Langsung ke konten utama

Tujuan hidup manusia menurut agama Hindu (Wayan Tantre Awiyane)

 

H

akikat  tujuan  hidup  itu  dari  banyak perspektif, sesuai dengan multi makna kehidupan manusia. Dalam konteks  agama paling kurang hal tersebut bisa dilihat dari dua perspektif, yaitu dilihat dari kacamata tujuan manusia  secara individu  itu sendiri dan  juga bisa dimaknai    dari tujuan  hidup manusia menurut ajaran Dharma (Agama).

Tujuan  hidup  manusia  menurut  agama  Hindu  disebut  purusa  artha.  Kata  purusa berarti  manusia.  Sedangkan  kata  artha  berarti  tujuan.  Jadi  Purusa  Artha  berarti tujuan  (hidup)  manusia.  Mengenai  tujuan  hidup  ini  dapat  diperoleh  dari  berbagai keterangan atau penjelasan. Penjelasan tersebut memberikan penegasan mengenai tujuan  hidup  itu  sendiri.  Di  dalam  kitab  Sarasamuscaya  dijelaskan  bahwa  hidup  sebagai  manusia  adalah  merupakan  kesempatan  yang  paling  utama.  Kelahiran sebagai manusia adalah    kesempatan emas,  yang tidak gampang didapatkan.



Hal tersebut  dikarenakan oleh fungsinya sendiri dimana melalui kesempatan tersebut,manusia dapat memperbaiki perbuatannya sehingga kelak mereka dapat menolong dirinya  dari  penderitaan  dan  pada  gilirannya  yang  bersangkutan  juga  memiliki kesempatan untuk  mencapai  moksa. Karena itu kita wajib memanfaatkan hidup ini sebaik-baiknya  untuk  berbuat  sesuatu   yang  lebih  baik  dari  waktu-waktu sebelumnya.  Dengan  perbuatan  baik,  manusia  mampu  memperbaiki  karmanya terdahulu.  Dengan  berbuat  baik  manusia  dapat  meningkatkan  kesejahteraan,  dan taraf hidupnya kepada kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya.

Dari  kutipan  tersebut,  dapat  disimpulkan  bahwa  apabila  manusia  hanya  berbuat terdorong  hanya  untuk  mendapatkan  pahala  semata-mata,  perbuatan  seperti  itu tidaklah terpuji. Artinya, tidak baik kalau kerja itu hanya didasarkan pada niat untuk mencari  untung  saja.  Walaupun  tidak  dijelaskan  mengapa  tidak  baik,  tetapi  dapat diduga  bahwa  apabila  setiap  manusia  berpikir  demikian  maka  akan  timbul persaingan yang tidak baik.

Di dunia ini, tidak ada manusia yang berbuat tanpa motif atau  tujuan.  Betapapun  kecil  perbuatan  itu  tentu  ada  tujuannya.  Seperti  misalnya sekedar  patuh  pada  Undang-Undang  atau  menjalankan  perintah  agama  dengan tertibpun  semuanya  timbul  karena  rasa  keinginan  untuk  mendapatkan  sesuatu sebagai pahalanya. Bahkan diakui pula bahwa pada dasarnya ajaran agama dengan pelaksanaannya  itu  sendiri  diturunkan  dan  diajarkan  kepada  manusia  didasarkan pada  ajaran  setiap  perbuatan  itu  selalu  ada  kaitannya  dengan  tujuan  dan  untuk memperoleh pahala. 

Semua perbuatan manusia itu pada hakikatnya didasarkan pada pencapaian hakikat hidup  yang  terpenting  yaitu:  dharma,  artha,  kama,  moksa.  Tidak  ada  perbuatan manusia  yang  tidak  dapat  dikuatkan  dengan  keinginan  untuk  mencapai  keempat tujuan itu  yang dikenal dengan nama Catur Warga atau Catur Purusa Artha.  Karena demikian, empat hal itulah yang menjadi hakikat tujuan hidup manusia.

Tujuan hidup manusia  menurut  agama  Hindu  bukan    hanya  untuk  mendapatkan  tempat  yang layak di akhirat,  kalau sudah meninggal kelak, melainkan juga untuk kesejahteraan duniawi (Awanita, 2003:11).

(Dokumentasi Dharmatula di Pura Parahyangan Agung Jagatkarta)


Dalam kitab Veda  disebutkan Moksartham jagadhita ya ca iti dharmah, artinya yang dikejar  oleh  umat  Hindu  adalah  kebahagiaan  abadi  setelah  meninggal  dan kebahagiaan  duniawi  ketika  masih  hidup.  Orang  tidak  dibenarkan  hanya mementingkan kebahagiaan akhirat dengan menyepelekan kesejahteraan hidup di bumi  ini.  Orang  keliru  kalau  hanya  menyucikan  rohaninya,  dengan  tidak memperhatikan  kesehatan,  gizi,  tempat  tinggal,  penghasilan,  dan  sebagainya (Ngurah Nala, dkk, 1995: 15).

