catur dan varna’. Kata catur berarti empat . Kata varna berasal dari akar kata Vri yang berarti pilihan atau memilih lapanagan kerja. Dengan demikian catur varna berarti empat pilihan bagi setiap orang terhadap profesi yang cocok untuk pribadinya masing-masing atau empat pengelompokkan masyarakat dalam tata kemasyarakatan Agama Hindu yang ditentukan berdasarkan profesinya. 

        Catur varna membagi masyarakat Hindu menjadi empat kelompok profesi secara paralel horizontal. Varna ditentukan oleh guna dan karma. Guna adalah sifat, bakat dan pembawaan sesorang sedangkan karma artinya perbuatan atau pekerjaan. Guna dan karma inilah yang menentukan Varna seseorang. Alangkah bahagianya seseorang yang dapat bekerja sesuai dengan sifat, bakat dan pembawaannya. 

        Catur varna membagi masyarakat Hindu menjadi empat kelompok profesi secara paralel horizontal. Varna ditentukan oleh guna dan karma. Guna adalah sifat, bakat dan pembawaan sesorang sedangkan karma artinya perbuatan atau pekerjaan. Guna dan karma inilah yang menentukan Varna seseorang. Alangkah bahagianya seseorang yang dapat bekerja sesuai dengan sifat, bakat dan pembawaannya. 

        Demikianlah kitab suci menyebutkan bahwa konsepsi tentang “Catur Varna” diciptakan oleh Sang Hyang Paramakawi. Dengan demikian dapat diartikan bahwa setiap orang yang lahir ke dunia ini sudah jelas memiliki dan membawa keahliannya masing-masing. Oleh karena itu di antara kita hendaknya mau dan mampu belajar untuk mengakui kemampuan dan profesional ciptaan Beliau secara jujur dan bertanggung jawab. Hindarkanlah diri kita masing-masing untuk mendiskriditkan sesama kita.

      Pengertian Varna menurut pembawaan dan fungsinya dibagi menjadi empat berdasarkan kewajiban. Orang dapat mengabdi sebesar mungkin menurut pembawaannya. Di sini ia dapat melaksanakan tugasnya dengan rasa cinta kasih dan keikhlasan sesuai dengan ajaran Agama Hindu.

(Bhagavadgītā XVIII. 41)

brāhmaṇa-kṣatriya-viśāḿ

śūdrāṇāḿ ca parantapa

karmāṇi pravibhaktāni

svabhāva-prabhavair guṇaiḥ

Terjemahan:

O Arjuna, tugas-tugas adalah terbagi menurut sifat, watak kelahirannya sebagaimana halnya Brahmana, Ksatria, Waisya dan juga Sudra.

       Pembagian kelas ini sebenarnya bukan terdapat pada Hindu saja, tetapi sifatnya adalah  universal.  Klasifikasinya  tergantung  dari  tipe  alam  manusia,  dari  bakat kelahirannya. Masing-masing dari empat kelas ini mempunyai kafakter tertentu. Ini tidak selalu ditentukan oleh keturunan. Di dalam Bhagavadgītā teori Varna sangat luas dan mendalam. Kehidupan manusia di luar, mewujudkan wataknya yang di dalam. Setiap makhluk mempunyai watak kelahirannya (swabhava) dan yang membuat efektif di dalam kehidupannya adalah kewajibannya (swadharma). 

        Keempat Varna ini memiliki hak yang sama dalam mempelajari Weda. Hal ini ditegaskan dalam kitab suci Yajurveda ke xxv. 2 sebagai berikut:

Yatenam cvacam kalyanim

avadanijanebhyah brahma rajanyabhyah

cudraya caryaya ca svaya caranaya ca

Terjemahan:

Biar Kunyatakan di sini kata suci ini, kepada orang-orang banyak kepada kaum Brahmana, kaum Ksatriya, kaum Sudra dan bahkan kepada orang orangKu dan kepada mereka (orang-orang asing) sekalipun.

        Kata  suci  yang  dimaksudkan  dalam  kata  ini  adalah Weda  Śruti  yang  boleh dipelajari oleh keempat golongan (Brahmana, Ksatria, Waisya ian Sudra) atau apa pun golongannya. Jadi, Yajurveda memberikan penjelasan bahwa kedudukan masing-masing Varna dalam Catur ‘Varna dalam mempelajari Veda adalah sama. Tidak ada satu golonganpun yang ditinggalkan.

        Untuk dapat menjadi manusia yang baik, manusia hendaknya selalu mengadakan kerjasama yang harmonis dengan sesama mahluk ciptaan-Nya. Manusia itu hendaknya selalu merealisasikan ajaran Tat Twam Asi, dalam hidup dan kehidupan ini. Ida Sang Widhi Wasa yang bersifat Maha pencipta, maha karya, maha ada, maha kekal, tanpa awal dan akhir yang sering disebut “Wiyapiwiyapaka nirwikara”. Wiyapi-wiyapaka berarti meresap, mengatasi, berada disegala tempat (semua mahkluk) terutama pada manusia. Kriya (karya) saktinya Tuhan, yang paling utama adalah mencipta, memelihara dan melebur alam semesta ini beserta segala isinya termasuk manusia. 

