ASN dan Nilai-nilai Dharma Negara dalam Hindu

Gambar
        ASN adalah salah suatu pekerjaan yang didambakan bagi sebagian masyarakat Indonesia. Tak terkecuali generasi muda Hindu yang turut berpartisipasi dalam mengabdi pada bangsa dan negara. Sehingga perlu untuk melampirkan tulisan ini sebagai bentuk syukur atas waranugraha dan kesempatan yang baik dalam melaksanakan karma dan bhakti sebagai manusia.        Dalam pandangan Hindu, konsep Dharma tidak hanya mencakup aspek spiritual, tetapi juga memandang kehidupan sehari-hari, termasuk dalam urusan administrasi negara. Dharma Negara, atau tata pemerintahan yang diatur oleh prinsip-prinsip moral dan etika, menjadi landasan bagi ASN (Aparatur Sipil Negara) dalam menjalankan tugas-tugas mereka. Bagaimana pandangan Hindu menggambarkan ideal ASN sebagai penerapan nilai-nilai Dharma Negara?  (Dokumen Pribadi)           Dalam tradisi Hindu, Dharma mengacu pada kewajiban moral dan etika yang mengatur perilaku individu dalam berbagai aspek kehidupan. Dharma juga mencakup konsep tata tertib dan

Contoh Teks Dharmawacana “Toleransi dalam kehidupan sehari-hari” (Wayan Tantre Awiyane)

 


Om Swastyastu

Kepada yang telah disucikan Pinandita Lanang Istri

Kepada yang Terhormat Para Tokoh Yang Hadir Pada Kesempatan Ini

Kepada yang Saya Hormati dan Saya Banggakan Umat Sedharma yang berbahagia.

Terimakasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya, Pada kesempatan  ini saya akan menyampaikan pesan dharma, semoga pesan dharma ini dapat menambah wawasan dan tentunya bermanfaat bagi kita semua.

Pertama-tama marilah kita  senantiasa menghaturkan puja Asthungkare kita kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas Ashungkerta waranugraha beliaulah  kita dapat berkumpul bersama-sama di tempat ini dalam keadaan yang sehat, selamat, serta tanpa kekurangan suatu apapun. Yang kedua tidak lupa juga kita marilah haturkan puja Astuti bhakti kita kehadapan para leluhur, maha Rsi serta para guru yang telah membimbing kita hingga pada kesempatan ini. Pada penyampaian pesan dharma ini berjudul  “Toleransi dalam kehidupan sehari-hari”

Umat sedharma yang berbahagia

Saat ini kita masih dalam masa Pandemi, yang berarti kita masih membatasi diri untuk dapat melakukan aktivitas normal. Dilain sisi pula, kita dihadapkan pada situasi duka yang terjadi akibat bencana alam yang menimpa masyarakat kita di Kalimantan selatan dan Sulawesi barat. Dalam kondisi tersebut Hyang Widhi menguji kita untuk saling bahu membahu dengan mengedepankan rasa kemanusiaan dalam keadaan susah maupun senang. Sebagai manusia Hindu tentunya kita memiliki ikatan yang kuat antara satu dengan yang lain, dengan berpegang pada keyakinan bahwa kita semua adalah bagian dari Hyang Widhi yang bersemayam dalam jiwa yang disebut dengan atman. Oleh karena itu, tidak pantas kita diam, tenang damai sementara saudara kita sedang berduka, susah dan sengsara.

Mengacu pada fenomena tersebut maka ada dua hal yang ini saya sampaikan yakni;

  1. Seperti apa konsep kemanusiaan yang ideal dalam pandangan Agama Hindu?
  2. Bagaimana tujuan hidup manusia Hindu?

 

Umat sedharma yang berbahagia

Sebagai makhluk sosial tentunya kita tidak dapat hidup sendiri, senantiasa membutuhkan bantuan dari orang lain demikian pula orang lain membutuhkan banuan dari kita. Salah satu konsep dasar dalam agama Hindu yakni Tat twam asi yang  berasal dari bahasa sansekerta. Tat artinya: itu (ia), Twam artinya: kamu, dan Asi artinya: adalah. Tat Twam Asi adalah kata-kata dalam filsafat Hindu yang mengedepankan aspek sosial yang tanpa batas karena diketahui bahwa “ia adalah kamu” saya adalah kamu dan segala mahluk adalah sama memiliki atman yang bersumber dari Brahman, sehingga menolong orang lain berarti menolong diri sendiri dan menyakiti orang lain berarti menyakiti diri sendiri.

Sebagai salah satu strategi dalam upaya mewujudkan keperdulian dalam kehidupan ini, sebagai bentuk nyata dari ajaran ini dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Manusia dalam hidupnya memiliki berbagai macam kebutuhan hidup yang di dorong oleh keinginan(kama) manusia yang bersangkutan. Pada saat inilah manusia perlu mengenal dan melaksanakan rasa kebersamaan atau dikenal dengan istilah gotong royong dan tolong menolong, sehingga seberapa berat masalah yang dihadapinya akan terasa ringan.

Umat sedharma yang berbahagia

Secara positif  tat twam asi akan menciptakan kedamaian akan kita dapatkan dengan cara Mengimplemetasikan konsep Catur Purusa Artha yang merupakan empat jalan atau cara untuk mencapai kebahagian dalam Hidup yakni;

Dharma, melaksanakan kewajiban kita

Artha, hidup sederhana

Kama, tidak memiliki keinginan yang berlebihan,

Moksa, bebas merdeka

Umat sedharma yang penuh kasih

Hindu mengajarkan agar kita sebagai insan Hindu untuk selalu menjaga keharmonisan, baik harmonis dengan alam, Hyang widhi dan dengan diri sendiri.

salah satunya dengan mengacu pada sloka Yajur Veda XI.6 yang menegaskan bahwa:

Terjemahannya: Berbuatlah kebaikan kepada orang lain, seperti yang engkau inginkan mereka perbuat bagi dirimu. Engkau adalah jiwa yang sama berasal dari Brahman Yang Esa. Perlakukanlah setiap orang sebagai sahabat karibmu”.

Mengacu pada penegasan sloka tersebut jelas bahwa kita di harapkan selalu menjaga keharmonisan dalam kehidupan ini, dengan warna yang berbeda-beda tentunya tidak harus sama. Namun tetap menjaga tali persaudaraan seperti slogan Hindu menegaskan Tat twam asi, wasudaiwa kutumbakam.

Umat sedharma yang bijaksana

Hindu memberikan kita pedoman yang jelas dalam menapaki kehidupan ini, dengan menjaga kedamaian dalam diri dan senantiasa menjaga keharmonisan dalam kehidupan ini, angayubagia kedamaian berada dalam diri kita.  Mari umat sedharma sekalian, mulai saat ini dan seterusnya kita jaga kedamaian dalam diri dan kita jaga keharmonisan dalam kehidupan kita.

Terimakasih, saya tutup pesan dharma ini dengan menghaturkan paramasantih

Om Santih, Santih, Santih, Om

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Stah Dharma Nusantara Jakarta Melaksanakan Kegiatan Pembinaan Pasraman

Kegiatan KKG dan MGMP di DKI Jakarta

Sejarah Singkat Desa Balinuraga, Kec. Way Panji, Kalianda, Lampung Selatan.