Om Svastyastu
Om Anubadrah Kratawoyantuwiswatah,
Kepada
yang disucikan pinandita lanang istri
Kepada
yang saya hormati sesepuh pini sepuh umat
Kepada
yang saya banggakan umat sedharma sekalian.
Terimakasih atas kesempatan yang telah diberikan
kepada saya, Pada kesempatan yang baik ini saya akan menyampaikan pesan dharma,
semoga pesan dharma ini dapat menambah wawasan dan tentunya bermanfaat bagi
kita semua.
Pertama-tama marilah kita haturkan puja
Asthungkare kita kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas Ashungkerta
waranugraha beliaulah kita dapat
berkumpul bersama-sama di pura Aditya Jaya Rawamangun yang suci ini dalam keadaan
yang sehat, selamat, serta tanpa kekurangan suatu apapun. Yang kedua tidak lupa
juga kita marilah haturkan puja Astuti bhakti kita kehadapan para leluhur, maha
Rsi serta para guru yang telah membimbing kita hingga pada kesempatan ini.
Sebelumnya pada penyampaian pesan dharma ini saya
tidak menggurui umat sedharma, melainkan saya menjadikan kesempatan ini untuk
membagi pengetahuan yang saya pahami. Dalam kesempatan ini saya mengambil judul
Introspeksi diri.
Banyak orang lebih mudah melihat kesalahan orang
lain dibandingkan melihat lebih dalam dirinya sendiri. Ketika hal ini kita
sadari, banyak sekali rasanya kita melewatkan setiap detik yang berharga untuk
sebuah introspeksi diri.
Pada kehidupan di jaman modern seperti ini banyak
kejadian-kejadian yang terjadi di sekeliling kita dari hal yang kecil hingga
hal yang paling besar. Misalnya dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat
terjadinya bencana alam, tindak prilaku kriminal, dan lain sebagainya. Fakta fenomena
yang terjadi yaitu, Bencana alam. Bencana alam yaitu suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar bagi populasi manusia peristiwa alam dapat berupa banjir, letusan
gunung berapi, gempa bumi, tsunami, kekeringan, kebakaan liar, dan wabah
penyakit ini adalah bencana alam yang terjadi secara alami.
Pada hari ini kita bersama-sama berdoa untuk umat
kita yang saat ini sedang mengungsi sementara akibat terjadinya letusan Gunung
Agung . Apa yang umat kita alami saat ini yang tinggal dibawah kaki gunung
agung merupakan sebuah gambaran bahwa itu merupakan fenomena alam yang alami,
memang demikian terjadinya. Saat ini gunung agung sedang memasuki kondisi
peleburan, pada tahun 1963 gunung agung meletus untuk pertama kalinya kemudian
pada tahun ini gunung agung kembali meletus jaraknya 50 tahun. Berdasarkan
kondisi tersebut kita diminta untuk selal introspeksi diri tentang apa yang
telah kita lakukan selama ini, dalam keadaan ini pula terjadinya implementasi
tattwam asi yang dilakukan oleh umat setempat dalam membantu, munculnya prilaku
gotong royong tidak membeda-bedakan semua dibantu agar dapat terselamatkan,
masyarakat akan mendapat anugrah kesuburan tanah hingga kesejahteraan umat yang
tinggal dibawah gunung agung. sesuai dengan makna filosofi gunung itu sendiri
yakni simbol dari kesejahteraan dan kemakmuran.
Umat
sedharma yang saya hormati.
Melalui dharma wacana ini ada beberapa hal yang
akan saya sampaikan yaitu :
1. Bagaimanakah
Konsep Hukum Karmaphala ?
2. Bagaimanakah
upaya penerapan Hukum Karmaphala dalm kehidupan ?
Fenomena dalam kehidupan terkini telah menegaskan bahwa manusia sudah mulai yang
lupa dengan dirinya, dengan tujuan dirinya menjelma kedunia ini melalui siklus
reinkarnasi untuk membayar hutang kepada dewa, pitra dan rsi. Hal ini di
tegaskan dengan adanya perilaku keserakahan manusia yang terlalu mengikuti
keinginannya yang didominasi oleh Rajas, salah satu contoh adalah malas bekerja
keras “ mengapa harus kerja banting tulang, kalo ada kerjaan yang mudah, bisa
menghasilkan banyak kekayaan kenapa tidak “ dari pernyataan ini muncullah
prilaku KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme). Pada dasarnya Manusia tidaklah
hanya sekedar hidup tanpa tujuan, melainkan manusia hidup di dunia penuh dengan
berbagai tujuan, yakni hidup bahagia dan hidup sejahtera didunia fana
(jagadhita) dan kehidupan setelah kematian (moksa). Manusia mempunyai keinginan
untuk mencapai, memiliki dan mempergunakan sesuatu guna mencapai kebutuhan
hidupnya sebagai manusia budaya dalam dunia agama.
