Langsung ke konten utama

Pengertian, Jenis, dan Bentuk Pelaksanaan Yajna dalam Agama Hindu

        Secara etimologi, kata Yajña berasal dari kata yajyang berarti persembahan, pemujaan, penghormatan, dan korban suci. Kata yajberasal dari bahasa Sanskerta. Jadi, pengertian yajña adalah korban suci yang tulus ikhlas tanpa pamrih. Berdasarkan sasaran yang akan diberikan.



Jenis-Jenis Yajña

1.  Dewa Yajña 

        Yajña jenis ini adalah persembahan suci yang dihaturkan kepada Sang Hyang Widhi dengan segala manisfestasi-Nya. Contoh Dewa yajña dalam keseharian, melaksanakan puja Tri Sandya, sedangkan contoh Dewa yajña pada hari-hari tertentu adalah melaksanakan piodalan(upacara pemujaan) di pura dan lain sebagainya.Tujuan pelaksanaan Dewa yajña untuk membayar hutang yang kita miliki ke hadapan Sang Hyang Widhi serta segala manifestasi (Dewa Rna) yang menciptakan alam semesta beserta isinya termasuk kita.

2.  Rsi Yajña

        Rsi yajña adalah korban suci yang tulus ikhlas kepada para Rsi. Mengapa yajña ini dilaksanakan, karena para Rsi sudah berjasa menuntun masyarakat dan melakukan puja surya sewana setiap hari. Para Rsi telah mendoakan keselamatan dunia alam semesta beserta isinya. Bukan itu saja, ajaran suci Veda juga pada mulanya disampaikan oleh para Rsi. Para Rsi dalam hal ini adalah orang yang disucikan oleh masyarakat. Ada yang sudah melakukan upacara dwijati disebut Pandita, dan ada yang melaksanakan upacara ekajati disebut Pinandita atau Pemangku. 

        Umat Hindu memberikan yajña terutama pada saat mengundang orang suci yang dimaksud untuk menghantarkan upacara yajña yang dilaksanakan. Tujuan pelaksanaan Rsi yajña adalah untuk membayar hutang yang kita miliki ke hadapan Sulinggih, para Rsi, atau para guru (Rsi Rna). Rsi yajña juga merupakan bentuk rasa terima kasih kita kepada para guru (Rsi Rna) atas petunjuk, nasehat, ilmu pengetahuan yang diberikan kepada kita. Dengan ilmu pengetahuan tersebut kita dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk.

3.  Pitra Yajña 

        Korban suci jenis ini adalah bentuk rasa hormat dan terima kasih kepada para Pitara atau leluhur karena telah berjasa ketika masih hidup melindungi kita. Kewajiban setiap orang yang telah dibesarkan oleh orang tua (leluhur) untuk memberikan persembahan yang terbaik secara tulus ikhlas. Ini sangat sesuai dengan ajaran suci Veda agar umat Hindu selalu saling memberi demi  menjaga keteraturan. Tujuan dari pelaksanaan Pitra yajñaadalah untuk membayar hutang kehadapan para leluhur (Pitra Rna) yang merawat dan membesarkan kita.

4.  Manusa Yajña

        Manusa yajña adalah pengorbanan untuk manusia, terutama bagi mereka yang memerlukan bantuan. Umpamanya ada musibah banjir dan tanah longsor. Banyak pengungsi yang hidup menderita. Dalam situasi begini, umat Hindu diwajibkan untuk melakukan Manusa yajña dengan cara memberikan sumbangan makanan, pakaian layak pakai, dan sebagainya. Bila perlu terlibat langsung untuk menjadi relawan yang membantu secara sukarela. Dengan demikian, memahami Manusa yajña tidak hanya sebatas melakukan serentetan prosesi keagamaan, melainkan juga kegiatan kemanusiaan seperti donor darah dan membantu orang miskin juga termasuk Manusa yajña.

