Langsung ke konten utama

Contoh Teks Dharmawacana “Toleransi dalam kehidupan sehari-hari” (Wayan Tantre Awiyane)

 


Om Swastyastu

Kepada yang telah disucikan Pinandita Lanang Istri

Kepada yang Terhormat Para Tokoh Yang Hadir Pada Kesempatan Ini

Kepada yang Saya Hormati dan Saya Banggakan Umat Sedharma yang berbahagia.

Terimakasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya, Pada kesempatan  ini saya akan menyampaikan pesan dharma, semoga pesan dharma ini dapat menambah wawasan dan tentunya bermanfaat bagi kita semua.

Pertama-tama marilah kita  senantiasa menghaturkan puja Asthungkare kita kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas Ashungkerta waranugraha beliaulah  kita dapat berkumpul bersama-sama di tempat ini dalam keadaan yang sehat, selamat, serta tanpa kekurangan suatu apapun. Yang kedua tidak lupa juga kita marilah haturkan puja Astuti bhakti kita kehadapan para leluhur, maha Rsi serta para guru yang telah membimbing kita hingga pada kesempatan ini. Pada penyampaian pesan dharma ini berjudul  “Toleransi dalam kehidupan sehari-hari”

Umat sedharma yang berbahagia

Saat ini kita masih dalam masa Pandemi, yang berarti kita masih membatasi diri untuk dapat melakukan aktivitas normal. Dilain sisi pula, kita dihadapkan pada situasi duka yang terjadi akibat bencana alam yang menimpa masyarakat kita di Kalimantan selatan dan Sulawesi barat. Dalam kondisi tersebut Hyang Widhi menguji kita untuk saling bahu membahu dengan mengedepankan rasa kemanusiaan dalam keadaan susah maupun senang. Sebagai manusia Hindu tentunya kita memiliki ikatan yang kuat antara satu dengan yang lain, dengan berpegang pada keyakinan bahwa kita semua adalah bagian dari Hyang Widhi yang bersemayam dalam jiwa yang disebut dengan atman. Oleh karena itu, tidak pantas kita diam, tenang damai sementara saudara kita sedang berduka, susah dan sengsara.

Mengacu pada fenomena tersebut maka ada dua hal yang ini saya sampaikan yakni;

  1. Seperti apa konsep kemanusiaan yang ideal dalam pandangan Agama Hindu?
  2. Bagaimana tujuan hidup manusia Hindu?

 

Umat sedharma yang berbahagia

Sebagai makhluk sosial tentunya kita tidak dapat hidup sendiri, senantiasa membutuhkan bantuan dari orang lain demikian pula orang lain membutuhkan banuan dari kita. Salah satu konsep dasar dalam agama Hindu yakni Tat twam asi yang  berasal dari bahasa sansekerta. Tat artinya: itu (ia), Twam artinya: kamu, dan Asi artinya: adalah. Tat Twam Asi adalah kata-kata dalam filsafat Hindu yang mengedepankan aspek sosial yang tanpa batas karena diketahui bahwa “ia adalah kamu” saya adalah kamu dan segala mahluk adalah sama memiliki atman yang bersumber dari Brahman, sehingga menolong orang lain berarti menolong diri sendiri dan menyakiti orang lain berarti menyakiti diri sendiri.

Sebagai salah satu strategi dalam upaya mewujudkan keperdulian dalam kehidupan ini, sebagai bentuk nyata dari ajaran ini dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Manusia dalam hidupnya memiliki berbagai macam kebutuhan hidup yang di dorong oleh keinginan(kama) manusia yang bersangkutan. Pada saat inilah manusia perlu mengenal dan melaksanakan rasa kebersamaan atau dikenal dengan istilah gotong royong dan tolong menolong, sehingga seberapa berat masalah yang dihadapinya akan terasa ringan.

Umat sedharma yang berbahagia

Secara positif  tat twam asi akan menciptakan kedamaian akan kita dapatkan dengan cara Mengimplemetasikan konsep Catur Purusa Artha yang merupakan empat jalan atau cara untuk mencapai kebahagian dalam Hidup yakni;

Dharma, melaksanakan kewajiban kita

Artha, hidup sederhana

Kama, tidak memiliki keinginan yang berlebihan,

Moksa, bebas merdeka

Umat sedharma yang penuh kasih

Hindu mengajarkan agar kita sebagai insan Hindu untuk selalu menjaga keharmonisan, baik harmonis dengan alam, Hyang widhi dan dengan diri sendiri.

salah satunya dengan mengacu pada sloka Yajur Veda XI.6 yang menegaskan bahwa:

Terjemahannya: Berbuatlah kebaikan kepada orang lain, seperti yang engkau inginkan mereka perbuat bagi dirimu. Engkau adalah jiwa yang sama berasal dari Brahman Yang Esa. Perlakukanlah setiap orang sebagai sahabat karibmu”.

