Om
Swastyastu
Kepada yang telah disucikan
Pinandita Lanang Istri
Kepada yang Terhormat Para Tokoh
Yang Hadir Pada Kesempatan Ini
Kepada yang Saya Hormati dan Saya
Banggakan Umat Sedharma yang berbahagia.
Terimakasih
atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya, Pada kesempatan ini saya akan menyampaikan pesan dharma,
semoga pesan dharma ini dapat menambah wawasan dan tentunya bermanfaat bagi
kita semua.
Pertama-tama
marilah kita senantiasa menghaturkan
puja Asthungkare kita kehadapan Ida
Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas Ashungkerta
waranugraha beliaulah kita dapat
berkumpul bersama-sama di tempat ini dalam keadaan yang sehat, selamat, serta
tanpa kekurangan suatu apapun. Yang kedua tidak lupa juga kita marilah haturkan
puja Astuti bhakti kita kehadapan para leluhur, maha Rsi serta para guru yang
telah membimbing kita hingga pada kesempatan ini. Pada penyampaian pesan dharma
ini berjudul “Penanggulangan Narkoba”
Umat
sedharma yang berbahagia
Menurut
para ahli kesehatan narkoba sebenarnya adalah psikotropika yang biasa di pakai
untuk membius pasien saat hendak di operasi atau obat-obatan untuk penyakit
tertentu . Namun kini presepsi itu disalahgunakan akibat pemakaian yang telah
di luar batas dosis . Hingga kini penyebaran narkoba sudah hampir seluruh
penduduk dunia dapat dengan mudah mendapat narkoba dari oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab.
Misalnya
dari bandar narkoba yang senang mencari mangsa didaerah sekolah , diskotik ,
tempat pelacuran dan tempat-tempat perkumpulan genk . Tentu saja hal ini biasa
membuat para orang tua , ormas ,dan
pemerintah khawatir akan penyebaran narkoba yang begitu merajalela .
Umat
sedharma yang berbahagia
Narkotika
sudah menjalar ke segala usia terutama bagi remaja. Narkotika tak mudah terlepas dari kalangan remaja seperti
sudah menjadi suatu kebutuhan, sudah dianggap wajar dan biasa saja. Pecandu
narkotika pada umumnya berusia antara 15
sampai 24 tahun. Artinya usia tersebut ialah usia produktif atau usia pelajar.
Pada awalnya, pelajar yang mengonsumsi narkoba biasanya diawali dengan
perkenalannya dengan rokok, karena kebiasaan merokok ini sepertinya sudah menjadi
hal yang wajar di kalangan pelajar saat ini. Dari kebiasaan inilah pergaulan
terus meningkat, apalagi ketika pelajar tersebut bergabung ke dalam lingkungan
orang-orang yang sudah menjadi pecandu narkoba. Awalnya mencoba lalu kemudian
mengalami ketergantungan.
Terungkapnya
kasus manufaktur Narkoba yang dikategorikan terbesar ketiga di dunia, telah
membuat kita sadar bahwa masalah Narkoba merupakan masalah bagi kelangsungan
hidup masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia untuk menuju kehidupan aman, makmur,
dan sejahtera. Di samping itu, hal ini juga menandakan bahwa penyalahgunaan
Narkoba sudah semakin marak dimana-mana. Tidak hanya di kota-kota besar saja,
namun telah menyebar luas ke pinggiran kota, kota-kota kecil bahkan ke
pedalaman (pedesaan) dengan menyentuh seluruh lapisan masyarakat tanpa mengenal
batas.
Umat
sedharma yang berbahagia
Peran
strategis agama dalam pembangunan di negara kita dikatakan sebagai
"landasan moral, etika, serta sebagai motivator, inspirator dan
dinamisator". Semua ungkapan tersebut diatas mengandung makna untuk
senantiasa mendorong mengarahkan, menuntun umatnya untuk menuju kebaikan dan
kebenaran.
Weda menegaskan bahwa dalam
sarassamuscaya sloka 85 dinyatakan sebagai berikut;
Tonen waneh,
tunggala tuwi ikang wastu, dudu juga agra haning sawwang -sawwang irika,
wyaktinya, nan susuning ibu, dudu aptinikang anak, an monenging ibu, lawan
aptinikang bapak, hinganya manah magawe bheda.
