Langsung ke konten utama

Tri Pramana (Wayan Tantre Awiyane)




(Dokumentasi Pribadi)
Om Swastyastu
Om Anobadrah Krtawyantu wiswatah
Kepada yang telah disucikan pinandita lanang istri
Kepada yang terhormat para tokoh yang hadir pada kesempatan ini
Kepada yang saya hormati dan saya banggakan umat sedharma yang berbahagia.
Terimakasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya, Pada kesempatan  ini saya akan menyampaikan pesan dharma, semoga pesan dharma ini dapat menambah wawasan dan tentunya bermanfaat bagi kita semua.
Pertama-tama marilah kita  senantiasa menghaturkan puja Asthungkare kita kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas Ashungkerta waranugraha beliaulah  kita dapat berkumpul bersama-sama di pura Aditya Jaya Rawamangun yang suci ini dalam keadaan yang sehat, selamat, serta tanpa kekurangan suatu apapun. Yang kedua tidak lupa juga kita marilah haturkan puja Astuti bhakti kita kehadapan para leluhur, maha Rsi serta para guru yang telah membimbing kita hingga pada kesempatan ini. Pada penyampaian pesan dharma ini berjudul  “Tri Pramana”

Umat sedharma yang berbahagia
Belakangan ini muncul fenomena-fenomena yang memprihatinkan seperti perkelahian anak remaja yang disebabkan karena rebutan pasangan, kemudian ada seorang wanita masuk ketempat suci membawa anjing. Hal ini menunjukkan bahwa merosotnya moral atau susila yang dimiliki sehingga muncul perilaku-perilaku yang diluar batas pikiran manusia atau perilaku tak lazim. Tata Susila merupakan ilmu yang mempelajari tentang tata nilai, tentang baik dan buruknya suatu perbuatan, apa yang harus dikerjakan atau dihindari sehingga tercipta satu tatanan hubungan antar manusia dalam masyarakat. Dalam pengertian dan pengamalan ajaran tata susila tentunya tidak lepas dari ukuran atau acuan yang mendasari kebenaran dari tata nilai yang terkandung didalamnya.

Umat sedharma yang berbahagia
Hindu memandang perilaku asusila sebagai perilaku yang menyimpang dan tidak sepaham dengan pedoman hidup yang tertuang dalam sastra Weda. Oleh karena itu maka dikenal adanya tata susila dalam pengertian dan pengamalan ajaran tata susila tentunya tidak lepas dari ukuran atau acuan yang mendasari kebenaran dari tata nilai yang terkandung didalamnya.
Didalam epos Mahabharata diceritakan sebuah contoh perilaku asusila yang dilakukan Supala terhadap Krisna, akibat dari perilakunya yang asusila (tidak bermoral atau perilaku yang tidak baik) menyebabkan Krisna melepaskan cakra Sudarsana dan menghempas leher supala dari tubuhnya. Nilai yang dapat dipetik dalam cerita tersebut bahwa siapapun yang melakukan tindakan asusila akan mendapatkan sengsara bahkan celaka akibat perbuatanya sendiri.

Umat sedharma yang penuh kasih
Salah satunya dalam ajaran agama Hindu terdapat konsepsi ajaran yang disebut Tri Pramana. “Tri” artinya tiga, “Pramana” artinya jalan, cara, atau ukuran. Jadi Tri Pramana adalah tiga jalan/ cara untuk mengetahui hakekat kebenaran sesuatu, baik nyata maupun abstrak yang meliputi:
a.      Agama Pramana, merupakan suatu ukuran atau cara yang dipakai untuk mengetahui dan meyakini sesuatu dengan mempercayai ucapan- ucapan kitab suci, karena sering mendengar petuah- petuah dan ceritera para guru, Resi atau orang- orang suci lainnya.
b.      Anumana Pramana, cara atau ukuran untuk mengetahui dan meyakini sesuatu dengan menggunakan perhitungan logis berdasarkan tanda- tanda atau gejala- gejala yang dapat diamati.
c.       Pratyaksa Pramana, cara untuk mengetahui dan meyakini sesuatu dengan cara mengamati langsung terhadap sesuatu obyek, sehingga tidak ada yang perlu diragukan tentang sesuatu itu selain hanya harus meyakini.
Mengenai hal tersebut, didalam sastra Bhagavad-gita, Sloka 34 adyaya 4 ditegaskan bahwa:
tad viddhi praṇipātena paripraśnena sevayā
upadekṣyanti te jňānaṁ jňāninas tattva-darśinaḥ
Cobalah mempelajari kebenaran dengan cara mendekati seorang guru kerohanian. Bertanya kepada beliau dengan tunduk hati dan mengabdikan diri kepada beliau. Orang yang sudah insaf akan dirinya dapat memberikan pengetahuan kepadamu karena mereka sudah melihat kebenaran itu.
Berdasarkan penegasan dari sloka tersebut maka dalam kehidupan sehari-hari seyogyanya kita dapat melakukan kebenaran, namun jika karena keterbatasan kita dalam memaknai kebenaran maka hendaknya kita bertanya kepada orang yang lebih memahami hal tersebut, seperti bertanya kepada rohaniawan (Pinandita atau Pandita) untuk mendapatkan penjelasan yang lebih dalam terkait dengan kebenaran.