        Manusia adalah ciptaan Tuhan. Percikan Tuhan yang ada dalam tubuh manusia disebut atman atau jiwatman. Didalam kitab upanisad disebutkan “Brahman atman aikyam” yang artinya Brahman (Tuhan) dengan atman adalah tunggal adanya. Kitab Candogya Upanisad menyebutkan “Tat Twam Asi”. Kata Tat berarti itu atau dia, Twam berarti engkau, dan asi berarti adalah/juga. Jadi Tattwamasi berarti  dia  atau  itu  adalah  engkau  juga.  Didalam  filsafat  Hindu,  dijelaskan bahwa Tat Twam Asi adalah ajaran kesusilaan yang tanpa batas, yang identik dengan “prikemanusiaan” dalam Pancasila. Konsepsi sila prikemanusiaan dalam Pancasila, bila kita cermati secara sungguh-sungguh adalah merupakan realisasi ajaran tattwamasi yang terdapat dalam kitab suci Veda. 

     Dengan demikian dapat dikatakan mengerti dan memahami, serta mengamalkan, melaksanakan Pancasila berarti telah melaksanakan ajaran Veda. Karena maksud yang terkadung didalam ajaran Tattwamasi ini “ia adalah kamu, saya adalah kamu, dan semua mahkluk adalah sama” sehingga bila kita menolong orang lain berarti juga menolong diri kita sendiri. Di sini ia dapat melaksanakan tugasnya dengan rasa cinta dan keikhlasan sesuai dengan ajaran Agama Hindu.

(Bhagavadgītā XVIII.41)

brāhmaṇa-kṣatriya-viśāḿ

śūdrāṇāḿ ca parantapa

karmāṇi pravibhaktāni

svabhāva-prabhavair guṇaiḥ

Terjemahan:

Oh, Arjuna tugas-tugas adalah terbagi menurut sifat dan watak kelahirannya sebagai halnya Brahmana, Ksatriya, Vaisya, dan juga Sudra. 

        Teori Varna adalah sangat luas dan mendalam. Tiap-tiap individu adalah focus dari yang maha tinggi. Selama manusia melakukan pekerjaan sesuai dengan alam kelahirannya, itu adalah baik dan benar. Dan bila mereka hanya mengabdikan diri kepada Tuhan, pekerjaannya adalah menjadi alat penyempurna dari jiwanya. 

        Problem dari kehidupan manusia pada dasarnya adalah menemui kebenaran dari jiwa kita dan lalu hidup menurut kebenaran itu. Ada empat tipe pada garis besarnya kehidupan manusia itu, yakni dengan mengembangkan empat macam kehidupan sosial. Keempat kelas ini tidak ditentukan oleh kelahiran akan tetapi karakteristik psykhologis. Yang manakah bagian-bagian dari Catur Varna tersebut?

      Untuk lebih memudahkan kita memahami tentang keberadaan “Catur Varna” ke empat bagian yang dimaksud adalah;

1.  Brāhmaṇa Varna

2.  Kṣatrya Varna

3.  Vaiṣya Varna

4.  Śudra Varna

Masing-masing bagian dari Catur Varna tersebut di atas dapat dijelaskan secara singkat seperti di bawah ini:

1.  Brāhmaṇa Varna adalah individu atau golongan masyarakat yang berkecimpung dalam bidang kerohanian. Keberadaan golongan ini tidak berdasarkan atas keturunan, melainkan karena ia mendapatkan kepercayaan dan memiliki kemampuan untuk menjalankan tugas itu. Seseorang disebut Brahmana karena ia memiliki kelebihan dalam bidang kerohanian.

2.  Kṣatrya Varna ialah individu atau golongan masyarakat yang memiliki keahlian dibidang memimpin bangsa dan negara. Keberadaan golongan ini tidak berdasarkan atas keturunan, melainkan karena ia mendapatkan kepercayaan dan memiliki kemampuan untuk menjalankan tugas itu. Seseorang disebut kesatrya karena ia memiliki kelebihan dalam bidang kepemimpinan.

3.  Vaiṣya Varna adalah individu atau golongan masyarakat yang memiliki keahlian dibidang pertanian dan perdagangan. Keberadaan golongan ini tidak berdasarkan atas keturunan, melainkan karena ia mendapatkan kepercayaan dan memiliki kemampuan untuk menjalankan tugas-tugas untuk meningkatkan kesejahtraan masyarakat. Seseorang disebut wesya karena ia memiliki kelebihan dalam bidang pertanian dan perdagangan.

4.  Śudra Varna ialah individu atau golongan masyarakat yang memiliki keahlian dibidang pelayanan atau membantu. Keberadaan golongan ini tidak berdasarkan atas keturunan, melainkan karena ia memiliki kemampuan tenaga yang kuat dan mendapatkan kepercayaan untuk menjalankan tugas-tugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Seseorang disebut sudra karena ia memiliki kelebihan dalam bidang pelayanan.