Terjemahanya:
Perhatikanlah
yang lain , sekalipun hanya satu benda itu, akan tetapi berbeda juga tanggapan
masing masing orang terhadap satu benda yang sama itu. Buktinya, susu ibu,
berbeda pandangan sianak yang mencintai ibunya, dari pada si ayah yang juga
mencintainya, Jadi pikiranlah yang menjadikannya benda yang sama itu mempunyai
nilai yang berbeda.
Demikian
pulalah halnya dengan narkoba. barangnya satu (sama), tetapi mempunyai arti dan
nilai yang berbeda pula dikalangan masyarakat. Bagi dokter mungkin akan
beranggapan bahwa narkoba adalah baik untuk penelitian dan dipergunakan untuk
obat. Bagi pecandu narkoba, mengganggap narkobalah satu satunya barang yang
dapat memberikan kepuasan hidup, tanpa zat itu hidup didunia ini adalah
menyiksa penuh dengan penderitaan dan kesusahan.
Peran
agama dalam resosialisasi korban Narkoba (Napza) ini sangat urgen. Sebab agama
disamping bertujuan mendapatkan kesejahteraan dunia (jagadhita) tentunya
bertujuan untuk mendapatkan kebahagiaan dan kedamaian jiwa/rohani (moksa). Dalam
kaitan resosialisasi ini ditinjau dari ajaran Hindu, dengan konsep Catur Marga
(empat jalan) mencapai tujuan atau empat kiat menuju sukses dapat diterapkan
dan diimplementasikan sebagai berikut:
1. Jnana marga:
yaitu dengan jalan ilmu pengetahuan, dalam hal ini seseorang harus belajar dari
memahami dengan benar akibat buruk dari Narkoba (Napza) ini dan sejauh mana
kita mengkonsumsi/ mempergunakannya sehingga tidak membahayakan. Selanjutnya
kita harus memahami bagaimana caranya menerima mereka yang telah
terkena/kecanduan alias korban Napza itu sendiri.
2. Karma marga :
yang dimaksudkan disini adalah memberikan pekerjaan atau mengajak mereka
menekuni suatu kegiatan kerja dengan penuh tanggung jawab yang tentunya diawali
membekali mereka pengetahuan dan keterampilan sehingga s mereka menjadi seorang pekerja yang tekun
untuk tidak terjerumus lagi pada kancah kecanduan Narkoba (Napza) tersebut.
3. Bhakti marga:
yaitu dengan rasa tulus dan ikhlas menerima mereka di masyarakat sebagai warga
masyarakat, jangan dikucilkan. Tuntunlah mereka dengan kecintaan yang tulus dan
mendalam dengan landasan "asah-asih-asuh" sehingga tidak, menyebabkan
ketersinggungan dan rasa anti panti. Segala sesuatu yang dilandasi rasa bhakti
pasti akan menimbulkan kecintaan dan simpati.
4. Yoga marga
: dalam kaitan ini bagaimana kita kita menuntun mereka untuk taat, patuh dan
berdisiplin serta menjaga hubungan yang harmoni dengan mereka sebagai mantan
(korban) Narkoba (Napza) itu sendiri. Hubungan yang harmoni akan dapat menjalin komunikasi yang
baik yang bermuara berhasil (suksesnya) suatu usaha.
Umat
sedharma yang berbahagia
Dalam
hubungan ini peran Tri Guru utamanya Guru Rupaka yakni orang tua (pihak
keluarga) harus memperhatikannya dengan kesungguhan hati. Demikian juga Guru
Pengajian yaitu para Guru/Dosen di sekolah/kampus hendaknya dengan penuh rasa
cinta yang mendalam. Yang tidak kalah pentingnya adalah Guru Wisesa yakni
pemerintah baik dinas maupun adat/pakraman dapat menerima dan memperlakukan
dengan baik terarah, terpadu dan berkesinambungan niscaya tidak ada masalah
yang tidak terselesaikan dengan baik.
Demikianlah
pesan dharma ini, saya tutup dengan menghaturkan puja paramasantih.
Om
Santih, Santih, Santih Om
Komentar
Posting Komentar