Manusia selalu asik dengan memikirkan masa lalu
serta masa depan, dan sama sekali mengabaikan masa kini. Padahal masa kinilah
yang paling penting karena masa kinilah diakibatkan oleh masa lalu dan
mengandung benih untuk masa depan. Karena itu, manusia harus memusatkan seluruh
perhatiannya pada masa kini, agar ia mempunyai masa depan yang cerah, Masa kini
adalah benih yang timbul dari pohon masa lampau. Masa kini juga merupakan benih
bagi pohon masa depan. Masa depan manusia terletak pada masakininya dengan pembicaraan
dan pikiran yang baik, untuk dapat memahami hal itu tentunya harus didukung
dengan adanya keyakinan atau sradha yang kuat.
Umat
sedharma yang bijaksana
Salah satunya adalah yakin terhadap adanya
kebenaran hukum karma, di dalam pustaka suci weda dibentangkan pula keyakinan
terhadap kebenaran hukum karmapala bahwa setiap perbuatan akan selalu
mendatangkan hasil baik atau buruk. Karmapala ini akan dinikmati selama hidup
sesudah mati dan bahkan ketika lahir kembali menjadi manusia. Perbuatan yang kita
lakukan akan memberikan dampak kepada kita baik itu hasil yang baik ataupun
buruk, hal ini ditegaskan didalam Ṛgveda V.12.5
Adhūrsata svayam ete vachobir,
ṛjūyate vṛjanāni bruvantah.
Terjemahannya:
Orang-orang
yang tidak berjalan lurus seperti aku, dihancurkan karena kesalahan-kesalahan
mereka sendiri. (Titib.1996: 189)
Adapun yang diperbuat oleh manusia membawa segala
akibat, akibat itu ada baik dan ada buruknya. akibat yang baik akan memberikan
kesenangan, sedangkan akibat yang buruk akan memberikan kesusahan. Oleh karena
itu kita berbuat baik karena semua orang menginginkan kesenangan dan hidup
tentram. Buah dari perbuatan atau karma itu disebut dengan pala, buah atau pala
itu tidak selalu langsung dirasakan misalnya ketika tangan kita menyentuh es
seketika kita merasakan dingin dari es tersebut, sedangkan jika kita menanam
padi maka kita harus menunggu berbulan-bulan untuk dapat menuai hasilnya.
dengan demikian karma itu ada yang berbentuk atau nyata dan ada yang abstrak.
Umat
sedharma yang saya muliakan.
Mengenai karmaphala ada tiga macam yang
didasarkan atas waktu, yaitu sebagai berikut.
1.
Sancita
atau timbunan karma. Perbuatan yang dilakukan sekarang sedangkan hasilnya akan
dinikmati pada kelahiran yang akan datang.
2.
Prarabda
yaitu suatu perbuatan yang dilakukan sekarang maka ia akan menikmati hasilnya
pada kehidupan sekarang juga.
3.
Kriyamana atau agami
yaitu perbuatan yang dilakukan
sekarang namun hasilnya akan diperoleh setelah kematiannya. (Anadas, 2004: 75).
Untuk
itulah, saat ini kita memulai dengan hal-hal yang sederhana dari merubah diri
kita sendiri terlebih dahulu, bahwa buah pikiran dan karya yang kita hasilkan
suatu saat nanti akan dirasakan oleh orang banyak. Janganlah berpikir hal-hal apakah yang kita dapatkan ketika
melakukan kerja di bumi ini, namun seberapa banyakkah hal yang sudah kita
dapatkan dari bumi yang kita huni sampai
saat ini.
Belajar
dari bumi yang kita injak setiap hari seharusnya kita mulai merenung dan
berbenah diri. Bumi memberikan kebutuhan bagi manusia yang hidup diatasnya,
namun terkadang manusia dengan sifat serakahnya telah membalas kebaikan bumi
dengan merusaknya. Jika kita diberikan
harta yang melimpah, tetapi tidak dapat menggunakan harta itu untuk tujuan yang
tepat pasti akan selalu merasa kurang. Akan tetapi ada orang yang mempunyai
harta yang cukup, namun dapat digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat.
Umat
sedharma yang penuh karunia
Dengan demikian kehidupan manusia pada dasarnya
adalah untuk mengenal dirinya sendiri, karena seseorang yang mengenal dirinya
sendirinya yang sejati berarti dia telah
mengetahui hakekat Tuhan yang sebenarnya.
Jadi
segala aktifitas didunia ini hanya dibersembahkan kepada Tuhan, sesuai dengan
yang ditegaskan oleh pustaka suci weda kita harus selalu waspada dengan apa
yang kita perbuat agar kita terhindar dari kehancuran akibat dari perbuatan
kita. Menjelma menjadi manusia itu
merupakan hal yang utama jadi mari kita manfaatkan kesempatan dalam kehidupan
kita sebaik mungkin, tugas kita hanya menjalani karma yang telah melekat pada
diri kita. Hukum karma selalu berjalan demikian adanya selalu ada di masa lalu,
sekarang dan untuk masa yang akan datang.
Untuk itu marilah kita pertimbangkan apa yang
harusnya kita lakukan gunakan wiweka kita, agar apa ang kita lakukan bermanfaat
bagi diri sendiri dan bagi orang lain.
Dengan demikian saya akhiri dengan Paramasantih
Om santih, santih, santih Om
Komentar
Posting Komentar