Langsung ke konten utama

Keagungan Aksara Suci OM (Aris Widodo)


Umat se-dharma, dalam agama Hindu mengenal aksara suci OM, dalam Srimad Bhagawad-gita 7.8, Sri Krishna bersabda, "Pranavah sarva-vadesu". Artinya Aku adalah Pranavah atau aksara suci OM dalam seluruh Weda." OM kata suci dan agung, dipakai dalam banyak hubungan.

Kata OM dianggap mempunyai kekuatan gaib dan sakti. Kata ini banyak dipakai dalam kitab Aranyaka  dan Upanisad. Kata ini pada mulanya dipakai di dalam kitab Yayur Weda dan diartikan sebagai Brahman yang Utama. Jadi OM tiada lain adalah Tuhan Yang Maha Esa sendiri dalam bentuk huruf suci.

Keagungan aksara suci OM terdapat berbagai macam sakti atau kekuatan. Sakti atau kekuatan mana akan muncul sangat ditentukan oleh hasrat batin orang yang mengucapkannya. Semakin bersih dan suci batin seseorang yang mengucapkannya, semakin bersih dan suci pula sakti atau kekuatan yang akan muncul dalam diri sang bhakta.

Aksara suci OM mengantarkan orang pada pintu gerbang kerohanian batin dan akhirnya mendapatkan kebahagiaan. Dengan kekuatan suci inilah para bhakta Tuhan yang tunduk hati menyapu kotoran-kotoran batinnya, mem-prayascita dirinya dari dosa-dosa, kemarahan, nafsu dan lainnya. 

Dalam kitab Mandukya Upanisad dikataksn bahwa aksara suci OM bersifat kekal abadi. Om adalah Brahman, seluruh alam semesta ini, dirasakan dan dibayangkan adalah OM. Aksara suci OM adalah satu-satunya Aksara yang dipergunakan dalam setiap awal sebuah mantra. Oleh karena itu aksara suci OM adalah perwujudan Tuhan Yang Maha Esa, jika OM diucapkan mengawali doa mantra dengan batin yang suci dan sraddha yang mantap, maka OM akan menyempurnakan mantra tersebut dan memberikan hasil yang sempurna.

OM berasal dari aksara A, U dan M. A menunjukkan Brahma sebagai pencipta, U menunjukkan Wisnu sebagai pemelihara, dan M menunjukkan Siwa sebagai pemralina. Demikian keagungan aksara suci OM yang mampu membuat hati setiap manusia menjadi lebih tenang dan mendapatkan kebahagiaan yang sejati.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Singkat Desa Balinuraga, Kec. Way Panji, Kalianda, Lampung Selatan.

          Pada jaman dahulu Desa Balinuraga adalah lahan milik pemerintah yang kemudian dijadikan sebagai daerah tujuan Transmigrasi pada tahun 1963 dan pada tahun itu juga diberi nama Desa Balinuraga di bawah wilayah Kecamatan Kalianda. Pada tanggal 27 September 1967 Dinas Transmigrasi menempatkan 4 empat roambongan peserta Transmigrasi yang ditempatkan di Balinuraga. Rombongan tersebut adalah sebagai berikut: 1 Sidorahayu diketuai oleh Pan Sudiartana yang berjumlah 250 KK 2 Sukanadi diketuai oleh Pan Kedas yang berjumlah 75 KK 3 Pandearge diketuai oleh Made Gedah yang berjumlah 175 KK 4 Rengas diketuai oleh Oyok yang berjumlah 40 KK Dan tahun 1963-1965 wilayah ini belum mempunyai struktur Pemerintah Desa.            Segala administrasi masih ditangani oleh Jawatan transmigrasi. Mangku Siman, untuk mengordinir rombongan-rombongan trasnmigrasi Mangku Siman sebagai ketua rombongan seluruhnya. Pada tahun 1965 barulah perangk...

Catur Warna dalam Agama Hindu

  Pemahaman tentang Catur Varna dapat dijelaskan berdasarkan sastra drstha. Yang dimaksud pemahaman Catur Varna berdasarkan sastra drstha adalah pemahaman yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian tentang Catur Varna menurut yang tersurat dalam kitab suci, sebagai berikuti; Bhagavadgita IV.13  cātur-varṇyaḿ mayā sṛṣṭaḿ guṇa-karma-vibhāgaśaḥ tasya kartāram api māḿ viddhy akartāram avyayam Terjemahan: Catur Warna aku ciptakan menurut pembagian dari guna dan karma  (sifat dan pekerjaan). Meskipun aku sebagai penciptanya, ketahuilah  aku mengatasi gerak dan perubahan (Puja, 2000). Pengertian Catur Varna           Kata “Catur Varna” dalam ajaran Agama Hindu berasal dari bahasa Sansekerta, dari kata ‘catur dan varna’. Kata catur berarti empat . Kata varna berasal dari akar kata Vri yang berarti pilihan atau memilih lapanagan kerja. Dengan demikian catur varna berarti empat pilihan bagi setiap orang terhadap profesi yang cocok untuk pribadiny...

Peresmian dan Launching Rumah Produksi BPH: Tonggak Baru Penyiaran Hindu di Era Digital

 Jakarta, 15 Oktober 2024 – Badan Penyiaran Hindu (BPH) mencatat sejarah baru dengan meresmikan dan meluncurkan Rumah Produksi BPH, sebagai bagian dari upaya mengembangkan media penyiaran yang berlandaskan nilai-nilai agama Hindu. Kegiatan peresmian ini berlangsung khidmat di Jakarta Selatan, dihadiri oleh sejumlah tokoh agama dan pemangku kepentingan umat Hindu. Dokumentasi Acara Peresmian tersebut diawali dengan sambutan dari Dr. I Wayan Kantun Mandara, Ketua BPH dan juga tokoh terkemuka di Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya keberadaan rumah produksi ini sebagai sarana untuk menyebarkan ajaran dharma melalui media yang inovatif. "Rumah Produksi BPH ini akan menjadi pusat bagi kita untuk menciptakan konten yang tidak hanya mendidik tetapi juga mampu menginspirasi umat Hindu dalam menjalankan nilai-nilai agama di tengah tantangan zaman modern," ujar Dr. I Wayan Kantun Mandara. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan sam...