Om
Swastyastu
Kepada yang telah disucikan
Pinandita Lanang Istri
Kepada yang Terhormat Para Tokoh
Yang Hadir Pada Kesempatan Ini
Kepada yang Saya Hormati dan Saya
Banggakan Umat Sedharma yang berbahagia.
Terimakasih
atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya, Pada kesempatan ini saya akan menyampaikan pesan dharma,
semoga pesan dharma ini dapat menambah wawasan dan tentunya bermanfaat bagi
kita semua.
Pertama-tama
marilah kita senantiasa menghaturkan
puja Asthungkare kita kehadapan Ida
Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas Ashungkerta
waranugraha beliaulah kita dapat
berkumpul bersama-sama di tempat ini dalam keadaan yang sehat, selamat, serta
tanpa kekurangan suatu apapun. Yang kedua tidak lupa juga kita marilah haturkan
puja Astuti bhakti kita kehadapan para leluhur, maha Rsi serta para guru yang
telah membimbing kita hingga pada kesempatan ini. Pada penyampaian pesan dharma
ini berjudul “Radikalisme”
Umat
Sedharma yang berbahagia
Radikalisme
merupakan gerakan dari kelompok-kelompok tertentu untuk mengganti Pancasila,
NKRI serta menolak Bhineka Tunggal Ika. Kelompok radikal ini tidak segan
melakukan tindakan yang bersifat diskriminatif dengan cara-cara kekerasan. Agama
merupakan sendi yang suci bagi kehidupan. Agama sangat diperlukan untuk
membimbing umat manusia guna menemukan jalan kehidupan yang benar. Dengan
menghayati ajaran agamanya secara benar maka manusia atau komunitas umat dapat
meningkatkan spiritualitas, etika, dan moralitasnya yang sangat berguna bagi
upaya mencapai kesejahteraan lahir dan batin (moksartham jagadhitaya).
Umat
sedharma yang berbahagia
Kondisi
saat ini merupakan masih dalam perkembangan kelompok radikal yang mulai muncul
di Indonesia tahun 1983, ternyata berkembang pesat dan jumlahnya mencapai 11
juta pada tahun 2011. Kemudian 2016 jumlahnya mencapai 20 juta. Pertengahan
tahun 2018, 39% mahasiswa perguruan tinggi favorit sudah terpapar paham
radikalisme. Mereka melakukan berbagai gerakan untuk mengganti Pancasila dan
NKRI tercatat sebanyak 370 kegiatan dalam berbagai bentuk di seluruh wilayah
Indonesia.
Dalam
ajaran Hindu adalah Menyampaikan nilai-nilai kebenaran yang bersifat universal
seperti: Etika hidup, Moralitas, Mewujudkan kesejahteraan dunia (Jagadhita), Pembebasan
jiwa dari belenggu maya (Duniawi) Untuk mencapai kedamaian abadi (Moksa).
Tat
Tvam Asi “Itu, yang merupakan esensi halus seluruh alam ini adalah dirinya
sendiri, itulah kebenaran, itulah Atman, Itu adalah Engkau…” Bahwa setiap
manusia adalah saudara dari manusia lainnya dan teman dari insan ciptaan-Nya.
(Chandogya Upanisad IV.8.7)
Sesanti
Tat Tvam Asi ini menjadi landasan etika dan moral bagi umat Hindu di dalam
menjalani hidupnya sehingga ia dapat melaksanakan kewajibannya di dunia ini
dengan harmonis. Berpedoman pada filsafat Tat Tvam Asi umat Hindu wajib
mengamalkan ajaran agamanya secara inklusif menurut dasar kemanusiaan yang adil
dan beradab.
Ada
enam dasar utama dalam kehidupan beragama Seperti: Satyam (Kebenaran), Dharma
(Kebijakan), Seva (Pelayanan), Santih (Kedamaian), Ahimsa (Tanpa kekerasan), Prema
(Cinta-kasih). Dalam kitab suci Veda ditetapkan ditekankan bahwa setiap manusia
hendaknya sadar bahwa tuhan adalah sumber kebenaran, kesadaran dan kebahagiaan (sat citt anandam Brahman) yang mengisi
spirit kehidupan kepada semua makhluk. Hukum suci-nya adalah kebajikan (dharma)
yang mengendalikan semua ciptaan, apa yang ada diisi dan dikendalikan oleh
tuhan (Isvasyam idam sarvam).
Umat Sedharma yang berbahagia
Didalam
sastra Weda dijelaskan bahwa: “Wahai
manusia, Aku telah memberimu sifat ketulusikhalasan dan mentalitas yang sama,
serta perasaan berkawan tanpa kebencian; seperti halnya induk sapi mencintai
anaknya yang baru lahir, demikianlah seharusnya engkau mencintai sesamamu”.
(Atharva Veda III.30.1)
Hendaknya
jangan seorang pun melanggar Undang-Undang yang dikeluarkan oleh Raja/
Pemerintah, baik karena menguntungkan seseorang maupun merugikan pihak yang
tidak menghendaki” (Veda Smrti VII.13)
Oleh
karena itu, setiap orang harus melakukan pelayanan dengan hati penuh kedamaian,
menghindari tindakan kekerasan dangan menggembangkan cinta-kasih dan saling
menyayangi. Imanensi Brahman Yang Esa dalam ciptaan-nya akan menjadi saksi
abadi yang bebas dari sifat segala ciptaan-nya itu (saksi cetta kevalo
nirgunasca).
Dengan
demikian ada upaya yang dapat kita dilakukan dalam menangani radikalisme Memulai
menanamkan dan menghidupkan kembali pendidikan moral Pancasila untuk membangun
karakter bangsa yang mengedepankan kejujuran sebagai karakter yang sangat
penting. Seperti yang di katakan Bung Karno bahwa muara pendidikan adalah pembangunan
karakter (nation and carakter building).
Ajaran
Catur Guru merupakan pondasi yang bisa memberikan kontibusi untuk ikut menjaga
NKRI dari upaya-upaya radikal yang ingin mengganti Pancasila dan sistem
pemerintahan NKRI, Dengan Catur Guru pertama-tama kita umat Hindu dengan yakin
sepenuh-penuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa akan menjaga keutuhan NKRI ini bila
kita mendukung pemerintah (Guru Wisesa)
yang berdasarkan Pancasila dan NKRI. Tidak kalah pentingnya memperhatikan
pendidikan (Guru Pengajian), pendidikan yang memang tidak bertentangan dengan
nilai-nilai Pancasila dan NKRI. Sementara dengan orang tua (Guru Rupaka) sangan
penting untuk menekankan agar para orang tua mendidik putra-putrinya agar
terbentuk karakter yang menomorsatukan kejujuran dan keberanian.
Demikianlah pesan
dharma ini, saya tutup dengan menghaturkan puja paramasantih.
Om Santih, Santih,
Santih Om
Komentar
Posting Komentar