ASN dan Nilai-nilai Dharma Negara dalam Hindu

Gambar
        ASN adalah salah suatu pekerjaan yang didambakan bagi sebagian masyarakat Indonesia. Tak terkecuali generasi muda Hindu yang turut berpartisipasi dalam mengabdi pada bangsa dan negara. Sehingga perlu untuk melampirkan tulisan ini sebagai bentuk syukur atas waranugraha dan kesempatan yang baik dalam melaksanakan karma dan bhakti sebagai manusia.        Dalam pandangan Hindu, konsep Dharma tidak hanya mencakup aspek spiritual, tetapi juga memandang kehidupan sehari-hari, termasuk dalam urusan administrasi negara. Dharma Negara, atau tata pemerintahan yang diatur oleh prinsip-prinsip moral dan etika, menjadi landasan bagi ASN (Aparatur Sipil Negara) dalam menjalankan tugas-tugas mereka. Bagaimana pandangan Hindu menggambarkan ideal ASN sebagai penerapan nilai-nilai Dharma Negara?  (Dokumen Pribadi)           Dalam tradisi Hindu, Dharma mengacu pada kewajiban moral dan etika yang mengatur perilaku individu dalam berbagai aspek kehidupan. Dharma juga mencakup konsep tata tertib dan

Yajna di Era Milennial (Wayan Tantre Awiyane)

 Om awighnam asthu namo sidham

Om swastyastu

            Dewasa ini, perkembang IPTEK menjadikan aktivitas manusia yang dahulunya susah menjadi lebih di permudah dan dahulunya mudah kini menjadi susah. Kondisi ini berarti bahwa perkembangan tersebut selain membawa dampak positif juga memberikan dampak negatif. Salah satu contoh seorang ibu meminta anaknya untuk melakukan nitya yajna atau mesaiban (ngejot). Yang dahulunya pekerjaan ini lebih cepat ia bisa slesaikan namun karena dia memiliki smart phone pekerjaan ini menjadi lebih lama. Aktivitasnya ini harus di post di media sosial berupa status. Kemudian yang kedua, ketika seorang mahasiswa diberi tugas oleh seorang dosennya, yang dahulunya ia harus keperpustakaan untuk mencari sumber referensi saat ini ia dapat menyelesaikan tugas kuliahnya dengan cepat hanya dengan menggunakan jasa searching di google.

(Dokumentasi Persembahyangan Di Pura Agung Wira Dharma Samudera Cilandak)


Berangkat dari latar belakang tersebut, ada dua hal yang ingin saya sampaikan;

1.         Bagaimana pengertian yajna?

2.         Bagaimana implementasi yajna di era milenial ini?

A.    Pengertian Yajna

Yadnya adalah pemujaan, persembahan atau korban suci yang dilandasi oleh hati yang tulus ikhlas. Yadnya dalam pengertian lebih luas tidak saja saja sebatas pada segala bentuk pemujaan upacara, semata berupa persembahan sesajen, namun jauh lebih dari pada itu yaitu segala bentuk pemujaan, persembahan atau korban suci, baik berupa material maupun spiritual yang timbul dari jiwa suci dan semangat berkorban demi untuk tujuan mulia dan luhur. Sedangkan Kaum Millennial adalah mereka generasi muda yang terlahir antara tahun 1980an sampai 2000. Kaum Millennial terlahir dimana dunia modern dan teknologi canggih diperkenalkan publik. Sehingga seperti apa yajna pada era milenial.

Kata yadnya berasal dari Bahasa Sansekerta, dari urat kata kerja “Yaj” yang berarti memuja atau mempersembahkan atau memberi pengorbanan. Jadi kata yadnya itu sendiri berarti korban, persembahan atau korban suci. Adapun sumber-sumber sastra agama Hindu yang dapat dijadikan acuan dalam menyimak pengertian Yadnya tersebut antara lain dalam kitab Bhagawadgita Bab III sloka 10 menyebutkan :

Sahayajnah prajah srishtva puro ‘vacha prajapatih

anena prasavisyadhvam asha vo ‘stv ‘ista kamadhuk

Terjemahanya :

Pada jaman dahulu kala Prajapati menciptakan manusia dengan yadnya dan beliau bersabda. Dengan ini engkau akan berkembang biak dan menjadi kamadhuk dari  keinginanmu.

