Langsung ke konten utama

Vanaprastha (catur warna)

Umat se-dharma, bahwa dalam kehidupan ini pasti ada tingkatannya, tingkatan yang ke tiga yaitu Vanaprastha (masa lepepaskan ikatan keduniawian). Oleh karena itu setelah  selesai menunaikan tugas sebagai grhasthin, hidup berumah tangga, karena usia tua dan anak-anak telah dewasa (tidak tergantung lagi kepada kedua orang tuanya), pasangan suami dan istri hendaknya memasuki masa vanaprastha, masa melepaskan ikatan keduaniawian.

Seorang vanaprasthin seperti pertapa melakujan perbuatan mulia seperti sarjama yang bijak (bijak), bersahabat, berbicara manis dan menyenangkan, melakukan berbagai sadhana, latihan kerohanian dab berbagai bentuk vrata (pengekangan diri) seperti monabrara (mengakang diri untuk waktu tertentu tidak berbicara) dan sebagainya.

Pertapa melakukan Monabrata

Un-madita mauneyena
vetan a tasthima vayam

Rg Veda X. 136. 3

Artinya
Kami berbahagia luar biasa, dengan melaksanakan Monabrata (diam/penyepian diri) dan sekarang kami telah menjadi ringan bagaikan angin.

Ulasan
Bahwa dalam hidup ini pasti sudah ada yang mengaturnya sehingga umat manusia tinggal memilih mana yang akan dijalaninya. Oleh karena itu dalam menjalani hidup ini justru yang kurang paham harus ngapain dulu dan sebagainya.

Dengan telah berakhirnya masa grhastha dimana kewajiban terhadap putra-putrinya sudah habis maka harus sedikit demi sedikit melepaskan ikatan duniawi yang masih ada. Karena kewajiban untuk putra-putrinya telah semua berumah tangga sehingga kewajibannya sudah tidak ada lagi maka masa berikutnya yaitu menuju masa Vanaprastha.

Vanaprastha merupakan masa dimana kita sudah harus meninggalkan ikatan-ikatan keduniawian untuk sering mendekatkan diri pada Hyang Widhi, karena masa ini disebut sebagai masa persiapan sebelum betul-betul meninggalkan ikatan keduniawian yang sebetulnya.

Tulisan ini oleh Aris Widodo Penyuluh Agama Hindu Wilayah Prov Banten.
Semoga bermanfaat, terimakasih telah mengunjungi blog ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Singkat Desa Balinuraga, Kec. Way Panji, Kalianda, Lampung Selatan.

          Pada jaman dahulu Desa Balinuraga adalah lahan milik pemerintah yang kemudian dijadikan sebagai daerah tujuan Transmigrasi pada tahun 1963 dan pada tahun itu juga diberi nama Desa Balinuraga di bawah wilayah Kecamatan Kalianda. Pada tanggal 27 September 1967 Dinas Transmigrasi menempatkan 4 empat roambongan peserta Transmigrasi yang ditempatkan di Balinuraga. Rombongan tersebut adalah sebagai berikut: 1 Sidorahayu diketuai oleh Pan Sudiartana yang berjumlah 250 KK 2 Sukanadi diketuai oleh Pan Kedas yang berjumlah 75 KK 3 Pandearge diketuai oleh Made Gedah yang berjumlah 175 KK 4 Rengas diketuai oleh Oyok yang berjumlah 40 KK Dan tahun 1963-1965 wilayah ini belum mempunyai struktur Pemerintah Desa.            Segala administrasi masih ditangani oleh Jawatan transmigrasi. Mangku Siman, untuk mengordinir rombongan-rombongan trasnmigrasi Mangku Siman sebagai ketua rombongan seluruhnya. Pada tahun 1965 barulah perangk...

Catur Warna dalam Agama Hindu

  Pemahaman tentang Catur Varna dapat dijelaskan berdasarkan sastra drstha. Yang dimaksud pemahaman Catur Varna berdasarkan sastra drstha adalah pemahaman yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian tentang Catur Varna menurut yang tersurat dalam kitab suci, sebagai berikuti; Bhagavadgita IV.13  cātur-varṇyaḿ mayā sṛṣṭaḿ guṇa-karma-vibhāgaśaḥ tasya kartāram api māḿ viddhy akartāram avyayam Terjemahan: Catur Warna aku ciptakan menurut pembagian dari guna dan karma  (sifat dan pekerjaan). Meskipun aku sebagai penciptanya, ketahuilah  aku mengatasi gerak dan perubahan (Puja, 2000). Pengertian Catur Varna           Kata “Catur Varna” dalam ajaran Agama Hindu berasal dari bahasa Sansekerta, dari kata ‘catur dan varna’. Kata catur berarti empat . Kata varna berasal dari akar kata Vri yang berarti pilihan atau memilih lapanagan kerja. Dengan demikian catur varna berarti empat pilihan bagi setiap orang terhadap profesi yang cocok untuk pribadiny...

Peresmian dan Launching Rumah Produksi BPH: Tonggak Baru Penyiaran Hindu di Era Digital

 Jakarta, 15 Oktober 2024 – Badan Penyiaran Hindu (BPH) mencatat sejarah baru dengan meresmikan dan meluncurkan Rumah Produksi BPH, sebagai bagian dari upaya mengembangkan media penyiaran yang berlandaskan nilai-nilai agama Hindu. Kegiatan peresmian ini berlangsung khidmat di Jakarta Selatan, dihadiri oleh sejumlah tokoh agama dan pemangku kepentingan umat Hindu. Dokumentasi Acara Peresmian tersebut diawali dengan sambutan dari Dr. I Wayan Kantun Mandara, Ketua BPH dan juga tokoh terkemuka di Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya keberadaan rumah produksi ini sebagai sarana untuk menyebarkan ajaran dharma melalui media yang inovatif. "Rumah Produksi BPH ini akan menjadi pusat bagi kita untuk menciptakan konten yang tidak hanya mendidik tetapi juga mampu menginspirasi umat Hindu dalam menjalankan nilai-nilai agama di tengah tantangan zaman modern," ujar Dr. I Wayan Kantun Mandara. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan sam...