        Namun, Manusa yajñadalam bentuk ritual keagamaan juga penting untuk dilaksanakan. Karena sekecil apapun sebuah yajña dilakukan, dampaknya sangat luas dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Umpamanya, kalau kita melaksanakan upacara potong gigi, maka semuanya ikut terlibat dan kena dampak. Untuk upacara Manusa yajña, agama Hindu mengajarkan agar dilakukan dari sejak dalam kandungan seorang ibu. Tujuan pelaksanaan manusa yajña adalah untuk membayar leluhur (Pitra Rna) yang telah membantu kita disaat membutuhkan pertolongan, juga untuk penyucian diri.

5.  Bhuta Yajña

        Bhuta yajña adalah korban suci yang tulus ikhlas tanpa pamrih kepada makhluk bawahan (para bhuta), termasuk para bhuta sekala maupun niskala yang ada di sekitar kita. Para bhuta ini cenderung menjadi kekuatan yang tidak baik, suka mengganggu. Tujuan pelaksanaanBhuta yajña adalah untuk membayar hutang yang kita memiliki kepada para bhuta seperti alam semesta, makhluk hidup, yang merupakan ciptaan Sanghyang Widhi. Jadi Bhuta yajña yang kita laksanakan untuk membayar hutang kepada Sang Hyang Widhi (Dewa Rna).

Bentuk Pelaksanaan Yajña

        Dalam berbagai bentuk yajña dan nilai-nilai simbolisnya ditemukan dalam Bhagavadgita Bab IV pasal 23 sampai 30. Dalam kitab ini disimpulkan bahwa pengorbanan adalah tiap-tiap usaha yang berakibat mengurangi rasa keakuan dan mengurangi nafsu rendah semata-mata untuk mewujudkan bhakti kepada Hyang Widhi.

        Oleh karena itu, maka bentuk yajña dapat digolongkan ke dalam empat besar, yaitu: Widhi yajña, Druwya yajña, Jnana yajña,dan Tapa yajña.

1.  Widhi Yajña

        Widhi yajña adalah bentuk yajña yang diadakan dengan berlatar belakang pada kehidupan manusia yang mempunyai “hutang-hutang” atau Rnam. Rnam itu ada tiga, yaitu Dewa Rnam, Rsi Rnam,dan Pitra Rnam. Dewa Rnam adalah hutang manusia kepada Hyang Widhi. Berkat anugrah-Nya, atmanatau roh dapat ber-reinkarnasi menjadi manusia; Rsi Rnam adalah hutang manusia kepada para Maha Rsi yang telah menyebarkan ajaran Veda sebagai pangkal ilmu pengetahuan sehingga manusia mempunyai kemampuan meningkatkan kualitas kehidupannya; Pitra Rnam adalah hutang manusia kepada leluhur sebagai yang mengembangkan keturunan.

        Manusia yang berbudi hendaknya menyadari adanya Tri Rnamini serta melakukan yajña sebagaimana disebutkan dalam Manawa Dharmasastra Buku ke-IV (Atha Caturtho Dhayah) pasal 21:

Rsi yajnam devayadnam bhuta yajnam ca sarvada,

nryajnam pitryajnam ca yathacakti na hapayet

“Hendaknya janganlah sampai lupa, jika mampu melaksanakan yajña untuk para Rsi, para Dewa, kepada unsur-unsur alam (Bhuta), kepada sesama manusia dan kepada para leluhur.”

        Ajaran ini berkembang di Nusantara sebagai “Panca yajña” dengan urutan: Dewa yajña, Rsi yajña, Pitra yajña, Manusa Yajña, dan Bhuta yajña. Tri Rnam “dibayar” dengan Panca yajña, sebab ada yajña-yajña yang bermakna atau bertujuan sama dalam kaitan Rnam, yaitu: Dewa Yajña dan Bhuta yajña ada dalam kaitan Dewa Rnam; Pitra Yajñadan Manusa yajña ada dalam kaitan Pitra Rnam, dan Rsi yajña khusus untuk Rsi Rnam.