 

Serta dikuatkan dengan sloka Bhagawadgita Bab III sloka 14 juga disebutkan :

Annad bhavanti bhutani parjanyad annasambhavah

yajnad bhavati parjanyo yajnah karma samudbhavah

Terjemahannya:

Adanya makhluk hidup karena makanan, adanya makanan karena hujan, adanya hujan karena yajna dan adanya yajna karena karma.

 

Dengan demikian jelaslah bahwa pengertian yadnya itu sendiri tidak saja sebatas pada upacara semata berupa persembahan sesajen saja, namun jauh lebih luas dari itu  yaitu segala bentuk pemujaan, persembahan atau korban suci baik berupa material maupun spiritual yang timbul dari jiwa suci dan semangat berkorban demi untuk tujuan mulia dan luhur. Hal ini seirama dengan tujuan yadnya itu adalah untuk membayar hutang, ungkapan rasa terima kasih, membebaskan diri dari dosa, menghubungkan diri dengan tuhan, menyucikan lahir batin dan alam semesta serta menjalin hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam lingkungannya.

B.     Implementasi Yajna

Yajna yang tidak hanya berupa dana saja, melainkan pula dapat melalui pengetahuan. Yajna dalam bentuk pengetahuan. Dengan melalui proses belajar dan mengajar. Baik secara formal maupun secara informal. Proses pembelajaran ini hendaknya dimulai setiap hari dan setiap saat, sehingga kemajuan dan peningkatan dalam dunia pendidikan akan mencapai sasaran yang diinginkan. Melalui sistem pendidikan yang ada, yang dimulai sejak dini di dalam keluarga kecil, sekolah dan dilakukan secara terus-menerus selama hayat dikandung badan. Seperti dalam bentuk pembinaan secara berkesinambungan, bertahap, bertingkat dan berkelanjutan. Umat Hindu hendaknya menyadari membiasakan diri belajar, karena hal itu merupakan salah satu cara mendekati diri kepada Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa

Berdasarkan kutipan sastra agama di atas. banyak nilai-nilai etika sosial, budaya yang kita peroleh dari melaksanakan Yajña seperti ketulus-ikhlasan dalam setiap perbuatan, sikap kebersamaan (tidak mementingkan diri sendiri), pengendalian diri dengan Tapa, Brata, dan Samadhi, menanamkan rasa bersyukur dan terima kasih atas segala anugerah yang dilimpahkan kepada kita oleh Tuhan Yang Maha Esa (Sang Hyang Widhi Wasa).

(Dokumentasi Persembahyangan Di Pura Dalem Segara Cilincing)


Demikianlah dalam kehidupan sosial masyarakat agar saling memperhatikan antara satu dengan yang lainnya. Tata cara kehidupan yang seperti itu juga merupakan Yajña, karena akan mengantarkan pada kehidupan yang damai, harmonis dalam masyarakat. Dalam perkembangan selanjutnya tentu masih banyak kegiatan-kegiatan lainnya yang berhubungan dengan pelaksanaan Yajña.

Untuk itu mari kita bersama-sama dalam beryajna landasi dengan keikhlasan yang disertai kesucian hati, dengan cinta kasih yang diwujudkan dengan rasa bhakti yang tulus, cinta kepada sesama, cinta kepada binatang dan cinta kepada lingkungan, Yang harus dilakukan sesuai kemampuan agar tidak menjadi beban bgi kita, Beryadnya harus dilandasi perasaan beryajnya sebagai sebuah kewajiban.

Terimakasih, matur suksma semoga tulisan ini bermanfaat.

Om santih, santih, santih om

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Stah Dharma Nusantara Jakarta Melaksanakan Kegiatan Pembinaan Pasraman

Kegiatan KKG dan MGMP di DKI Jakarta

Sejarah Singkat Desa Balinuraga, Kec. Way Panji, Kalianda, Lampung Selatan.