        Berdasarkan uraian singkat tersebut dapat dinyatakan bahwa yang disebut Catur Varna adalah mengelompokkan masyarakan berdasarkan guna dan karma. Penggolongan masyarakat ini didasarkan atas fungsional, oleh karena pembagian golongan ini didasarkan atas tugas, kewajiban, dan fungsinya di dalam masyarakat. Penggolongan ini bukan bersifat turun-tumurun. Adanya penggolongan ini merupakan suatu kenyataan dan kebutuhan dalam masyarakat. Sistem Varna tidak sama dengan kasta, sebab agama Hindu mengutamakan ajaran Tat Twam Asi dalam memupuk pergaulan dan kerjasama dalam masyarakat. 

   Jadi semuanya itu berdasarkan sifat dan sikap saling hormat-menghormati untuk meningkatkan sikap kemanusiaan yang agamais. Siapa saja diantara umat kebanyakan akan dapat menjadi “Brahmana, Ksatriya, Wesya, dan Sudra” bila memiliki kemauan dan kemampuan untuk itu. Tinggi rendahnya kedudukan seseorang di dalam masyarakat tidak ditentukan oleh keturunannya, melainkan oleh kemampuannya untuk menjalankan suatu tugas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peresmian dan Launching Rumah Produksi BPH: Tonggak Baru Penyiaran Hindu di Era Digital

 Jakarta, 15 Oktober 2024 – Badan Penyiaran Hindu (BPH) mencatat sejarah baru dengan meresmikan dan meluncurkan Rumah Produksi BPH, sebagai bagian dari upaya mengembangkan media penyiaran yang berlandaskan nilai-nilai agama Hindu. Kegiatan peresmian ini berlangsung khidmat di Jakarta Selatan, dihadiri oleh sejumlah tokoh agama dan pemangku kepentingan umat Hindu. Dokumentasi Acara Peresmian tersebut diawali dengan sambutan dari Dr. I Wayan Kantun Mandara, Ketua BPH dan juga tokoh terkemuka di Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya keberadaan rumah produksi ini sebagai sarana untuk menyebarkan ajaran dharma melalui media yang inovatif. "Rumah Produksi BPH ini akan menjadi pusat bagi kita untuk menciptakan konten yang tidak hanya mendidik tetapi juga mampu menginspirasi umat Hindu dalam menjalankan nilai-nilai agama di tengah tantangan zaman modern," ujar Dr. I Wayan Kantun Mandara. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan sam

Karya Anugerah Mahottama Award 2024

Jakarta, 22 Oktober 2024. Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama Melaksanakan kegiatan Karya Anugerah Mahottama Award 2024. Dengan menghadirkan seluruh Pembimas di seluruh Indonesia, Para penyuluh Yang terdiri dari PNS, PPPK dan Penyuluh Agama Hindu Non PNS. Acara ini tidak hanya bertujuan untuk memberikan penghargaan, tetapi juga sebagai motivasi bagi kita semua, khususnya umat Hindu, untuk terus berinovasi dan berkontribusi dalam bidang agama, budaya, pendidikan, dan sosial. Saya sangat bangga melihat semangat, kreativitas, dan komitmen yang ditunjukkan oleh para penerima penghargaan tahun ini. Dokumentasi Kegiatan Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya ingin menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah berperan dalam menyelenggarakan acara ini. Keberhasilan acara Karya Anugerah Mahottama Award 2024 adalah hasil dari kerja sama dan sinergi yang luar biasa antara pemerintah, tokoh agama, dan seluruh umat Hindu. Kemudian Sekum Made Widiarta menyampaikan

Materi Tri Guna dalam Diri SMP Kelas VIII Agama Hindu

         (Dokumentasi Penyuluhan di Pura Aditya Jaya rawamangun) Manusia sejak lahir memiliki tiga sifat dasar. Ketiga sifat dasar manusia tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan. Sifat dasar manusia yang satu dengan yang lain selalu bergejolak untuk saling mengalahkan. Sifat dasar manusia tertuang dalam kitab-kitab suci agama Hindu.  Pustaka suci Bhagavad-gītā , XVIII.40 menyatakan bahwa:  na tad asti prthivyām vā divi devesu vā punah sattvam  prakrti-jair muktam yad ebhih syāt tribhir gunaih. Artinya: Tiada makhluk yang hidup, baik di sini maupun di kalangan para deva di susunan planet yang lebih tinggi, yang bebas dari tiga sifat tersebut yang dilahirkan dari alam material. Terjemahan sloka di atas, dapat dijelaskan bahwa, setiap makhluk hidup baik manusia maupun deva tidak ada yang luput dari tri guna. Hal ini disebabkan karena setiap makhluk yang terbentuk oleh unsur material dipengaruhi oleh Tri Guna. Pustaka suci Bhagavad-gītā XVIII.60 menyatakan ba