Langsung ke konten utama

“Bhakti pada Hyang Widhi dimasa Pandemi” (Wayan Tantre Awiyane)

Om Swastyastu,

Kepada Yang telah disucikan Pandita Lan Pinandita

Yth Panitia Piodalan Agung ke 20 Pura Widya Mandala Lenteng Agung

Yang Saya Muliakan Bapak Ibu dan Generasi Muda Sedharma

Terima kasih atas waktu dan kesempatan yang telah diberikan kepada saya. Pertama marilah kita panjatkan puja asthungkara kita kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas asung kertha wara nugraha-Nya kita senantiasa dalam keadaan sehat dan berbahagia. Kedua marilah kita haturkan puji astute bhakti kita kehadapan para leluhur, Maha Rsi Serta Para guru yang membimbing kita hingga sampai saat ini.

Pada kesempatan yang suci ini saya akan menyampaikan dharma wacana dengan judul “Bhakti pada Hyang Widhi dimasa Pandemi”.

Umat sedharma yang berbahagia

Di zaman Kaliyuga ini tantangan kehidupan duniawi begitu besar dan menonjol, apabila manusia lengah maka mereka akan terseret kelembah penderitaan, papa dan dosa. Namun sebaliknya Veda juga menetapkan bahwa apabila manusia berpegang teguh pada prinsip Dharma dan mencapai kesadaran pengetahuan, maka mereka akan terbebas dari belenggu kegelapan yang membawa derita dalam hidupnya. Fenomena yang terjadi belakangan ini adanya covid-19, sebuah virus, makhluk kecil yang kasat mata, terciptakan bukan tanpa tujuan, walaupun misi penciptaaannya tak akan pernah diketahui dengan pasti. Penciptaan sebuah makhluk oleh sang maha pencipta adalah rahasia Hyang Widhi Wasa. Apapun misi penciptaannya, sangat  jelas terlihat dalam kenyataan, bahwa covid-19 telah memaksa manusia untuk mengubah berbagai tatanan   kehidupannya.

Siap atau tidak siap, mau atau tidak mau, mampu atau tidak mampu, covid telah membuat manusia berubah, bukan sebuah perubahan prinsip tapi berubah dalam proses pendidikan, etika bersosialisasi maupun melaksanakan laku spiritualnya. Situasi Pandemi saat ini mengharuskan kita terus waspada dan selalu menjaga kebersihan dan kesehatan fisik dan rohani dengan berolahraga serta melakukan bhakti kepada Hyang Widhi setiap hari.

Mengacu pada fenomena tersebut ada dua hal yang akan saya sampaikan yakni;

1. Bagaimana Hindu Mengajarkan Agar kita dapat menuju Tuhan?

2. Bagaimana cara kita berbakti dimasa pandemi?

 

 

 

Umat Sedharma Yang Penuh Bakti

Dalam ajaran agama hindu terdapat berbagai macam jalan yang dapat dilalui untuk mencapai kesempurnaan “moksa” degan menghubungkan diri dan memusatkan pikiran kepada ida sang yang widhi wasa. Cara atau jalan yang demikianlah yang disebut dengan catur marga yoga. Catur yang artinya empat dan marga artinya jalan dan yoga artinya penyatuan dengan Brahman. Jadi yang diaksud dengan catur marga yoga adalah empat jalan atau cara umat hindu untuk mewujudkan hidup sejahtera dan bahagia. Adapun bagian-bagiannya yaitu

1.       Bhakti marga yoga

Bhakti marga yoga adalah jalan atau cara mempersatukan atman dengan Brahman, berlandaskan rasa cinta kasih yang mendalam kepada ida sang hyang widhi wasa.  Cinta bakti yang mendalam kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa itu juga harus kita pancarkan kepada semua makhluk ciptaan-Nya. Contoh dalam kehidupan kita sehari-hari yaitu melakukan persembahyangan, hormat menghormati sesame manusia, serta menerapkan rasa asah, asih, asuh terhadap semua makhluk ciptaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

2.       Karma marga yoga

Karma marga yoga adalah jalan atau cara untuk menapai kesempurnaan atau moksa dengan perbuatan, bekerja tanpa terikat oleh hasil atau kebajikan tanpa pamrih. Contohnya yaitu engan selalu berbuat dharma atau kebajikan, menolong sesama yang kesusahan, serta kegiatan sosial (subhakarma) lainya yang dilandasi rasa ikhlas dan tanggung jawab.

