Langsung ke konten utama

Peran dan Pengaruh -Sejarah Hindu


Candi Prambanan Sejarah Kejayaan Hindu Masa Lampau - | Twisata
P
eran  sejarah  pada  intinya  mengandung  tiga  kata  kunci  atau  kaidah  yang  patut diketahui, antara lain: pertama, sejarah itu adalah fakta; kedua sejarah itu diakronis, ideografis, dan  unik, artinya  sejarah  itu  memanjang  dalam  waktu, sedangkan  ilmu  sosial meluas  dalam  ruang. Ketiga, sejarah  itu  empiris,  artinya  pengalaman. 
Oleh karena itu, dalam materi ini berusaha memaparkan uraian fakta sosial yang terkait proses  masuk  dan  berkembangnya  Agama  Hindu  di  Nusantara  sejak  awal  Masehi hingga zaman modern  sekarang  ini.  Bukti  empiris  yang  dipaparkan  adalah  upaya untuk  mencoba  memberikan  pemahaman  kepada  publik  hingga  proses transformasi  nilai  Ke-Hindu-an  dan  dialog  lintas  agama  dalam  kehidupan masyarakat yang sudah global.
Secara  faktual,  masuknya Agama  Hindu  ke  Indonesia  membawa  pengaruh  yang sangat besar terhadap perkembangan kehidupan Bangsa Indonesia, baik dari ajaran agama  yang  dibawa  oleh  para  pendatang,  juga  tentang  peradabannya  dan budayanya.   Masuknya peradaban  India  ke  Indonesia,  memiliki  makna  tersendiri dalam perkembangan peradaban di Indonesia. Masuknya agama Hindu ke Indonesia, menurut Notosusanto dibawa oleh para golongan ksatriya dan vaisya. Menggali sumber historis perkembangan sejarah agama Hindu dapat diketahui dari peninggalan-peninggalan  sejarah  sesuai  dengan  dimana  Hindu  itu  berkembang.
Sumber  historis  perkembangannya  dapat  diketahui  pada  awalnya  di  Kutai Kalimantan Timur. Bukti perkembangannya diketahui dengan ditemukannya 7 buah prasasti  dalam  bentuk  yupa  yang  memakai  huruf  Pallawa  berbahasa  Sansekerta dalam  bentuk  syair,  yang  dibangun  pada  masa Raja  Mulawarman.  Sedangkan  di Jawa Barat diketahui dengan ditemukannya 7 buah prasasti yaitu Ciaruteun, Kebon  Kopi,  Jambu,  Pasir  Awi,  Muara  Ciaten,  Tugu,  dan  Lebak.  Prasasti  ini  menggunakan huruf  Pallawa  dengan  bahasa  Sansekerta.  Ketujuh  prasasti  tersebut  memberi keterangan  tentang  keberadaan  kerajaan  Purnawarman  di  Jawa  Barat. 
Demikian selanjutnya di Jawa Tengah, diketahui melalui Prasasti Tuk Mas yang ditemukan di lereng Gunung Merbabu pada masa Kerajaan Holing/Kalingga yang diperintah oleh seorang  raja  putri  bernama  Ratu  Sima  (674-675 M).  Sedangkan  di  Palembang diketemukan  6  prasasti,  yaitu  prasasti  Kota  Kapur  (pulau  Bangka), Prasasti  Tua, Prasasti  Talangtuo,  Prasasti  Telaga  Batu,  dan  Prasasti  Karang  Berahi  pada  masa pemerintahan  Sriwijaya  di  Palembang,  Sumatra  Selatan.  Selanjutnya  pada  masa kerajaan  Mataram  Jawa  Tengah  diketemukan  Prasasti  Canggal,  bertahun Masehi,  berhuruf  Pallawa  dan  bahasa Sansekerta.  Sedangkan di  Jawa  Timur  pada masa wangsa  Isana  dengan  rajanya  Airlangga  (963  M,  Saka  1041)  Masehi.
Ditemukan prasasti yang  berbahasa Sansekerta. Pada pemerintahan Empu Sindok (929-948 Masehi) ditemukan sekitar 20 prasasti, sebagian besar ditulis di atas batu. Selanjutnya  diketahui  pada  masa  pemerintahan  Kediri  dan  Singosari  serta  pada kerajaan Majapahit.  Sedang  di  Bali  di  Bedahulu,  putra raja  di  Balingkang  dan  masa pemerintahan raja Sri Dharma  Udayana Warmadewa dengan dibangunnya konsep Tri Murti, Kahyangan Tiga dan Kahyangan Jagat oleh Mpu Kuturan. Dan selanjutnya diketahui juga bukti-bukti itu pada masa kerajaan Gelgel (Wangsa Krsna Kapakisan) dan Raja Udayana, dengan dibangunnya Pura Sad  Kahyangan yaitu Pura Purancak dan Rambut Siwi di Kabupaten Jembrana; Pura Pulaki, Pura Melanting, Pura Ponjok Batu  di  Kabupaten  Buleleng;  Pura  Tanah  Lot  di  Kabupaten  Tabanan;  Pura  Peti Tenget  dan  Pura  Ulu  Watu  Kabupaten  Badung;  Pura  Watu  Klotok  di  Kabupaten Klungkung; dan Pura Air Jeruk di Kabupaten Gianyar.
Pendidikan  mengenai  perkembangan  sejarah Agama  Hindu  di  tingkat pendidikan tinggi  dikatakan  sangat  penting.  Hal  ini  di  samping  untuk  mengetahui  periodesasi gambaran  perkembangan  Agama  Hindu  secara  faktual  sejak  awal perkembangannya  sampai  sekarang,  juga  untuk  lebih  memberikan  pemahaman tentang  makna yang  terkandung  dalam  proses  perkembangannya  itu.  Hal  ini  juga agar  dengan  segala  informasi  sejarah  perkembangan  agama  Hindu,  mahasiswa menjadi  sadar  dan  mampu  belajar  dari  sejarah  dalam  meningkatkan  peran  dirinya demi perkembangan agama yang dianutnya dalam waktu-waktu mendatang.

