A |
pakah yang dimaksud
dengan menggali landasan
sosiologis tentang Pendidikan Agama Hindu
di Indonesia dalam
membangun basis kepribadian
humanis bagi mahasiswa?
Menggali landasan
sosiologis dalam pendidikan
agama Hindu, adalah
bahwa pendidikan kepada mahasiswa
diarahkan untuk belajar
hidup bersama sebagai anggota masyarakat
dan menyelidiki
ikatan-ikatan antara manusia terutama
yang terkait dengan kehidupannya.
Manusia, menurut
kodratnya, di samping
sebagai makhluk individu,
juga adalah makhluk sosial.
Ciri-ciri kemanusiaannya tidak
akan muncul kalau
tidak berada di tengah-tengah manusia
lainnya. Salah satu
ciri manusia sebagai
makhluk sosial adalah membutuhkan
kasih sayang dari
lingkungannya seperti diterima,
dihargai sebagaimana mestinya, dibela,
dan sebagainya. Semuanya itu merupakan santapan jiwa yang
non fisik.
Pengamalan agama
yang dituju kan kepada
orang lain adalah pengamalan dalam bentuk memperlakukan
orang sebagai manusia
yang bermartabat ciptaan Tuhan. Perlakuan seperti itu akan rnenggugah
sifat-sifat baik yang dimiliki oleh setiap orang. Karena setiap orang memiliki
potensi untuk baik dan juga untuk buruk. Bhagauadgita mengatakan, Daiwi
Sampad adalah kecenderungan untuk
baik sedangkan Asuri Sampad adalah kecendrungan untuk berbuat buruk atau adharma
(Sura, 1985; 5).
Para
mahasiswa yang memiliki rasa keagamaan yang kuat, mereka akan selalu ingin mengembangkan dirinya,
lebih meningkatkan pemahaman
dan penghayatan keagamaan mereka
serta mengaplikasikannya dalam
kehidupan. Seseorang yang memiliki
rasa keagamaan yang
kuat, cenderung ingin
memperlakukan orang lain dengan baik dan wajar, karena hal tersebut merupakan pemenuhan kebutuhan jiwa secara sosiologis.
Orang yang mendapat
perlakuan dengan baik
akan merasakan betapa bahagianya
hidup ini. Demikian
juga bagi orang yang
berhasil memperlakukan orang dengan
baik secara wajar akan merasa
sangat bahagia.
Beberapa media
massa di Indonesia
pernah menurunkan hasil
wawancaranya dengan
orang-orang yang panjang
umur. Berdasarkan hasil
wawancara tersebut ditemukan, bahwa
salah satu penyebab
panjang umur adalah
karena yang bersangkutan hidup
dalam keharmonisan baik dalam keluarga, masyarakat maupun di tempat mereka
bekerja. Disamping itu mereka penyayang tumbuh-tumbuhan dan binatang. Setiap
hari kasih sayangnya
disalurkan kepada tumbuh-tumbuhan dan binatang
peliharaannya. Terhadap apa
yang dilakukan dalam
kesehariannya tersebut,
jiwanya semakin lembut
sel-sel tubuhnyapun tumbuh
dengan wajar dan sehat.
Kalau orang
dalam keadaan dibenci
dan membenci, syaraf-syarafnya akan
selalu tegang bahkan dalam
tubuhnya konon akan
tumbuh racun yang
menggerogoti. Karena itu, aplikasi
pengalaman beragama kepada
orang lain yakni
dengan jalan menghormati, menolong,
melindungi, menyayangi, memahami
orang lain berdasarkan kebenaran
artinya tidak ada
motif apa-apa selain
berbuat baik tersebut. Kalau
hal itu dapat
kita lakukan kepada
orang lain dan
lingkungan alam lainnya,
keharmonisan masyarakat dan kelestarian alam lingkungan akan semakin tumbuh.
Cuma manusia tidak
semudah itu dapat melakukannya.
la membutuhkan wawasan dan latihan setiap hari.
Wawasan
dalam hal ini adalah pandangan tentang hidup bersama.
