*Kekawin Nitisastra*
*Sargah VI.3*
_mrĕṣa kita ring triyak daśani warṣa pāpa linakonta kājaring aji_
_sama-sama mānuṣéka śata warṣa durgati bhinukti yan mrĕṣa kita_
_yadi kita mithya ring widhi sahasra warṣa lawasing kapātaka kita_
_guru liniñok-liñok tan hana hinangning tahun ananta-pāpa katĕmu_
*Terjemahan:*
Jika engkau berbohong kepada binatang, engkau akan mendapat hukuman sepuluh tahun lamanya; begitulah kata kitab suci. Jika berbohong kepada sesama manusia, akan disiksa layaknya penjahat selama seratus tahun lamanya. Jika engkau membohongi Hyang Maha Tahu, engkau akan mendapat hukuman seribu tahun lamanya. Jika engkau berbohong kepada gurumu, engkau tidak akan mendapat kehidupan dan akan menderita seumur hidupmu.
*Penjelasan:*
Sejalan dengan pupuh di atas, *Slokantara 70 (8)* juga menjelaskan:
_tiryad daśaguṇaḿ pāpam manuśya atameva ca |_
_prabhau daśasahasrāṇi anantaḿ munidevayeḥ ||_
*Terjemahan:*
Dusta kepada binatang itu berakibat dosa sepuluh kali lipat.
Dusta kepada sesama manusia berakibat dosa seratus kali lipat.
Terhadap raja menimbulkan dosa seribu kali lipat. Dan dusta kepada pertapa dan para dewa berakibat yang tidak terbatas.
Penjelasan dari pupuh dan sloka di atas pada dasarnya memberikan isyarat kepada kita semua sebagai makhluk yang paling mulia bahwa hendaknya jangan sampai melakukan tindakan kebohongan kepada siapa pun juga, termasuk berbohong kepada binatang atau pun tumbuhan. Meski binatang dan tumbuhan tidak bisa berkomunikasi dengan kita akan tetapi di dalamnya bersemayam Atman yang tidak ada bedanya dengan Atman yang bersemayam pada diri manusia. Dan Atman itulah yang menjadi saksi atas kebohongan yang diperbuat. Oleh karena Atman dan Brahman itu tunggal maka pada dasarnya Tuhan itu sendiri yang menjadi saksi atas kebohongan itu.
Taman hati ini akan indah hanya jika dipenuhi dengan cinta, jika terisi dengan kebohongan maka akan menghancurkan keindahannya. Meski demikian ada beberapa jenis kebohongan yang ditoleransi oleh karena untuk tujuan kebenaran.
Tulisan by: Agus Widodo Penyuluh Agama Hindu Wilayah Jawa Barat
Copy Paste Dari grup WhatsApp
*Sargah VI.3*
_mrĕṣa kita ring triyak daśani warṣa pāpa linakonta kājaring aji_
_sama-sama mānuṣéka śata warṣa durgati bhinukti yan mrĕṣa kita_
_yadi kita mithya ring widhi sahasra warṣa lawasing kapātaka kita_
_guru liniñok-liñok tan hana hinangning tahun ananta-pāpa katĕmu_
*Terjemahan:*
Jika engkau berbohong kepada binatang, engkau akan mendapat hukuman sepuluh tahun lamanya; begitulah kata kitab suci. Jika berbohong kepada sesama manusia, akan disiksa layaknya penjahat selama seratus tahun lamanya. Jika engkau membohongi Hyang Maha Tahu, engkau akan mendapat hukuman seribu tahun lamanya. Jika engkau berbohong kepada gurumu, engkau tidak akan mendapat kehidupan dan akan menderita seumur hidupmu.
*Penjelasan:*
Sejalan dengan pupuh di atas, *Slokantara 70 (8)* juga menjelaskan:
_tiryad daśaguṇaḿ pāpam manuśya atameva ca |_
_prabhau daśasahasrāṇi anantaḿ munidevayeḥ ||_
*Terjemahan:*
Dusta kepada binatang itu berakibat dosa sepuluh kali lipat.
Dusta kepada sesama manusia berakibat dosa seratus kali lipat.
Terhadap raja menimbulkan dosa seribu kali lipat. Dan dusta kepada pertapa dan para dewa berakibat yang tidak terbatas.
Penjelasan dari pupuh dan sloka di atas pada dasarnya memberikan isyarat kepada kita semua sebagai makhluk yang paling mulia bahwa hendaknya jangan sampai melakukan tindakan kebohongan kepada siapa pun juga, termasuk berbohong kepada binatang atau pun tumbuhan. Meski binatang dan tumbuhan tidak bisa berkomunikasi dengan kita akan tetapi di dalamnya bersemayam Atman yang tidak ada bedanya dengan Atman yang bersemayam pada diri manusia. Dan Atman itulah yang menjadi saksi atas kebohongan yang diperbuat. Oleh karena Atman dan Brahman itu tunggal maka pada dasarnya Tuhan itu sendiri yang menjadi saksi atas kebohongan itu.
Taman hati ini akan indah hanya jika dipenuhi dengan cinta, jika terisi dengan kebohongan maka akan menghancurkan keindahannya. Meski demikian ada beberapa jenis kebohongan yang ditoleransi oleh karena untuk tujuan kebenaran.
Tulisan by: Agus Widodo Penyuluh Agama Hindu Wilayah Jawa Barat
Copy Paste Dari grup WhatsApp
Komentar
Posting Komentar