3.       Jnana marga yoga

Jnana Marga Yoga adalah cara untuk menyatukan jiwatman dengan paramatman yang dicapai dengan jalan mempelajari ilmu pengetahuan dan filsafat pembebasan diri dari ikatan-ikatan keduniawian. Contohnya dengan rajin belajar, medwijati, dan mempelajari, memahami, menghayati, menyebakan ajaran agama hindu.

4.       Raja marga yoga

Raja marga yoga adalah suatu jalan rohani untuk mencapai moksa. Melalui raja marga yoga seseorang akan lebih cepat mencapai moksa, tetapi tantangan yang dihadapinya pun lebih berat. ada beberapa jalan pelaksanaan yang ditempuh oleh para yogin yaitu melalukan tapa, brata, yoga, dan Samadhi. Tapa dan brata merupakan suatu latihan untuk mengendalikan emosi atau nafsu yang ada dalam diri kita ke arah yang positif sesuai denan petunjuk ajaran kitab suci. Sedangkan yoga dan semadhi adalah latihan untuk dapat menyatukan atman denan Brahman dengan melakukan meditasi atau pemusatan pikiran. Setelah kita menjalani tapa, brata, yoga dan semadhi diri kita akan menadi suci, tenang, tentram dan terlatih.

Umat Sedharma Yang Berbahagia          

Dengan pengabdian maka umatnya akan mencapai keabadian yang sesungguhnya, karena Tuhan adalah kepribadian yang tak terhingga dan maha sempurna. Hal tersebut ditegaskan dalam bhagawadgita sloka 9.26.

patram puṣpam phalam toyam

yo me bhaktyā prayacchati

tad aham bhakty-upahṛtam

aśnāmi prayatātmanaḥ

 

Terjemahannya:

Apa yang dipersembahkan kepadaku, sehelai daun, setangkai bunga, setetes air, buah atau biji-bijian dengan cinta bhakti dan kesadaran yang murni, akan  Ku terima.

Makna dari sloka Bhagawad Gita di atas adalah kalau seseorang mempersembahkan kembang rampai, itu menandakan bahwa keinginan manusia untuk mempersembahkan cinta kasih dan bhakti mereka seluas semesta. Jadi inti sari dari persembahan berupa canang tiada lain adalah ungkapan cinta kasih seorang hamba terhadap sang penciptanya.

Dengan demikian catur marga yoga yang berarti empat cara atau jalan umat hindu untuk menghormati dan menuju jalan ida sang hyang widhi wasa. Keempat jalan atau marga tersebut yakni bhakti marga yoga, karma marga yoga, jnana marga yoga, dan raja marga yoga dapat dilakukan di berbagai tempat dan waktu sesuai dengan kemampuan kita masing-masing dan keempat jalan tersebut tidak dapat dipisahkan karena dalam praktiknya saling berkaitan.

Mari umat sedharma sekalian melalui pelaksanaan Piodalan Pura Widya Mandala yang ke 20 ini kita bersama-sama dalam mengkukuhkan Rasa hormat dan berserah kepada ida sang hyang widhi wasa merupakan wujud pelaksanaan bhakti marga yoga. Menyediakan sarana kebhaktian merupakan wujud pelaksanaan karma marga yoga. Pemahaman tentang pengetahuan persembahyangan merupakan wujud dari pelaksanaan jnana marga yoga.

4.       Sikap duduk tegak, tenang, dan konsentasi merupakan wujud dari pelaksanaan persembahyangan merupakan raja marga yoga.

