ASN dan Nilai-nilai Dharma Negara dalam Hindu

Gambar
        ASN adalah salah suatu pekerjaan yang didambakan bagi sebagian masyarakat Indonesia. Tak terkecuali generasi muda Hindu yang turut berpartisipasi dalam mengabdi pada bangsa dan negara. Sehingga perlu untuk melampirkan tulisan ini sebagai bentuk syukur atas waranugraha dan kesempatan yang baik dalam melaksanakan karma dan bhakti sebagai manusia.        Dalam pandangan Hindu, konsep Dharma tidak hanya mencakup aspek spiritual, tetapi juga memandang kehidupan sehari-hari, termasuk dalam urusan administrasi negara. Dharma Negara, atau tata pemerintahan yang diatur oleh prinsip-prinsip moral dan etika, menjadi landasan bagi ASN (Aparatur Sipil Negara) dalam menjalankan tugas-tugas mereka. Bagaimana pandangan Hindu menggambarkan ideal ASN sebagai penerapan nilai-nilai Dharma Negara?  (Dokumen Pribadi)           Dalam tradisi Hindu, Dharma mengacu pada kewajiban moral dan etika yang mengatur perilaku individu dalam berbagai aspek kehidupan. Dharma juga mencakup konsep tata tertib dan

Sosiologis tentang Pendidikan Agama Hindu di Indonesia

 

A

pakah  yang  dimaksud  dengan  menggali  landasan  sosiologis  tentang  Pendidikan Agama  Hindu  di  Indonesia  dalam  membangun  basis  kepribadian  humanis  bagi mahasiswa?

Menggali  landasan  sosiologis  dalam  pendidikan  agama  Hindu,  adalah      bahwa pendidikan  kepada  mahasiswa  diarahkan  untuk  belajar  hidup  bersama    sebagai anggota  masyarakat  dan menyelidiki  ikatan-ikatan  antara manusia  terutama  yang terkait dengan kehidupannya.

Manusia,  menurut  kodratnya,  di  samping  sebagai  makhluk  individu,  juga  adalah makhluk  sosial.  Ciri-ciri  kemanusiaannya  tidak  akan  muncul  kalau  tidak  berada  di tengah-tengah  manusia  lainnya.  Salah  satu  ciri  manusia  sebagai  makhluk  sosial adalah  membutuhkan  kasih  sayang  dari  lingkungannya  seperti  diterima,  dihargai sebagaimana mestinya, dibela,  dan sebagainya. Semuanya itu merupakan santapan jiwa  yang  non  fisik. 

Pengamalan  agama  yang  dituju kan  kepada  orang  lain  adalah pengamalan  dalam  bentuk  memperlakukan  orang  sebagai  manusia  yang bermartabat ciptaan Tuhan. Perlakuan seperti itu akan rnenggugah sifat-sifat baik yang dimiliki oleh setiap orang. Karena setiap orang memiliki potensi untuk baik dan juga untuk buruk. Bhagauadgita mengatakan,  Daiwi  Sampad  adalah kecenderungan untuk baik sedangkan Asuri Sampad adalah kecendrungan untuk berbuat buruk atau adharma (Sura, 1985; 5).

Para mahasiswa yang memiliki rasa keagamaan yang kuat, mereka akan selalu ingin mengembangkan  dirinya,  lebih  meningkatkan  pemahaman  dan  penghayatan keagamaan  mereka  serta  mengaplikasikannya  dalam  kehidupan.  Seseorang  yang memiliki  rasa  keagamaan  yang  kuat,  cenderung  ingin  memperlakukan  orang  lain dengan baik dan wajar,  karena hal tersebut  merupakan pemenuhan kebutuhan jiwa secara  sosiologis.  Orang  yang  mendapat  perlakuan  dengan  baik  akan  merasakan betapa  bahagianya  hidup  ini.  Demikian  juga  bagi orang  yang  berhasil memperlakukan  orang  dengan  baik  secara  wajar  akan  merasa  sangat  bahagia.

Beberapa  media  massa  di  Indonesia  pernah  menurunkan  hasil  wawancaranya dengan  orang-orang  yang  panjang  umur.  Berdasarkan  hasil  wawancara  tersebut ditemukan,  bahwa  salah  satu  penyebab  panjang  umur  adalah  karena  yang bersangkutan hidup dalam keharmonisan baik dalam keluarga, masyarakat maupun di tempat mereka bekerja. Disamping itu mereka penyayang tumbuh-tumbuhan dan binatang.  Setiap  hari  kasih  sayangnya  disalurkan  kepada  tumbuh-tumbuhan  dan binatang  peliharaannya.  Terhadap  apa  yang  dilakukan  dalam  kesehariannya tersebut,  jiwanya  semakin  lembut  sel-sel  tubuhnyapun  tumbuh  dengan  wajar  dan sehat.

Kalau  orang  dalam  keadaan  dibenci  dan  membenci,  syaraf-syarafnya  akan  selalu tegang  bahkan  dalam  tubuhnya  konon  akan  tumbuh  racun  yang  menggerogoti. Karena  itu,  aplikasi  pengalaman  beragama  kepada  orang  lain  yakni  dengan  jalan menghormati,  menolong,  melindungi,  menyayangi,  memahami  orang  lain berdasarkan  kebenaran  artinya  tidak  ada  motif  apa-apa  selain  berbuat  baik tersebut.  Kalau  hal  itu  dapat  kita  lakukan  kepada  orang  lain  dan  lingkungan  alam lainnya, keharmonisan masyarakat dan kelestarian alam lingkungan akan semakin tumbuh. Cuma  manusia  tidak  semudah itu dapat  melakukannya. la membutuhkan wawasan dan latihan setiap hari.