2.  Druwya Yajña

        Druwya yajña adalah pengorbanan dalam bentuk materi yang diberikan kepada seseorang yang membutuhkan. Dalam keseharian, Druwya yajña ini dikenal dengan kegiatan me-Dana Punia. Dana Puniayang dilakukan tanpa mengharap balas jasa itulah yang utama sebagaimana disebutkan dalam BhagavadgitaXVII pasal 20:

Datavyam iti yad danam, diyate nupakarine, dese kale ca patre ca, 

tad danam sattvikam smrtam

“Pemberian dana yang dilakukan kepada seseorang tanpa harapan kembali, dengan perasaan sebagai kewajiban untuk memberi kepada orang yang patut, dalam waktu dan tempat yang patut itulah yang disebut sattvika(baik).”

3.  Jnana Yajña

        Jnana yajña adalah pengorbanan dalam bentuk kegiatan belajar dan pembelajaran. Bhagavadgita VII membedakan antara Vijnana dengan Jnana sebagai berikut: Vijnana adalah pengetahuan yang berdasarkan pemikiran dan kecerdasan, sedangkan Jnanaadalah pengetahuan mengenai ke-Tuhan-an.

        Selanjutnya dijelaskan pula bahwa Jnanatidak mungkin diperoleh tanpa Vijnana, karena Vijnana adalah dasar yang kuat untuk meningkatkan pengetahuan rohani. Jnana yajñatidak hanya bermanfaat bagi orang lain, tetapi juga bagi diri sendiri, karena sangat membantu upaya manusia dalam pendakian kesadaran spiritual. Kegiatan belajar dan proses pembelajaran adalah contoh Jnana Yajña yang disebut sebagai bentuk Yajña yang lebih agung, dalam Bhagavadgita IVpasal 33:

Sreyan dravyamayad yajnaj, 

jnanayajnah paramtapa, sarvam karma 

khilam partha, jnane parisamapyate

“Persembahan korban berupa ilmu pengetahuan adalah lebih agung sifatnya dari korban benda yang berupa apapun jua, sebab segala pekerjaan dengan tiada kecuali memuncak dalam kebijaksanaan yang diperoleh melalui pengetahuan.”

4.  Tapa Yajña

        Tapa Yajña adalah pengorbanan atau Yajña yang tertinggi nilainya karena berwujud sebagai pengendalian diri masing-masing individu. Tapa Yajña juga disebut sebagai kegiatan pendakian spiritual seseorang dalam upaya meningkatkan kualitas beragama.

Tahapan-tahapan peningkatan kualitas beragama, menurut Lontar Sewaka Dharma seperti berikut ini.

a.  Ksipta, seperti perilaku kekanak-kanakan yang cepat menerima sesuatu yang dianggapnya baik tanpa pertimbangan yang matang.

b.  Mudha, seperti perilaku pemuda: pemberani, selalu merasa benar, kurang mempertimbangkan pendapat orang lain.

c.  Wiksipta, seperti perilaku orang dewasa, mengerti hakekat kehidupan, memahamisubha danasubha karma.

d.  Ekakrta, seperti perilaku orang tua, yaitu keyakinan yang kuat pada Hyang Widhi, mempunyai tujuan yang suci dan mulia.

e.  Nirudhaadalah perilaku orang-orang suci, penuh pengertian, bijaksana. 

        Segala pemikiran perkataan dan perbuataannya terkendali oleh ajaranajaran agama yang kuat, serta mengabdi pada kepentingan umat manusia. Setelah melalui proses belajar dan pembelajaran dalam filosofi Veda, manusia akan dapat membuat perubahan kualitas kehidupan yang nyata, dan juga meluasnya lingkaran pengaruh individu kepada lingkungannya. Dikaitkan dengan prinsip-prinsip Sanatana Dharma, maka kualitas kehidupan manusia dari zaman ke zaman akan semakin membaik seiring dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 

        Yajña adalah persembahan atau korban suci yang dilakukan dengan hati tulus ikhlas dengan tidak mengharapkan imbalan. Dilihat dari waktu pelaksanaan, yajña dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu:

1.  Nitya Karma yaitu yajña yang dilaksanakan setiap hari.

2.  Naimitika Karma yaitu yajña yang dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu.

        Pelaksanaan yajña yang berkaitan dengan Tri Rna dikelompokkan menjadi 5 yang disebut dengan Panca yajña yang terdiri dari:

a.  Dewa yajña yaitu persembahan atau korban suci ke hadapan Sang Hyang Widhi dengan segala manifestasi-Nya yang dilakukan dengan hati yang tulus ikhlas.

