H |
akikat tujuan hidup
itu dari banyak perspektif, sesuai dengan multi makna
kehidupan manusia. Dalam konteks agama
paling kurang hal tersebut bisa dilihat dari dua perspektif, yaitu dilihat dari
kacamata tujuan manusia secara
individu itu sendiri dan juga bisa dimaknai dari tujuan
hidup manusia menurut ajaran Dharma (Agama).
Tujuan hidup
manusia menurut agama
Hindu disebut purusa
artha. Kata purusa berarti manusia.
Sedangkan kata artha
berarti tujuan. Jadi
Purusa Artha berarti tujuan (hidup)
manusia. Mengenai tujuan
hidup ini dapat
diperoleh dari berbagai keterangan atau penjelasan.
Penjelasan tersebut memberikan penegasan mengenai tujuan hidup
itu sendiri. Di
dalam kitab Sarasamuscaya
dijelaskan bahwa hidup
sebagai manusia adalah
merupakan kesempatan yang
paling utama. Kelahiran sebagai manusia adalah kesempatan emas, yang tidak gampang didapatkan.
Hal
tersebut dikarenakan oleh fungsinya
sendiri dimana melalui kesempatan tersebut,manusia dapat memperbaiki
perbuatannya sehingga kelak mereka dapat menolong dirinya dari
penderitaan dan pada
gilirannya yang bersangkutan
juga memiliki kesempatan untuk mencapai
moksa. Karena itu kita wajib memanfaatkan hidup ini sebaik-baiknya untuk
berbuat sesuatu yang
lebih baik dari
waktu-waktu sebelumnya.
Dengan perbuatan baik,
manusia mampu memperbaiki
karmanya terdahulu. Dengan berbuat
baik manusia dapat
meningkatkan kesejahteraan, dan taraf hidupnya kepada kehidupan yang lebih
baik dari sebelumnya.
Dari kutipan
tersebut, dapat disimpulkan
bahwa apabila manusia
hanya berbuat terdorong hanya
untuk mendapatkan pahala
semata-mata, perbuatan seperti
itu tidaklah terpuji. Artinya, tidak baik kalau kerja itu hanya didasarkan
pada niat untuk mencari untung saja.
Walaupun tidak dijelaskan
mengapa tidak baik,
tetapi dapat diduga bahwa
apabila setiap manusia
berpikir demikian maka
akan timbul persaingan yang tidak
baik.
Di
dunia ini, tidak ada manusia yang berbuat tanpa motif atau tujuan.
Betapapun kecil perbuatan
itu tentu ada
tujuannya. Seperti misalnya sekedar patuh
pada Undang-Undang atau
menjalankan perintah agama
dengan tertibpun semuanya timbul
karena rasa keinginan
untuk mendapatkan sesuatu sebagai pahalanya. Bahkan diakui pula
bahwa pada dasarnya ajaran agama dengan pelaksanaannya itu
sendiri diturunkan dan
diajarkan kepada manusia
didasarkan pada ajaran setiap
perbuatan itu selalu
ada kaitannya dengan
tujuan dan untuk memperoleh pahala.
Semua
perbuatan manusia itu pada hakikatnya didasarkan pada pencapaian hakikat
hidup yang terpenting
yaitu: dharma, artha,
kama, moksa. Tidak
ada perbuatan manusia yang
tidak dapat dikuatkan
dengan keinginan untuk
mencapai keempat tujuan itu yang dikenal dengan nama Catur Warga atau
Catur Purusa Artha. Karena demikian,
empat hal itulah yang menjadi hakikat tujuan hidup manusia.
Tujuan
hidup manusia menurut agama
Hindu bukan hanya
untuk mendapatkan tempat
yang layak di akhirat, kalau
sudah meninggal kelak, melainkan juga untuk kesejahteraan duniawi (Awanita,
2003:11).
Dalam
kitab Veda disebutkan Moksartham jagadhita ya ca iti dharmah,
artinya yang dikejar oleh umat
Hindu adalah kebahagiaan
abadi setelah meninggal
dan kebahagiaan duniawi ketika
masih hidup. Orang
tidak dibenarkan hanya mementingkan kebahagiaan akhirat dengan
menyepelekan kesejahteraan hidup di bumi
ini. Orang keliru
kalau hanya menyucikan
rohaninya, dengan tidak memperhatikan kesehatan,
gizi, tempat tinggal,
penghasilan, dan sebagainya (Ngurah Nala, dkk, 1995: 15).
Dijelaskan bahwa
yang paling mendasar
yang harus dilakukan
manusia berbuat yang baik
dan benar sesuai
dengan ajaran dharma.
Dharma adalah kemuliaan. Dharma adalah
kebajikan dan kebenaran
serta tidak hanya
mengutamakan keduniawian. Dharma merupakan pegangan hidup umat Hindu.
Seluruh kehidupan manusia diatur oleh
Dharma, atau hidup
baik adalah hidup yang
mengikuti ajaran Dharma.
Menjalani hidup secara benar dan banyak melaksanakan kebajikan adalah hidup yang
mulia. Dharma dilaksanakan
pada setiap aspek
kehidupan. Mulai dari perilaku
sehari-hari di rumah,
dalam masyarakat, ketika
bekerja, berekreasi,
melaksanakan upacara di
pura, belajar di
kampus, dan bahkan
berkomunikasi dengan makhluk lain pun harus didasari oleh Dharma.