Mengacu pada penegasan sloka tersebut jelas bahwa kita di harapkan selalu menjaga keharmonisan dalam kehidupan ini, dengan warna yang berbeda-beda tentunya tidak harus sama. Namun tetap menjaga tali persaudaraan seperti slogan Hindu menegaskan Tat twam asi, wasudaiwa kutumbakam.

Umat sedharma yang bijaksana

Hindu memberikan kita pedoman yang jelas dalam menapaki kehidupan ini, dengan menjaga kedamaian dalam diri dan senantiasa menjaga keharmonisan dalam kehidupan ini, angayubagia kedamaian berada dalam diri kita.  Mari umat sedharma sekalian, mulai saat ini dan seterusnya kita jaga kedamaian dalam diri dan kita jaga keharmonisan dalam kehidupan kita.

Terimakasih, saya tutup pesan dharma ini dengan menghaturkan paramasantih

Om Santih, Santih, Santih, Om

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Singkat Desa Balinuraga, Kec. Way Panji, Kalianda, Lampung Selatan.

          Pada jaman dahulu Desa Balinuraga adalah lahan milik pemerintah yang kemudian dijadikan sebagai daerah tujuan Transmigrasi pada tahun 1963 dan pada tahun itu juga diberi nama Desa Balinuraga di bawah wilayah Kecamatan Kalianda. Pada tanggal 27 September 1967 Dinas Transmigrasi menempatkan 4 empat roambongan peserta Transmigrasi yang ditempatkan di Balinuraga. Rombongan tersebut adalah sebagai berikut: 1 Sidorahayu diketuai oleh Pan Sudiartana yang berjumlah 250 KK 2 Sukanadi diketuai oleh Pan Kedas yang berjumlah 75 KK 3 Pandearge diketuai oleh Made Gedah yang berjumlah 175 KK 4 Rengas diketuai oleh Oyok yang berjumlah 40 KK Dan tahun 1963-1965 wilayah ini belum mempunyai struktur Pemerintah Desa.            Segala administrasi masih ditangani oleh Jawatan transmigrasi. Mangku Siman, untuk mengordinir rombongan-rombongan trasnmigrasi Mangku Siman sebagai ketua rombongan seluruhnya. Pada tahun 1965 barulah perangk...

Catur Warna dalam Agama Hindu

  Pemahaman tentang Catur Varna dapat dijelaskan berdasarkan sastra drstha. Yang dimaksud pemahaman Catur Varna berdasarkan sastra drstha adalah pemahaman yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian tentang Catur Varna menurut yang tersurat dalam kitab suci, sebagai berikuti; Bhagavadgita IV.13  cātur-varṇyaḿ mayā sṛṣṭaḿ guṇa-karma-vibhāgaśaḥ tasya kartāram api māḿ viddhy akartāram avyayam Terjemahan: Catur Warna aku ciptakan menurut pembagian dari guna dan karma  (sifat dan pekerjaan). Meskipun aku sebagai penciptanya, ketahuilah  aku mengatasi gerak dan perubahan (Puja, 2000). Pengertian Catur Varna           Kata “Catur Varna” dalam ajaran Agama Hindu berasal dari bahasa Sansekerta, dari kata ‘catur dan varna’. Kata catur berarti empat . Kata varna berasal dari akar kata Vri yang berarti pilihan atau memilih lapanagan kerja. Dengan demikian catur varna berarti empat pilihan bagi setiap orang terhadap profesi yang cocok untuk pribadiny...

Peresmian dan Launching Rumah Produksi BPH: Tonggak Baru Penyiaran Hindu di Era Digital

 Jakarta, 15 Oktober 2024 – Badan Penyiaran Hindu (BPH) mencatat sejarah baru dengan meresmikan dan meluncurkan Rumah Produksi BPH, sebagai bagian dari upaya mengembangkan media penyiaran yang berlandaskan nilai-nilai agama Hindu. Kegiatan peresmian ini berlangsung khidmat di Jakarta Selatan, dihadiri oleh sejumlah tokoh agama dan pemangku kepentingan umat Hindu. Dokumentasi Acara Peresmian tersebut diawali dengan sambutan dari Dr. I Wayan Kantun Mandara, Ketua BPH dan juga tokoh terkemuka di Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya keberadaan rumah produksi ini sebagai sarana untuk menyebarkan ajaran dharma melalui media yang inovatif. "Rumah Produksi BPH ini akan menjadi pusat bagi kita untuk menciptakan konten yang tidak hanya mendidik tetapi juga mampu menginspirasi umat Hindu dalam menjalankan nilai-nilai agama di tengah tantangan zaman modern," ujar Dr. I Wayan Kantun Mandara. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan sam...