Contoh pelaksanaan Dewa yajña secara Nitya Karma:

1)  sembahyang Tri Sandhya.

2)  melaksanakan yajña sesa.

3)  berdoa dll.

Contoh pelaksanaan Dewa yajña secara Naimitika Karma:

1)  Mendirikan tempat suci.

2)  Melaksanakan puja wali (odalan).

3)  Merayakan hari raya keagamaan.

b.  Pitra yajna yaitu korban suci yang dilakukan dengan hati yang tulus ikhlas ditujukan kepada para leluhur.

Ada tiga hutang kita kepada orang tua (leluhur) seperti:

1)  kita berhutang badan yang disebut dengan istilah Sarirakrit.

2)  kita berhutang budi yang disebut dengan istilah Anadatha.

3)  kita berhutang jiwa yang disebut dengan istilah Pranadatha

Contoh pelaksanaan Pitra yajnasecara Nitya Karma:

1)  menjadi anak yang baik.

2)  menuruti nasehat orang tua

3)  merawat orang tua selagi sakit

4)  mematuhi nasehat orang tua

Contoh pelaksanaan Pitra yajñasecara Naimitika Karma:

1)  melaksanakan upacara pitra yajña 

2)  membuat upacara pengabenan pada saat orang tua meninggal

3)  melaksanakan upacara atma wadana

4)  melaksanakan upacara atiwa-tiwa 

5)  melaksanakan pemujaan kepada leluhur, dll

c.  Rsi yajna yaitu korban suci yang tulus ikhlas kepada Para Maha Rsi, Pendeta, dan para guru.

Contoh pelaksanaan Rsi yajña secara Nitya Karma:

1)  mempelajari ilmu pengetahuan.

2)  hormat dan patuh kepada catur guru.

3)  meneruskan dan melaksanakan ajaran catur guru.

4)  mengamalkan ajaran guru dalam kehidupan sehari-hari.

Contoh pelaksanaan Rsi yajña secara Naimitika Karma:

1)  penobatan calon sulinggih (pemimpin agama Hindu) menjadi sulinggih yang disebut upacara diksa.

2)  membangun tempat- tempat pemujaan untuk sulinggih.

3)  menghaturkan/ memberikan punia pada saat- saat tertentu kepada sulinggih.

d.  Manusa yajñayaitu korban suci yang tulus ikhlas yang ditujukan kepada sesama manusia.

Contoh pelaksanaan Manusa yajñasecara Nitya Karma:

1)   saling menghormati sesama manusia.

2)   membangun kerjasama antar sesama manusia.

3)   gotong royong.

4)   membantu sesama manusia.

5)   membantu anak yatim piatu.

6)   dll.

Contoh pelaksanaan Manusa yajñasecara Naimitika Karma:

1)  upacara bayi dalam kandungan.

2)  upacara bayi lahir.

3)  upacara otonan (hari kelahiran).

4)  upacara potong gigi.

5)  upacara pernikahan.

e.  Yajña yaitu korban suci yang tulus ikhlas, yang ditujukan kepada para bhuta kala, makhluk di bawah manusia dan alam semesta.

Contoh pelaksanaan Bhuta yajna secara Nitya Karma:

1)  melestarikan lingkungan, tumbuh-tumbuhan dan binatang.

2)  membuang sampah pada tempatnya.

3)  menanami hutan yang gundul.

4)  membersihkan saluran air (selokan).

Contoh pelaksanaan Bhuta yajna secara Naimitika Karma:

1)  menghaturkan segehan, caru, dan tawur.

2)  merayakan tumpek kandang, tumpek pengarah, dll.

Dalam pelaksanaan yajña tersebut hendaknya disesuaikan dengan Desa, Kala, dan Patra.