Referensi:
Bahan Ajar Pendidikan Agama Hindu Untuk Mahasiswa, Tahun 2016.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peresmian dan Launching Rumah Produksi BPH: Tonggak Baru Penyiaran Hindu di Era Digital

 Jakarta, 15 Oktober 2024 – Badan Penyiaran Hindu (BPH) mencatat sejarah baru dengan meresmikan dan meluncurkan Rumah Produksi BPH, sebagai bagian dari upaya mengembangkan media penyiaran yang berlandaskan nilai-nilai agama Hindu. Kegiatan peresmian ini berlangsung khidmat di Jakarta Selatan, dihadiri oleh sejumlah tokoh agama dan pemangku kepentingan umat Hindu. Dokumentasi Acara Peresmian tersebut diawali dengan sambutan dari Dr. I Wayan Kantun Mandara, Ketua BPH dan juga tokoh terkemuka di Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya keberadaan rumah produksi ini sebagai sarana untuk menyebarkan ajaran dharma melalui media yang inovatif. "Rumah Produksi BPH ini akan menjadi pusat bagi kita untuk menciptakan konten yang tidak hanya mendidik tetapi juga mampu menginspirasi umat Hindu dalam menjalankan nilai-nilai agama di tengah tantangan zaman modern," ujar Dr. I Wayan Kantun Mandara. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan sam

Karya Anugerah Mahottama Award 2024

Jakarta, 22 Oktober 2024. Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama Melaksanakan kegiatan Karya Anugerah Mahottama Award 2024. Dengan menghadirkan seluruh Pembimas di seluruh Indonesia, Para penyuluh Yang terdiri dari PNS, PPPK dan Penyuluh Agama Hindu Non PNS. Acara ini tidak hanya bertujuan untuk memberikan penghargaan, tetapi juga sebagai motivasi bagi kita semua, khususnya umat Hindu, untuk terus berinovasi dan berkontribusi dalam bidang agama, budaya, pendidikan, dan sosial. Saya sangat bangga melihat semangat, kreativitas, dan komitmen yang ditunjukkan oleh para penerima penghargaan tahun ini. Dokumentasi Kegiatan Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya ingin menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah berperan dalam menyelenggarakan acara ini. Keberhasilan acara Karya Anugerah Mahottama Award 2024 adalah hasil dari kerja sama dan sinergi yang luar biasa antara pemerintah, tokoh agama, dan seluruh umat Hindu. Kemudian Sekum Made Widiarta menyampaikan

Materi Tri Guna dalam Diri SMP Kelas VIII Agama Hindu

         (Dokumentasi Penyuluhan di Pura Aditya Jaya rawamangun) Manusia sejak lahir memiliki tiga sifat dasar. Ketiga sifat dasar manusia tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan. Sifat dasar manusia yang satu dengan yang lain selalu bergejolak untuk saling mengalahkan. Sifat dasar manusia tertuang dalam kitab-kitab suci agama Hindu.  Pustaka suci Bhagavad-gītā , XVIII.40 menyatakan bahwa:  na tad asti prthivyām vā divi devesu vā punah sattvam  prakrti-jair muktam yad ebhih syāt tribhir gunaih. Artinya: Tiada makhluk yang hidup, baik di sini maupun di kalangan para deva di susunan planet yang lebih tinggi, yang bebas dari tiga sifat tersebut yang dilahirkan dari alam material. Terjemahan sloka di atas, dapat dijelaskan bahwa, setiap makhluk hidup baik manusia maupun deva tidak ada yang luput dari tri guna. Hal ini disebabkan karena setiap makhluk yang terbentuk oleh unsur material dipengaruhi oleh Tri Guna. Pustaka suci Bhagavad-gītā XVIII.60 menyatakan ba