Langsung ke konten utama

Perkembangan pendidikan agama Hindu diketahui mulai sejak zaman Veda, dengan azas pendidikannya bersifat kekeluargaan.

 

S

ecara  historis,  perkembangan  pendidikan  agama  Hindu diketahui  mulai  sejak  zaman  Veda,  dengan  azas  pendidikannya  bersifat kekeluargaan. Curahan kasih sayang antara guru (acharya) dengan murid (sisya) melekat  bagaikan  anak  dengan  orang  tua.  Setiap  sisya  diharuskan  mentaati peraturan secara ketat. Perkembangan agama pada masa sebelumkemerdekaan, pendidikannya lebih banyak ditangani oleh tiga lembaga ideal, yakni guru wisesa (kelompok raja atau pemerintah), guru pengajian (guru spiritual), dan guru rupaka (orang  tua).  Selanjutnya  pada  zaman  sesudah  kemerdekaan,  pendidikan  agama Hindu  banyak  ditangani  oleh  yayasan-yayasan  seperti  Paruman  Para  Pandita, Majelis  Hinduisme,  Perhimpunan  Keluarga  Ketuhanan,  Yayasan  Dwijendra, Persatuan Keluarga Bujangga Wisnawa, Bali Dharma Yajna, Satya Hindu Dharma.

Sejak  tahun  1968  pendidikan  agama  Hindu  ditangani  di  sekolah-sekolah  seperti PGA  Hindu,  APGAH,  IHD,  STKIP  Agama  Hindu,  STHD,  dan  STAH  yang keberadaannya tersebar di beberapa daerah di Indonesia.

Menggali  landasan  sosiologis  pendidikan  agama  Hindu,  adalah  mengkaji  arah pendidikan dalam pembinaannya kepada mahasiswa untuk belajar hidup bersama di  dalam  masyarakat  dan  menyelidiki  ikatan-ikatan  antara  manusia  yang menguasai  hidupnya.  Manusia,  menurut  kodratnya,  adalah  sebagai  makhluk  individu  dan  makhluk  sosial.  Ciri  manus ia  sebagai  makhluk  sosial  adalah membutuhkan  kasih  sayang  dari  lingkungannya  seperti  diterima,  dihormati, dikasihi,  dihargai  sebagaimana  mestinya,  dibela  dan  sebagainya.  Pengamalan agama  yang  ditujukan  kepada  orang  lain  adalah  pengamalan  dalam  bentuk memperlakukan  orang  sebagai  manusia  yang  bermartabat  ciptaan  Tuhan.

Perlakuan  seperti  itu  akan  rnenggugah  sifat-sifat  baik  yang  dimiliki  oleh  setiap orang. Karena setiap orang memiliki potensi untuk baik dan juga untuk buruk (Dewi Sampad dan asuri sampad).

Politik berarti proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang  berwujud  proses  pembuatan  keputusan,  khususnya  dalam  negara.  Politik sangat  berkaitan  dengan  tugas  suatu  negara  dalam  menciptakan  kemajuan pendidikan  dan  melindungi  kesejahteraan,  mendorong  kemajuan  ekonomi,  dan menegakkan  dharma.  Semua  ini  dapat  dicapai,  jika  ketertiban  dan  stabilitas terjaga.  Stabilitas  suatu  negara  didukung  oleh  keadilan  dalam  pemerataan pendidikan,  mendistribusikan  kemakmuran,  dan  usaha  melipatgandakan kemakmuran  negara.  Pendidikan  agama  Hindu  ialah  pendidikan  yang  menuju

kepada pembentukan manusia seutuhnya, yaitu berkarakter, cakap, berbudi pekerti luhur,  mandiri,  bertanggung  jawab,  sehat ,  dan  sejahtera  lahir  batin,  Tujuan pendidikan  mengacu   kepada  tujuan  politik  ideologi  bangsa,  sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

Pendidikan Agama Hindu dalam mendukung tujuan nasional memperioritaskan peningkatkan kualitas pendidikan itu sesuai dengan paradigma pendidikan masa depan. Secara  filosofis,  pendidikan  agama  Hindu  sangat  berhubungan  dengan  landasan sikap  moral,  atau  norma  yang  berkembang  di  masyarakat  sebagai  implementasi dari penerapan ajaran agama Hindu sesuai dengan tujuan yang harus dicapai, baik secara  individu  maupun  dalam  kehidupan  sosial  kemasyarakatan.  Di  dalam menentukan  sikap  hidup  itu,  manusia  menetukan  apa  yang  menjadi pilihan hidupnya.  Penentuan  itu  didasarkan  pada  nilai  apa  yang  menjadi  tujuan  hidup mereka.  Pertimbangan  tata  nilai  yang  ikut  menentukan  sikapnya  terutama  dilihat dari  segi  baik  atau  buruk,  bermanfaat  atau  tidaknya,  benar  atau  salahnya penentuan itu. Tata nilai menurut ajaran agama Hindu adalah tata nilai yang sesuai dengan dharma. Dengan  dharma manusia dapat melihat  dengan lebih transparan hakikat tujuan hidupnya di dunia.