Mengembangkan wawasan adalah
mengembangkan pemahamanpada
keberadaan manusia yang memiliki bermacam-macam sifat dan watak serta kemampuan yang dibawa
sejak lahir atau hasil pengembangan dalam hidupnya ini. Kalau kita
memahami keadaan setiap
orang, kita akan
lebih mudah melakukan komunikasi dengan
orang lain. Kita
akan mengetahui apa kelebihannya,
apa pula kekurangannya. Kelebihan
dan kekurangan orang
lain itulah dipakai
dasar untuk memulai komunikasi
yang positif guna mengembangkan kebaikannya
danmencegah sedapat mungkin kekurangannya untuk kebaikan
bersama. Langkah itu sudah juga termasuk mengamalkan agama kepada orang
lain.
Setiap
orang dituntut memiliki sifat pengasih dan penyayang serta pemaaf, yang disebut
prema murti dan ksama murti. Premamurti,
artinya wujudkanlah diri
menjadi seseorang pengasih dan
penyayang pada sesama
makhluk hidup. Sedangkan
Ksama Murti, artinya wujudkanlah diri kita menjadi seorang
pemaaf pada berbagai kekurangan orang lain. Prema Murti
dan Ksama Murti
keduanya adalah wujud
pengamalan agama kepada orang lain.
Di
samping itu, di dalam kehidupan bersama, setiap orang juga dituntut untuk dapat
hidup saling melayani,
yang disebut sewanam.
Sewanam, artinya melayani orang
lain terutama kepada mereka y ang membutuhkan pelayanan secara wajar dan
berdasarkan kebenaran.
Bentuk
sewanam itupun juga berarti pengamalan agama
kepada orang lain.
Dalam melakukan sewanam,
selain orang akan mendapatkan kemajuan spiritual, juga
dengan sewanam seseorang akan cenderung memperkecil sifat egoisnya, karena sifat egois (ahamkara)
itu menyelubungi atmandengan kegelapan
untuk mendekat menjangkau
sinar suci Paramatman.
Wujud
yang lebih nyata
dari pengamalan agama
dalam bentuk sewanam
ini, misalnya seperti membantu
fakir miskin, membantu
pendidikan anak yang
kurang mampu, ikut meringankan
beban penderitaan orang-orang
jompo, secara aktif
membantu pelestarian alam dan
lain sebgainya.
Unsur
penting yang perlu diperhatikan, adalah bagaimana
caranya melakukan pelayanan kepada orang lain
agar orang itu menjadi lebih
baik. Misalnya jangan
karena pelayanan yang kita berikan
orang tersebut menjadi malas,
manja bahkan semakin
bodoh atau menjadi
orang yang sombong dan
tidak ada rasa
terima kasih.
Kalau hal
itu terjadi, maka
pelayanan kita justru akan
merugikan atau menjerumuskan
orang lain. Ditinjau
dari segi pendidikan, mereka akan
menjadi semakin jauh
dengan dharma dan
Tuhan. Kalau ada
orang memiliki sifat-sifat yang sombong,
upayakan agar ia
memiliki kesempatan dan minat
untuk lebih mendalami
masalah-masalah kerohanian. Kalau kita
mampu menggugah minatnya dan
mengupayakan kesempatan untuk
kerohanian, hal itu merupakan
suatu sewanam yang
mulia.
Sedangkan bagi
yang berbakat namun miskin harta, orang ini patut diberikan
dana punia (bantuan dana atau
harta benda)untuk mengembangkan bakatnya itu. Kalau orang kaya, orang
berkuasa, orang yang punya pengaruh dapat ditingkatkan kualitas mental spiritualnya,
maka ia akan lebih produktif untuk mengembangkan kekayaannya, menggunakan
kekuasaannya lebih baik, demi melindungi
yang benar. Begitu pula orang yang berpengaruh jika mental spirtualnya meningkat,
akan menggunakan pengaruhnya
untuk rnenegakkan kebenaran.
Dengan demikian, akibat positif dari spiritualitas bagi orang yang kaya, orang berkuasa
dan orang yang
mempunyai pengaruh akan
banyak sekali bagi masyarakat luas. Itu berarti pula
pengamalan agama untuk kebaikan orang lain.
Referensi
1.
Sura, I Gede,
Pengendalian Diri dan Etika Dalam Agama Hindu, Paramita, Surabaya, 2003.
2.
Bahan Ajar Pendidikan agama Hindu Untuk
Perguruan Tinggi, Jakarta. 2016
Komentar
Posting Komentar