1)  Desa artinya disesuaikan dengan daerah/tempat diselenggarakannya yajña.

2)  Kala artinya disesuaikan dengan waktu penyelenggaraan yajña.

3)  Patra artinya disesuaikan dengan keadaan/kemampuan penyelenggaraan


Referensi:

Buku Agama Hindu Kelas 7 Smp

Bahan-Bahan Penyuluhan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peresmian dan Launching Rumah Produksi BPH: Tonggak Baru Penyiaran Hindu di Era Digital

 Jakarta, 15 Oktober 2024 – Badan Penyiaran Hindu (BPH) mencatat sejarah baru dengan meresmikan dan meluncurkan Rumah Produksi BPH, sebagai bagian dari upaya mengembangkan media penyiaran yang berlandaskan nilai-nilai agama Hindu. Kegiatan peresmian ini berlangsung khidmat di Jakarta Selatan, dihadiri oleh sejumlah tokoh agama dan pemangku kepentingan umat Hindu. Dokumentasi Acara Peresmian tersebut diawali dengan sambutan dari Dr. I Wayan Kantun Mandara, Ketua BPH dan juga tokoh terkemuka di Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya keberadaan rumah produksi ini sebagai sarana untuk menyebarkan ajaran dharma melalui media yang inovatif. "Rumah Produksi BPH ini akan menjadi pusat bagi kita untuk menciptakan konten yang tidak hanya mendidik tetapi juga mampu menginspirasi umat Hindu dalam menjalankan nilai-nilai agama di tengah tantangan zaman modern," ujar Dr. I Wayan Kantun Mandara. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan sam

Karya Anugerah Mahottama Award 2024

Jakarta, 22 Oktober 2024. Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama Melaksanakan kegiatan Karya Anugerah Mahottama Award 2024. Dengan menghadirkan seluruh Pembimas di seluruh Indonesia, Para penyuluh Yang terdiri dari PNS, PPPK dan Penyuluh Agama Hindu Non PNS. Acara ini tidak hanya bertujuan untuk memberikan penghargaan, tetapi juga sebagai motivasi bagi kita semua, khususnya umat Hindu, untuk terus berinovasi dan berkontribusi dalam bidang agama, budaya, pendidikan, dan sosial. Saya sangat bangga melihat semangat, kreativitas, dan komitmen yang ditunjukkan oleh para penerima penghargaan tahun ini. Dokumentasi Kegiatan Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya ingin menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah berperan dalam menyelenggarakan acara ini. Keberhasilan acara Karya Anugerah Mahottama Award 2024 adalah hasil dari kerja sama dan sinergi yang luar biasa antara pemerintah, tokoh agama, dan seluruh umat Hindu. Kemudian Sekum Made Widiarta menyampaikan

Materi Tri Guna dalam Diri SMP Kelas VIII Agama Hindu

         (Dokumentasi Penyuluhan di Pura Aditya Jaya rawamangun) Manusia sejak lahir memiliki tiga sifat dasar. Ketiga sifat dasar manusia tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan. Sifat dasar manusia yang satu dengan yang lain selalu bergejolak untuk saling mengalahkan. Sifat dasar manusia tertuang dalam kitab-kitab suci agama Hindu.  Pustaka suci Bhagavad-gītā , XVIII.40 menyatakan bahwa:  na tad asti prthivyām vā divi devesu vā punah sattvam  prakrti-jair muktam yad ebhih syāt tribhir gunaih. Artinya: Tiada makhluk yang hidup, baik di sini maupun di kalangan para deva di susunan planet yang lebih tinggi, yang bebas dari tiga sifat tersebut yang dilahirkan dari alam material. Terjemahan sloka di atas, dapat dijelaskan bahwa, setiap makhluk hidup baik manusia maupun deva tidak ada yang luput dari tri guna. Hal ini disebabkan karena setiap makhluk yang terbentuk oleh unsur material dipengaruhi oleh Tri Guna. Pustaka suci Bhagavad-gītā XVIII.60 menyatakan ba