Langsung ke konten utama

Moderasi Beragama (Wayan Tantre Awiyane)



Image result for moderasi beragama
Om Swastyastu
Kepada yang telah disucikan Pinandita Lanang Istri
Kepada yang Terhormat Para Tokoh Yang Hadir Pada Kesempatan Ini
Kepada yang Saya Hormati dan Saya Banggakan Umat Sedharma yang berbahagia.
Terimakasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya, Pada kesempatan  ini saya akan menyampaikan pesan dharma, semoga pesan dharma ini dapat menambah wawasan dan tentunya bermanfaat bagi kita semua.
Pertama-tama marilah kita  senantiasa menghaturkan puja Asthungkare kita kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas Ashungkerta waranugraha beliaulah  kita dapat berkumpul bersama-sama di tempat ini dalam keadaan yang sehat, selamat, serta tanpa kekurangan suatu apapun. Yang kedua tidak lupa juga kita marilah haturkan puja Astuti bhakti kita kehadapan para leluhur, maha Rsi serta para guru yang telah membimbing kita hingga pada kesempatan ini. Pada penyampaian pesan dharma ini berjudul  “Moderasi Beragama”
Umat sedharma yang berbahagia
Di Indonesia, dalam mengayomi umat beragama dan pembinaan umat memahami dan menjalankan ajaran agama, posisi dan fungsi Kementerian Agama (Kemenag) sangat strategis. Kemenag harus mampu memposisikan diri di tengah-tengah keragaman agama dan penganutnya, sekaligus menjadi penengah dalam wujud moderasi dari dua kelompok ekstrem kanan dan ekstrem kiri. Dengan moderasi berarti  yang kita tumbuh-kembangkan bukan hanya tentang nilai dalam ajaran-ajaran agama, melainkan juga sekaligus tentang kepekaan-kepekaan sosial dalam kehidupan bernegara.
Hubungan antara agama dan negara memang idealnya diposisikan saling berdampingan dan beriringan, bukan saling berhadap-hadapan. Agama tidak sedang berupaya merebut otoritas bernegara, dan negara juga tidak sedang membatasi kehidupan beragama. Pada titik ini, kesadaran moderasi sosio-religius dalam beragama dan bernegara menjadi perspektif kita bersama untuk menegaskan bahwa pemberlakuan etika sosial adalah basis keberlangsungan kehidupan masyarakat multikultural serta multi agama.

Umat sedharma yang berbahagia
Pada dasarnya semua agama mengajarkan moderasi. Tuhan menurunkan agama melalui nabi untuk menjaga harkat dan martabat manusia yang harus dilindungi sesuai konteks kemanusiaan. Indonesia memang bukan negara Islam. Namun, Indonesia mengakui adanya enam agama dan memberi hak kepada setiap pemeluknya melaksanakan ibadah dan ajarannya. Jadi, Indonesia pada dasarnya, memegang moderasi beragama sejak dulu. Kita jarang menemukan ada negara begitu kental dan kuat nilai-nilai agama ikut memengaruhi kehidupan masyarakatnya. Nilai-nilai itu menjadi landasan utama dan pijakan dasar dalam kemajemukan kita menjalani kehidupan bersama.

Umat sedharma yang berbahagia
Terkait dengan moderasi beragama sebagai penguat sradha bhakti  maka agama kita  ibarat sebuah rumah.  Mari kita merasa nyaman dalam agama yang kita anut. Sebagai umat beragama Hindu maka marilah kita menjadi nyaman dalam agama kita. Bagaimana caranya…? Yaitu tumbuhkan pengetahuan, pemahaman serta kebanggaan terhadap agama kita sendiri terlebih dahulu, Tingkatkan  sradha dan bhakti kita.
Sradha dapat diartikan keyakinan atau kepercayaan sebagai cikal bakal dari penguatan  beragama, jika umat Hindu tidak memiliki memiliki sradha  maka akan terjadi kerapuhan akan ajaran agama, untuk itu penting sekali untuk menjaga kemurnian ajaran agama. Dalam agama  Hindu bentuk keyakinan atau sradha ini disebut Panca Sradha yaitu lima bentuk keyakinan/ kepercayan yaitu percaya kepada Brahman; percaya kepada Atman, percaya kepada karmaphala, percaya kepada punarbhawa, percaya pada moksa.

Umat sedharma yang penuh kasih
Dalam sastra Weda ditegaskan pada Sloka Jika sradha dan bhakti umat Hindu sudah meningkat, jika “rumah kita” sesuai ilustari tadi sudah asri dan memberi kenyamanan pada diri kita maka kita dapat melihat “rumah orang lain” yaitu agama lain juga pada dasarnya adalah juga indah. Seperti dinyatakan dalam pustaka suci Bhagawad Gita IV.11 yang menyatakan bahwa;
Ye yatha mam prapadyante
Tams tathai ‘va bhajamy aham
Mama vartma ‘nuvartante
Manushyah sarva sarvasah
Terjemahanya :
Jalan manapun ditempuh manusia ke arah-Ku, semuanya Ku-terima, dari mana-mana semua mereka menuju jalan-Ku, oh Parta.