Dijelaskan  bahwa  yang  paling  mendasar  yang  harus  dilakukan  manusia  berbuat yang  baik  dan  benar  sesuai  dengan  ajaran  dharma.  Dharma  adalah  kemuliaan. Dharma  adalah  kebajikan  dan  kebenaran  serta  tidak  hanya  mengutamakan keduniawian. Dharma merupakan pegangan hidup umat Hindu. Seluruh kehidupan manusia  diatur  oleh  Dharma,  atau  hidup  baik  adalah  hidup yang  mengikuti  ajaran Dharma. Menjalani hidup secara benar dan banyak melaksanakan kebajikan adalah hidup  yang  mulia.  Dharma  dilaksanakan  pada  setiap  aspek  kehidupan.  Mulai  dari perilaku  sehari-hari  di  rumah,  dalam  masyarakat,  ketika  bekerja,  berekreasi, melaksanakan  upacara  di  pura,  belajar  di  kampus,  dan  bahkan  berkomunikasi dengan makhluk lain pun harus didasari oleh Dharma.

Dharma harus juga diimplementasitkan dalam  hidup  sosial  kemasyarakatan.  Sikap  hidup  kepada  sesama  adalah  sebagai bentuk pengamalan dharma (Bagus Wirawan, dkk, 1995: 9). Inilah  yang  paling  mendasar,  kenapa  pendidikan  agama  Hindu  harus  diberi kan  di tingkat pendidikan tinggi. Mahasiswa harus dibangun karakternya agar memiliki sifat dan sikap peduli  kepada sesamanya, yaitu sikap hidup yang  saling kasih mengasihi, saling  harga  menghargai  dan  saling  hormat  menghormati. 

Hal  ini  merupakan kondisi kesadaran atau keinsyafan yang paling  mendasar  yang dituntut kepada kita semua dalam eksistensi hidup di dunia. Karena manusia yang dilahirkan, merupakan makhluk  yang  utama  dan  mulia,  dibandingkan  dengan  makhluk  hidup  lainnya.Status  terhormat  itu  disandang  oleh  manusia  kerena  kelebihan  yang  dimilikinya, seperti  akal  budi  atau  manah,  manusia  di  dalam  hidupnya,  diharapkan  dapat meningkatkan  taraf  hidupnya  ke  jenjang  yang  lebih  berkualitas.  Manusia  dituntut untuk  bereksistensi  selalu hidup harmonis  dengan  sesama  makhluk  hidup.  Karena dengan sikap hidup yang demikian, diyakini manusia akan hidup damai dan bahagia.

Dengan  kata  lain,  sikap  yang  demikian  akan  dapat  mengantar  manusia  dalam

mencapai tujuan hidupnya di dunia, yaitu jagadhita dan moksa (kebahagiaan jasmani dan rohani, dunia dan akhirat).

Dalam  sosial  kemasyarakatan,  hidup  yang  saling  kasih  mengasihi,  saling menghargai  dan  saling  menghormati,  merupakan  nilai  yang  tertinggi  di  dalam kehidupan.  Betapa  tidak,  karena  keberadaan  hidup  yang  demikian  itu  sangat berkaitan  dengan  kebutuhan  hidup  manusia,  dan  bahkan  merupakan  bagian  dari hidup  manusia  itu  sendiri.  Sejak  kecil  manusia  sangat  membutuhkan  rasa  kasih.

Kasih  yang  pertama  meresap  kepada  seseorang  sejak  kecil  adalah  kasih  ibu. Kemudian setelah dewasa, seseorang juga memerlukan kasih dari orang lain. Setiap orang  memerlukan  bantuan  dari  orang  lain  dan  karena  itu  pula  setiap  orang memerlukan teman dan ia harus hidup di tengah-tengah masyarakat. Dengan hidup saling kasih mengasihi, setiap orang akan merasakan  hidup ini lebih berbahagia dan berarti  serta  lebih  kuat.  Karena  dengan  demikian  seseorang  akan  dapat menyandarkan kelemahannya sebagai manusia yang memiliki sifat sangat terbatas.

Hal  ini  berarti  bahwa  manusia  tidak  bisa  hidup  sendirian,  namun  ia  harus  hidup bersama-sama dengan orang lain. Tanpa demikian, cenderung hidup manusia tidak akan sempurna dan tidak bermakna.

Di  dalam  Yajur  Veda  26.2,  disebutkan:  mitrasya  ma  caksusa  sarvani  bhutani samiksantam,  mitarsya  aham  caksusa  sarvani  bhutani  samikse,  mitrasya  caksusa samiksamahe,  terjemahnya:  semoga  semua  makhluk  memandang  kami  dengan pandangan  mata  seorang  sahabat,  semoga  saya  memandang   semua  makhluk dengan  pandangan  mata  seorang  sahabat,  semoga  kami  pandang  memandang dengan  pandangan  mata  seorang  sahabat.  Ajaran  ini  mengingatkan  kepada  kita semua,  betapa  pentingnya  hidup  dalam  suasana  kedamaian,  dan  betapa  hal tersebut  telah  didambakan  sejak  kehidupan  terdahulu  dan  sampai  kini  pun  tetap juga  mendapat  porsi  yang  utama  dalam  kehidupan  sosial  kemasyarakatan.  Jadi,untuk  memperoleh  kehidupan  yang  penuh  dengan  kedamaian  dan  kebahagiaan, setiap  orang  harus  hidup  bersahabat.  Hidup  dalam  bersahabat,  setiap  orang diharapkan  hidupnya  dalam  suasana  yang  saling  kasih  mengasihi,  saling  harga menghargai  dan  saling  hormat  menghormati,  serta  menjauhi  kebencian  dan mendambakan  kedamaian.  Hidup  dalam  suasana  damai  adalah  dambaan  dan tujuan  hidup  manusia  di  dunia  dan  menjadi  cita-cita  setiap  manusia. 