Kelungkung Semara Pura, Kirang Langkung Tityang nunas pangampure.

Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru

Om Santih, Santih, Santih Om

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Singkat Desa Balinuraga, Kec. Way Panji, Kalianda, Lampung Selatan.

          Pada jaman dahulu Desa Balinuraga adalah lahan milik pemerintah yang kemudian dijadikan sebagai daerah tujuan Transmigrasi pada tahun 1963 dan pada tahun itu juga diberi nama Desa Balinuraga di bawah wilayah Kecamatan Kalianda. Pada tanggal 27 September 1967 Dinas Transmigrasi menempatkan 4 empat roambongan peserta Transmigrasi yang ditempatkan di Balinuraga. Rombongan tersebut adalah sebagai berikut: 1 Sidorahayu diketuai oleh Pan Sudiartana yang berjumlah 250 KK 2 Sukanadi diketuai oleh Pan Kedas yang berjumlah 75 KK 3 Pandearge diketuai oleh Made Gedah yang berjumlah 175 KK 4 Rengas diketuai oleh Oyok yang berjumlah 40 KK Dan tahun 1963-1965 wilayah ini belum mempunyai struktur Pemerintah Desa.            Segala administrasi masih ditangani oleh Jawatan transmigrasi. Mangku Siman, untuk mengordinir rombongan-rombongan trasnmigrasi Mangku Siman sebagai ketua rombongan seluruhnya. Pada tahun 1965 barulah perangk...

Catur Warna dalam Agama Hindu

  Pemahaman tentang Catur Varna dapat dijelaskan berdasarkan sastra drstha. Yang dimaksud pemahaman Catur Varna berdasarkan sastra drstha adalah pemahaman yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian tentang Catur Varna menurut yang tersurat dalam kitab suci, sebagai berikuti; Bhagavadgita IV.13  cātur-varṇyaḿ mayā sṛṣṭaḿ guṇa-karma-vibhāgaśaḥ tasya kartāram api māḿ viddhy akartāram avyayam Terjemahan: Catur Warna aku ciptakan menurut pembagian dari guna dan karma  (sifat dan pekerjaan). Meskipun aku sebagai penciptanya, ketahuilah  aku mengatasi gerak dan perubahan (Puja, 2000). Pengertian Catur Varna           Kata “Catur Varna” dalam ajaran Agama Hindu berasal dari bahasa Sansekerta, dari kata ‘catur dan varna’. Kata catur berarti empat . Kata varna berasal dari akar kata Vri yang berarti pilihan atau memilih lapanagan kerja. Dengan demikian catur varna berarti empat pilihan bagi setiap orang terhadap profesi yang cocok untuk pribadiny...

Peresmian dan Launching Rumah Produksi BPH: Tonggak Baru Penyiaran Hindu di Era Digital

 Jakarta, 15 Oktober 2024 – Badan Penyiaran Hindu (BPH) mencatat sejarah baru dengan meresmikan dan meluncurkan Rumah Produksi BPH, sebagai bagian dari upaya mengembangkan media penyiaran yang berlandaskan nilai-nilai agama Hindu. Kegiatan peresmian ini berlangsung khidmat di Jakarta Selatan, dihadiri oleh sejumlah tokoh agama dan pemangku kepentingan umat Hindu. Dokumentasi Acara Peresmian tersebut diawali dengan sambutan dari Dr. I Wayan Kantun Mandara, Ketua BPH dan juga tokoh terkemuka di Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya keberadaan rumah produksi ini sebagai sarana untuk menyebarkan ajaran dharma melalui media yang inovatif. "Rumah Produksi BPH ini akan menjadi pusat bagi kita untuk menciptakan konten yang tidak hanya mendidik tetapi juga mampu menginspirasi umat Hindu dalam menjalankan nilai-nilai agama di tengah tantangan zaman modern," ujar Dr. I Wayan Kantun Mandara. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan sam...