Dari kutipan pustaka  di atas dapat kita simpulkan bahwa  keyakinan apapun atau agama apapun yang dianut seseorang dalam tujuan mencari Tuhan, diterima olehNya. Setiap agama mengajarkan untuk berbuat baik, tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga kepada semua mahkluk, sarwa prani hitankara. Kita harus memupuk kesadaran bahwa tidak ada ajaran agama yang menganjurkan untuk merusak dan menghancurkan  alam ini beserta umat manusia di dalamnya. Jadi jika ada tindakan anarkis, ekstrem dan tidak berperikemanusiaan yang terjadi dengan mengatasnamakan agama, maka yang salah bukanlah ajaran agama. Tetapi oknum atau  manusianya yang salah memahami ajaraan agama yang dianutnya.

Umat sedharma yang bijaksana
Hindu memberikan kita pedoman yang jelas dalam menapaki kehidupan ini, dengan memberikan kontribusi yang positif bagi kehidupan ini, kita berkolaborasi dalam memperkokoh persatuan serta networking yang luas demi tercapainya keharmonisan hidup untuk semua makhluk. Sehingga moderasi dalam menjalankan agama menjadi kuat dan tidak dapat terurai oleh situasi dan kondisi yang tidak kondusif. Moderasi beragama menjadi hal yang penting dan patut menjadi perhatian yang penting sebagai umat beragama.
Terimakasih, saya tutup pesan dharma ini dengan menghaturkan paramasantih
Om Santih, Santih, Santih, Om

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peresmian dan Launching Rumah Produksi BPH: Tonggak Baru Penyiaran Hindu di Era Digital

 Jakarta, 15 Oktober 2024 – Badan Penyiaran Hindu (BPH) mencatat sejarah baru dengan meresmikan dan meluncurkan Rumah Produksi BPH, sebagai bagian dari upaya mengembangkan media penyiaran yang berlandaskan nilai-nilai agama Hindu. Kegiatan peresmian ini berlangsung khidmat di Jakarta Selatan, dihadiri oleh sejumlah tokoh agama dan pemangku kepentingan umat Hindu. Dokumentasi Acara Peresmian tersebut diawali dengan sambutan dari Dr. I Wayan Kantun Mandara, Ketua BPH dan juga tokoh terkemuka di Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya keberadaan rumah produksi ini sebagai sarana untuk menyebarkan ajaran dharma melalui media yang inovatif. "Rumah Produksi BPH ini akan menjadi pusat bagi kita untuk menciptakan konten yang tidak hanya mendidik tetapi juga mampu menginspirasi umat Hindu dalam menjalankan nilai-nilai agama di tengah tantangan zaman modern," ujar Dr. I Wayan Kantun Mandara. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan sam...

Karya Anugerah Mahottama Award 2024

Jakarta, 22 Oktober 2024. Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama Melaksanakan kegiatan Karya Anugerah Mahottama Award 2024. Dengan menghadirkan seluruh Pembimas di seluruh Indonesia, Para penyuluh Yang terdiri dari PNS, PPPK dan Penyuluh Agama Hindu Non PNS. Acara ini tidak hanya bertujuan untuk memberikan penghargaan, tetapi juga sebagai motivasi bagi kita semua, khususnya umat Hindu, untuk terus berinovasi dan berkontribusi dalam bidang agama, budaya, pendidikan, dan sosial. Saya sangat bangga melihat semangat, kreativitas, dan komitmen yang ditunjukkan oleh para penerima penghargaan tahun ini. Dokumentasi Kegiatan Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya ingin menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah berperan dalam menyelenggarakan acara ini. Keberhasilan acara Karya Anugerah Mahottama Award 2024 adalah hasil dari kerja sama dan sinergi yang luar biasa antara pemerintah, tokoh agama, dan seluruh umat Hindu. Kemudian Sekum Made Widiarta menyampaikan...

Materi Tri Guna dalam Diri SMP Kelas VIII Agama Hindu

         (Dokumentasi Penyuluhan di Pura Aditya Jaya rawamangun) Manusia sejak lahir memiliki tiga sifat dasar. Ketiga sifat dasar manusia tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan. Sifat dasar manusia yang satu dengan yang lain selalu bergejolak untuk saling mengalahkan. Sifat dasar manusia tertuang dalam kitab-kitab suci agama Hindu.  Pustaka suci Bhagavad-gītā , XVIII.40 menyatakan bahwa:  na tad asti prthivyām vā divi devesu vā punah sattvam  prakrti-jair muktam yad ebhih syāt tribhir gunaih. Artinya: Tiada makhluk yang hidup, baik di sini maupun di kalangan para deva di susunan planet yang lebih tinggi, yang bebas dari tiga sifat tersebut yang dilahirkan dari alam material. Terjemahan sloka di atas, dapat dijelaskan bahwa, setiap makhluk hidup baik manusia maupun deva tidak ada yang luput dari tri guna. Hal ini disebabkan karena setiap makhluk yang terbentuk oleh unsur material dipengaruhi oleh Tri Guna. Pustaka...