Umat sedharma yang bijaksana
Hindu memberikan kita pedoman yang jelas dalam menapaki kehidupan ini, dengan mengimplementasikan Tri Pramana yakni Agama Pramana, Anumana Pramana dan Pratyaksa Pramana untuk dapat menjalani hidup dalam jalan dharma. Oleh karena itu, Mari umat sedharma sekalian, mulai saat ini dan seterusnya kita jalani kehidupan kita untuk selalu menjalani hidup dengan dharma. Terimakasih, saya tutup pesan dharma ini dengan menghaturkan paramasantih
Om Santih, Santih, Santih, Om



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peresmian dan Launching Rumah Produksi BPH: Tonggak Baru Penyiaran Hindu di Era Digital

 Jakarta, 15 Oktober 2024 – Badan Penyiaran Hindu (BPH) mencatat sejarah baru dengan meresmikan dan meluncurkan Rumah Produksi BPH, sebagai bagian dari upaya mengembangkan media penyiaran yang berlandaskan nilai-nilai agama Hindu. Kegiatan peresmian ini berlangsung khidmat di Jakarta Selatan, dihadiri oleh sejumlah tokoh agama dan pemangku kepentingan umat Hindu. Dokumentasi Acara Peresmian tersebut diawali dengan sambutan dari Dr. I Wayan Kantun Mandara, Ketua BPH dan juga tokoh terkemuka di Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya keberadaan rumah produksi ini sebagai sarana untuk menyebarkan ajaran dharma melalui media yang inovatif. "Rumah Produksi BPH ini akan menjadi pusat bagi kita untuk menciptakan konten yang tidak hanya mendidik tetapi juga mampu menginspirasi umat Hindu dalam menjalankan nilai-nilai agama di tengah tantangan zaman modern," ujar Dr. I Wayan Kantun Mandara. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan sam

Karya Anugerah Mahottama Award 2024

Jakarta, 22 Oktober 2024. Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama Melaksanakan kegiatan Karya Anugerah Mahottama Award 2024. Dengan menghadirkan seluruh Pembimas di seluruh Indonesia, Para penyuluh Yang terdiri dari PNS, PPPK dan Penyuluh Agama Hindu Non PNS. Acara ini tidak hanya bertujuan untuk memberikan penghargaan, tetapi juga sebagai motivasi bagi kita semua, khususnya umat Hindu, untuk terus berinovasi dan berkontribusi dalam bidang agama, budaya, pendidikan, dan sosial. Saya sangat bangga melihat semangat, kreativitas, dan komitmen yang ditunjukkan oleh para penerima penghargaan tahun ini. Dokumentasi Kegiatan Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya ingin menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah berperan dalam menyelenggarakan acara ini. Keberhasilan acara Karya Anugerah Mahottama Award 2024 adalah hasil dari kerja sama dan sinergi yang luar biasa antara pemerintah, tokoh agama, dan seluruh umat Hindu. Kemudian Sekum Made Widiarta menyampaikan

Materi Tri Guna dalam Diri SMP Kelas VIII Agama Hindu

         (Dokumentasi Penyuluhan di Pura Aditya Jaya rawamangun) Manusia sejak lahir memiliki tiga sifat dasar. Ketiga sifat dasar manusia tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan. Sifat dasar manusia yang satu dengan yang lain selalu bergejolak untuk saling mengalahkan. Sifat dasar manusia tertuang dalam kitab-kitab suci agama Hindu.  Pustaka suci Bhagavad-gītā , XVIII.40 menyatakan bahwa:  na tad asti prthivyām vā divi devesu vā punah sattvam  prakrti-jair muktam yad ebhih syāt tribhir gunaih. Artinya: Tiada makhluk yang hidup, baik di sini maupun di kalangan para deva di susunan planet yang lebih tinggi, yang bebas dari tiga sifat tersebut yang dilahirkan dari alam material. Terjemahan sloka di atas, dapat dijelaskan bahwa, setiap makhluk hidup baik manusia maupun deva tidak ada yang luput dari tri guna. Hal ini disebabkan karena setiap makhluk yang terbentuk oleh unsur material dipengaruhi oleh Tri Guna. Pustaka suci Bhagavad-gītā XVIII.60 menyatakan ba