Hal  ini  patut diyakini dan harus  dihayati  oleh  setiap  umat  manusia  dan dilaksanakan  sesuai  dengan  petunjuk-petunjuk  ajaran  agama,  sehingga  tercapai kondisi  hidup yang selaras, serasi dan seimbang, atau hidup yang  rukun,  tenteram, damai dan bahagia.

 

Referensi

  1. Bagus  Wirawan,A.A.,  dkk,  Dharma  Agama  dan  Dharma  Negara,  Balai  Pustaka, Denpasar, 1995.
  2. Nala, I Gusti Ngurah dan IGK Adia Wiratmadja,  Murddha Agama Hindu, Upada Sastra, Denpasar, 1991.
  3. Bahan Ajar Pendidikan Agama Hindu Untuk Oerguruan Tinggi, 2016.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peresmian dan Launching Rumah Produksi BPH: Tonggak Baru Penyiaran Hindu di Era Digital

 Jakarta, 15 Oktober 2024 – Badan Penyiaran Hindu (BPH) mencatat sejarah baru dengan meresmikan dan meluncurkan Rumah Produksi BPH, sebagai bagian dari upaya mengembangkan media penyiaran yang berlandaskan nilai-nilai agama Hindu. Kegiatan peresmian ini berlangsung khidmat di Jakarta Selatan, dihadiri oleh sejumlah tokoh agama dan pemangku kepentingan umat Hindu. Dokumentasi Acara Peresmian tersebut diawali dengan sambutan dari Dr. I Wayan Kantun Mandara, Ketua BPH dan juga tokoh terkemuka di Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya keberadaan rumah produksi ini sebagai sarana untuk menyebarkan ajaran dharma melalui media yang inovatif. "Rumah Produksi BPH ini akan menjadi pusat bagi kita untuk menciptakan konten yang tidak hanya mendidik tetapi juga mampu menginspirasi umat Hindu dalam menjalankan nilai-nilai agama di tengah tantangan zaman modern," ujar Dr. I Wayan Kantun Mandara. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan sam...

Karya Anugerah Mahottama Award 2024

Jakarta, 22 Oktober 2024. Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama Melaksanakan kegiatan Karya Anugerah Mahottama Award 2024. Dengan menghadirkan seluruh Pembimas di seluruh Indonesia, Para penyuluh Yang terdiri dari PNS, PPPK dan Penyuluh Agama Hindu Non PNS. Acara ini tidak hanya bertujuan untuk memberikan penghargaan, tetapi juga sebagai motivasi bagi kita semua, khususnya umat Hindu, untuk terus berinovasi dan berkontribusi dalam bidang agama, budaya, pendidikan, dan sosial. Saya sangat bangga melihat semangat, kreativitas, dan komitmen yang ditunjukkan oleh para penerima penghargaan tahun ini. Dokumentasi Kegiatan Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya ingin menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah berperan dalam menyelenggarakan acara ini. Keberhasilan acara Karya Anugerah Mahottama Award 2024 adalah hasil dari kerja sama dan sinergi yang luar biasa antara pemerintah, tokoh agama, dan seluruh umat Hindu. Kemudian Sekum Made Widiarta menyampaikan...

Materi Tri Guna dalam Diri SMP Kelas VIII Agama Hindu

         (Dokumentasi Penyuluhan di Pura Aditya Jaya rawamangun) Manusia sejak lahir memiliki tiga sifat dasar. Ketiga sifat dasar manusia tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan. Sifat dasar manusia yang satu dengan yang lain selalu bergejolak untuk saling mengalahkan. Sifat dasar manusia tertuang dalam kitab-kitab suci agama Hindu.  Pustaka suci Bhagavad-gītā , XVIII.40 menyatakan bahwa:  na tad asti prthivyām vā divi devesu vā punah sattvam  prakrti-jair muktam yad ebhih syāt tribhir gunaih. Artinya: Tiada makhluk yang hidup, baik di sini maupun di kalangan para deva di susunan planet yang lebih tinggi, yang bebas dari tiga sifat tersebut yang dilahirkan dari alam material. Terjemahan sloka di atas, dapat dijelaskan bahwa, setiap makhluk hidup baik manusia maupun deva tidak ada yang luput dari tri guna. Hal ini disebabkan karena setiap makhluk yang terbentuk oleh unsur material dipengaruhi oleh Tri Guna. Pustaka...