Dharma
harus juga diimplementasitkan dalam
hidup sosial kemasyarakatan. Sikap
hidup kepada sesama
adalah sebagai bentuk pengamalan
dharma (Bagus Wirawan, dkk, 1995: 9). Inilah
yang paling mendasar,
kenapa pendidikan agama
Hindu harus diberi kan
di tingkat pendidikan tinggi. Mahasiswa harus dibangun karakternya agar
memiliki sifat dan sikap peduli kepada
sesamanya, yaitu sikap hidup yang saling
kasih mengasihi, saling harga menghargai
dan saling hormat
menghormati.
Hal ini
merupakan kondisi kesadaran atau keinsyafan yang paling mendasar
yang dituntut kepada kita semua dalam eksistensi hidup di dunia. Karena
manusia yang dilahirkan, merupakan makhluk
yang utama dan
mulia, dibandingkan dengan
makhluk hidup lainnya.Status terhormat
itu disandang oleh
manusia kerena kelebihan
yang dimilikinya, seperti akal
budi atau manah,
manusia di dalam
hidupnya, diharapkan dapat meningkatkan taraf
hidupnya ke jenjang
yang lebih berkualitas.
Manusia dituntut untuk bereksistensi
selalu hidup harmonis dengan sesama
makhluk hidup. Karena dengan sikap hidup yang demikian,
diyakini manusia akan hidup damai dan bahagia.
Dengan kata
lain, sikap yang
demikian akan dapat
mengantar manusia dalam
mencapai
tujuan hidupnya di dunia, yaitu jagadhita dan moksa (kebahagiaan jasmani dan
rohani, dunia dan akhirat).
Dalam sosial
kemasyarakatan, hidup yang
saling kasih mengasihi,
saling menghargai dan saling
menghormati, merupakan nilai
yang tertinggi di
dalam kehidupan. Betapa tidak,
karena keberadaan hidup
yang demikian itu sangat
berkaitan dengan kebutuhan
hidup manusia, dan
bahkan merupakan bagian
dari hidup manusia itu
sendiri. Sejak kecil
manusia sangat membutuhkan
rasa kasih.
Kasih yang
pertama meresap kepada
seseorang sejak kecil
adalah kasih ibu. Kemudian setelah dewasa, seseorang juga
memerlukan kasih dari orang lain. Setiap orang
memerlukan bantuan dari
orang lain dan
karena itu pula
setiap orang memerlukan teman dan
ia harus hidup di tengah-tengah masyarakat. Dengan hidup saling kasih
mengasihi, setiap orang akan merasakan
hidup ini lebih berbahagia dan berarti
serta lebih kuat.
Karena dengan demikian
seseorang akan dapat menyandarkan kelemahannya sebagai
manusia yang memiliki sifat sangat terbatas.
Hal ini
berarti bahwa manusia
tidak bisa hidup
sendirian, namun ia
harus hidup bersama-sama dengan
orang lain. Tanpa demikian, cenderung hidup manusia tidak akan sempurna dan
tidak bermakna.
Di dalam
Yajur Veda 26.2,
disebutkan: mitrasya ma caksusa
sarvani bhutani samiksantam, mitarsya
aham caksusa sarvani
bhutani samikse, mitrasya
caksusa samiksamahe,
terjemahnya: semoga semua
makhluk memandang kami
dengan pandangan mata seorang
sahabat, semoga saya
memandang semua makhluk dengan pandangan
mata seorang sahabat,
semoga kami pandang
memandang dengan pandangan mata
seorang sahabat. Ajaran
ini mengingatkan kepada
kita semua, betapa pentingnya
hidup dalam suasana
kedamaian, dan betapa
hal tersebut telah didambakan
sejak kehidupan terdahulu
dan sampai kini
pun tetap juga mendapat
porsi yang utama
dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan. Jadi,untuk memperoleh
kehidupan yang penuh
dengan kedamaian dan
kebahagiaan, setiap orang harus
hidup bersahabat. Hidup
dalam bersahabat, setiap
orang diharapkan hidupnya dalam
suasana yang saling
kasih mengasihi, saling
harga menghargai dan saling
hormat menghormati, serta
menjauhi kebencian dan mendambakan kedamaian.
Hidup dalam suasana
damai adalah dambaan
dan tujuan hidup manusia
di dunia dan
menjadi cita-cita setiap
manusia.
Hal ini
patut diyakini dan harus
dihayati oleh setiap
umat manusia dan dilaksanakan sesuai
dengan petunjuk-petunjuk ajaran
agama, sehingga tercapai kondisi hidup yang selaras, serasi dan seimbang, atau
hidup yang rukun, tenteram, damai dan bahagia.
Referensi
- Bagus
Wirawan,A.A., dkk, Dharma
Agama dan Dharma
Negara, Balai Pustaka, Denpasar, 1995.
- Nala, I Gusti Ngurah dan IGK Adia
Wiratmadja, Murddha Agama Hindu,
Upada Sastra, Denpasar, 1991.
- Bahan Ajar Pendidikan Agama Hindu Untuk
Oerguruan Tinggi, 2016.
Komentar
Posting Komentar