Wawasan dalam hal ini adalah pandangan  tentang hidup  bersama.  Mengembangkan  wawasan  adalah  mengembangkan  pemahamanpada keberadaan  manusia  yang memiliki bermacam-macam  sifat dan watak serta kemampuan yang dibawa sejak lahir atau hasil pengembangan dalam hidupnya ini. Kalau  kita  memahami  keadaan  setiap  orang,  kita  akan  lebih  mudah  melakukan komunikasi  dengan  orang  lain.  Kita  akan  mengetahui  apa  kelebihannya,  apa  pula kekurangannya.  Kelebihan  dan  kekurangan  orang  lain  itulah  dipakai  dasar  untuk memulai  komunikasi  yang  positif  guna  mengembangkan  kebaikannya  danmencegah sedapat mungkin kekurangannya untuk  kebaikan  bersama. Langkah itu sudah juga termasuk mengamalkan agama kepada orang lain.

Setiap orang dituntut memiliki sifat pengasih dan penyayang serta pemaaf, yang disebut prema murti dan ksama  murti.   Premamurti,  artinya  wujudkanlah  diri  menjadi  seseorang  pengasih dan  penyayang  pada  sesama  makhluk  hidup.  Sedangkan  Ksama  Murti,  artinya wujudkanlah diri kita menjadi seorang pemaaf pada berbagai kekurangan orang lain. Prema  Murti  dan  Ksama  Murti  keduanya adalah wujud  pengamalan  agama  kepada orang lain. 

Di samping itu, di dalam kehidupan bersama, setiap orang juga dituntut untuk  dapat  hidup  saling  melayani,  yang  disebut  sewanam.  Sewanam,  artinya melayani orang lain terutama kepada mereka y ang membutuhkan pelayanan secara wajar dan berdasarkan kebenaran.

Bentuk sewanam itupun juga berarti pengamalan agama  kepada  orang  lain.  Dalam  melakukan  sewanam,  selain  orang  akan mendapatkan kemajuan spiritual, juga dengan sewanam seseorang akan cenderung memperkecil  sifat egoisnya, karena sifat egois (ahamkara) itu menyelubungi  atmandengan  kegelapan  untuk  mendekat  menjangkau  sinar  suci  Paramatman. 

Wujud yang  lebih  nyata  dari  pengamalan  agama  dalam  bentuk  sewanam  ini,  misalnya seperti  membantu  fakir  miskin,  membantu  pendidikan  anak  yang  kurang  mampu, ikut  meringankan  beban  penderitaan  orang-orang  jompo,  secara  aktif  membantu pelestarian alam  dan lain sebgainya. 

Unsur penting yang perlu diperhatikan,  adalah bagaimana caranya melakukan pelayanan kepada orang lain  agar orang itu menjadi lebih  baik.  Misalnya  jangan  karena  pelayanan  yang  kita  berikan  orang  tersebut menjadi  malas,  manja  bahkan  semakin  bodoh  atau  menjadi  orang  yang  sombong dan  tidak  ada  rasa  terima  kasih. 

Kalau  hal  itu  terjadi,  maka  pelayanan  kita  justru akan  merugikan  atau  menjerumuskan  orang  lain.  Ditinjau  dari  segi  pendidikan, mereka  akan  menjadi  semakin  jauh  dengan  dharma  dan  Tuhan.  Kalau  ada  orang memiliki  sifat-sifat  yang  sombong,  upayakan  agar  ia  memiliki  kesempatan  dan minat  untuk  lebih  mendalami  masalah-masalah  kerohanian.  Kalau  kita  mampu menggugah  minatnya  dan  mengupayakan  kesempatan  untuk  kerohanian,  hal  itu merupakan  suatu  sewanam  yang  mulia. 

Sedangkan  bagi  yang  berbakat  namun miskin harta, orang ini patut diberikan dana punia  (bantuan dana  atau  harta benda)untuk mengembangkan bakatnya itu. Kalau orang kaya, orang berkuasa, orang yang punya pengaruh dapat ditingkatkan kualitas mental spiritualnya, maka ia akan lebih produktif untuk mengembangkan kekayaannya, menggunakan kekuasaannya lebih baik,  demi  melindungi  yang benar.  Begitu  pula orang yang berpengaruh jika mental spirtualnya  meningkat,  akan  menggunakan  pengaruhnya  untuk  rnenegakkan kebenaran. Dengan demikian, akibat positif dari spiritualitas bagi orang yang kaya, orang  berkuasa  dan  orang  yang  mempunyai  pengaruh  akan  banyak  sekali  bagi masyarakat luas. Itu berarti pula pengamalan agama untuk kebaikan orang lain.

 

Referensi

1.      Sura, I Gede,  Pengendalian Diri dan Etika Dalam Agama Hindu, Paramita, Surabaya, 2003.

2.      Bahan Ajar Pendidikan agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta. 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Stah Dharma Nusantara Jakarta Melaksanakan Kegiatan Pembinaan Pasraman

Kegiatan KKG dan MGMP di DKI Jakarta

Sejarah Singkat Desa Balinuraga, Kec. Way Panji, Kalianda, Lampung Selatan.