Referensi: Bahan Ajar Pendidikan agama Hindu untuk perguruan tinggi, 2016.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Singkat Desa Balinuraga, Kec. Way Panji, Kalianda, Lampung Selatan.

          Pada jaman dahulu Desa Balinuraga adalah lahan milik pemerintah yang kemudian dijadikan sebagai daerah tujuan Transmigrasi pada tahun 1963 dan pada tahun itu juga diberi nama Desa Balinuraga di bawah wilayah Kecamatan Kalianda. Pada tanggal 27 September 1967 Dinas Transmigrasi menempatkan 4 empat roambongan peserta Transmigrasi yang ditempatkan di Balinuraga. Rombongan tersebut adalah sebagai berikut: 1 Sidorahayu diketuai oleh Pan Sudiartana yang berjumlah 250 KK 2 Sukanadi diketuai oleh Pan Kedas yang berjumlah 75 KK 3 Pandearge diketuai oleh Made Gedah yang berjumlah 175 KK 4 Rengas diketuai oleh Oyok yang berjumlah 40 KK Dan tahun 1963-1965 wilayah ini belum mempunyai struktur Pemerintah Desa.            Segala administrasi masih ditangani oleh Jawatan transmigrasi. Mangku Siman, untuk mengordinir rombongan-rombongan trasnmigrasi Mangku Siman sebagai ketua rombongan seluruhnya. Pada tahun 1965 barulah perangk...

Catur Warna dalam Agama Hindu

  Pemahaman tentang Catur Varna dapat dijelaskan berdasarkan sastra drstha. Yang dimaksud pemahaman Catur Varna berdasarkan sastra drstha adalah pemahaman yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian tentang Catur Varna menurut yang tersurat dalam kitab suci, sebagai berikuti; Bhagavadgita IV.13  cātur-varṇyaḿ mayā sṛṣṭaḿ guṇa-karma-vibhāgaśaḥ tasya kartāram api māḿ viddhy akartāram avyayam Terjemahan: Catur Warna aku ciptakan menurut pembagian dari guna dan karma  (sifat dan pekerjaan). Meskipun aku sebagai penciptanya, ketahuilah  aku mengatasi gerak dan perubahan (Puja, 2000). Pengertian Catur Varna           Kata “Catur Varna” dalam ajaran Agama Hindu berasal dari bahasa Sansekerta, dari kata ‘catur dan varna’. Kata catur berarti empat . Kata varna berasal dari akar kata Vri yang berarti pilihan atau memilih lapanagan kerja. Dengan demikian catur varna berarti empat pilihan bagi setiap orang terhadap profesi yang cocok untuk pribadiny...

Peresmian dan Launching Rumah Produksi BPH: Tonggak Baru Penyiaran Hindu di Era Digital

 Jakarta, 15 Oktober 2024 – Badan Penyiaran Hindu (BPH) mencatat sejarah baru dengan meresmikan dan meluncurkan Rumah Produksi BPH, sebagai bagian dari upaya mengembangkan media penyiaran yang berlandaskan nilai-nilai agama Hindu. Kegiatan peresmian ini berlangsung khidmat di Jakarta Selatan, dihadiri oleh sejumlah tokoh agama dan pemangku kepentingan umat Hindu. Dokumentasi Acara Peresmian tersebut diawali dengan sambutan dari Dr. I Wayan Kantun Mandara, Ketua BPH dan juga tokoh terkemuka di Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya keberadaan rumah produksi ini sebagai sarana untuk menyebarkan ajaran dharma melalui media yang inovatif. "Rumah Produksi BPH ini akan menjadi pusat bagi kita untuk menciptakan konten yang tidak hanya mendidik tetapi juga mampu menginspirasi umat Hindu dalam menjalankan nilai-nilai agama di tengah tantangan zaman modern," ujar Dr. I Wayan Kantun Mandara. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan sam...